Ini merupakan bangunan milik seorang warga.
Rumah Akar Batavia dimiliki oleh seorang pegiat sejarah, Ella Ubaidi, sejak 20 tahun terakhir.
Ella mengatakan, awalnya ia berencana membeli bangunan tua itu untuk difungsikan sebagai rumah.
"Awalnya, gudang itu saya beli untuk dijadikan rumah dan ada studionya. Dijadikan menjadi tempat berkumpul, berdiskusi bersama kerabat. Tapi itu belum pernah terealisasi," kata Ella kepada Kompas.com.
Baca juga: Segera Dibuka, Jumlah Kendaraan di Tebet Eco Park Bakal Dibatasi
Ella mengatakan ada banyak kendala yang menyebabkan mimpinya itu tak bisa diupayakan selama ini.
"Enggak sempet terealisasi karena kebijakan kawasan (cagar budaya) itu tidak jelas. Selain itu, saat itu keamