Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Suplai dari PDAM Sempat Terhenti Imbas Sungai Cisadane Tangerang Mengeruh, Warga Manfaatkan Air Penampungan

Kompas.com - 24/06/2022, 19:43 WIB
Annisa Ramadani Siregar,
Nursita Sari

Tim Redaksi

TANGERANG, KOMPAS.com - Air Sungai Cisadane yang keruh menyebabkan suplai air dari Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) mati selama beberapa jam.

Sebagai informasi, air Sungai Cisadane menjadi bahan baku untuk mengolah air yang akan dialirkan kepada warga pelanggan PDAM.

Seorang warga Kampung Bekelir, Babakan, Tangerang, bernama Lina (34) mengatakan, suplai air PDAM bermasalah selama belasan jam.

"Sejak kemarin siang sekitar pukul 10.00 WIB. Saya habis nyuci, beres, sudah, tiba-tiba air mati. Terus saya kaget kok kagak ada airnya," ujar Lina saat ditemui, Jumat (24/6/2022).

Baca juga: Imbas Sungai Cisadane Tangerang Makin Keruh, Penyaluran Air Bersih Jadi Lebih Sedikit

Ia menuturkan, air PDAM baru menyala kembali sekitar pukul 24.00 WIB.

Selama air mati, Lina memanfaatkan air penampungan yang disediakan untuk warga di daerahnya.

Sehingga, Lina mengaku tidak terlalu terdampak dengan matinya air dari PDAM.

"Ngambilin di sini, untung di samping ada penampungan nih buat warga sini, siapa saja. Jadi memang ada penampungan samping rumah pas, jadinya kami ambil ke situ. Kalau enggak ada (penampungan), pasti susah," jelas Lina.

Baca juga: Sungai Cisadane Tangerang Mengeruh, Sebagian Warga Diduga Tak Bisa Dapat Air Bersih

Setelah pukul 24.00 WIB, air perlahan mulai menyala kembali. Namun, aliran air yang baru keluar lagi itu masih keruh.

"Sudah nyala sampai sekarang, pertama doang tuh keruh, ada sejamlah nguras dulu. Sekarang sudah bagus lagi airnya, jernih dan lancar," lanjutnya.

Air penampungan tersebut disebut cukup untuk digunakan warga sekitar yang terdampak matinya air dari PDAM.

"Enggak harus antre ambil air penampungannya," pungkas Lina.

Baca juga: Bocah 4 Tahun Diculik di Stasiun Manggarai, Polisi Temukan Korban di Pancoran

Senada dengan Lina, warga Kampung Bekelir lainnya, Birin (37), mengatakan bahwa warga sekitar tidak begitu terdampak karena ada penampungan yang sudah disediakan.

"Enggak ada tangki masuk, di sini ada penampungannya. Di sini kan ada air bor penampungan untuk warga. Semenjak ada penampungan sejak dua tahun lalu, enggak ada tangki masuk," kata Birin.

Birin mengatakan, air PDAM diketahui mati sejak pukul 10.00 WIB.

Baca juga: Transjakarta Sediakan 100 Bus Gratis untuk Angkut Warga ke JIS Saat Malam Puncak Jakarta Hajatan

Air kemudian menyala pada malam harinya. Namun, Birin tidak mengetahui pasti kapan air menyala karena ia sudah tertidur dan tidak menyalakan air PDAM.

Pantauan Kompas.com di lokasi pada pukul 17.40 WIB, air Sungai Cisadane yang mengalir di bawah Jembatan Merah Jalan Perintis Kemerdekaan, Babakan, Kota Tangerang, Banten, masih terlihat keruh.

Air tersebut tampak berwarna kecoklatan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Taruna STIP Tewas Dianiaya, Polisi Ungkap Pemukulan Senior ke Junior Jadi Tradisi 'Penindakan'

Taruna STIP Tewas Dianiaya, Polisi Ungkap Pemukulan Senior ke Junior Jadi Tradisi "Penindakan"

Megapolitan
Empat Taruna STIP yang Diduga Saksikan Pelaku Aniaya Junior Tak Ikut Ditetapkan Tersangka

Empat Taruna STIP yang Diduga Saksikan Pelaku Aniaya Junior Tak Ikut Ditetapkan Tersangka

Megapolitan
Motif Pelaku Aniaya Taruna STIP hingga Tewas: Senioritas dan Arogansi

Motif Pelaku Aniaya Taruna STIP hingga Tewas: Senioritas dan Arogansi

Megapolitan
Penyebab Utama Tewasnya Taruna STIP Bukan Pemukulan, tapi Ditutup Jalur Pernapasannya oleh Pelaku

Penyebab Utama Tewasnya Taruna STIP Bukan Pemukulan, tapi Ditutup Jalur Pernapasannya oleh Pelaku

Megapolitan
Polisi Tetapkan Tersangka Tunggal dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP Jakarta

Polisi Tetapkan Tersangka Tunggal dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP Jakarta

Megapolitan
Hasil Otopsi Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior: Memar di Mulut, Dada, hingga Paru

Hasil Otopsi Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior: Memar di Mulut, Dada, hingga Paru

Megapolitan
Akhir Penantian Ibu Pengemis yang Paksa Orang Sedekah, Dua Adiknya Datang Menjenguk ke RSJ

Akhir Penantian Ibu Pengemis yang Paksa Orang Sedekah, Dua Adiknya Datang Menjenguk ke RSJ

Megapolitan
Polisi Sebut Ahmad dan RM Semula Rekan Kerja, Jalin Hubungan Asmara sejak Akhir 2023

Polisi Sebut Ahmad dan RM Semula Rekan Kerja, Jalin Hubungan Asmara sejak Akhir 2023

Megapolitan
Praktik Prostitusi di RTH Tubagus Angke Dinilai Bukan PR Pemprov DKI Saja, tapi Juga Warga

Praktik Prostitusi di RTH Tubagus Angke Dinilai Bukan PR Pemprov DKI Saja, tapi Juga Warga

Megapolitan
Keluarga Harap Tak Ada Intervensi dalam Pengusutan Kasus Mahasiswa STIP yang Tewas Dianiaya Senior

Keluarga Harap Tak Ada Intervensi dalam Pengusutan Kasus Mahasiswa STIP yang Tewas Dianiaya Senior

Megapolitan
Pro-Kontra Warga soal Janji Dishub DKI Tertibkan Juru Parkir, Tak Keberatan jika Jukir Resmi

Pro-Kontra Warga soal Janji Dishub DKI Tertibkan Juru Parkir, Tak Keberatan jika Jukir Resmi

Megapolitan
Mahasiswa STIP Tewas Dianiaya Senior, Pengawasan dan Tata Tertib Kampus Jadi Sorotan

Mahasiswa STIP Tewas Dianiaya Senior, Pengawasan dan Tata Tertib Kampus Jadi Sorotan

Megapolitan
Hari Ini, Polisi Lakukan Gelar Perkara Kasus Mahasiswa STIP Tewas Diduga Dianiaya Senior

Hari Ini, Polisi Lakukan Gelar Perkara Kasus Mahasiswa STIP Tewas Diduga Dianiaya Senior

Megapolitan
Usul Heru Budi Bangun “Jogging Track” di RTH Tubagus Angke Dinilai Tak Tepat dan Buang Anggaran

Usul Heru Budi Bangun “Jogging Track” di RTH Tubagus Angke Dinilai Tak Tepat dan Buang Anggaran

Megapolitan
Polisi Sebut Pembunuh Wanita Dalam Koper Tak Berniat Ambil Uang Kantor yang Dibawa Korban

Polisi Sebut Pembunuh Wanita Dalam Koper Tak Berniat Ambil Uang Kantor yang Dibawa Korban

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com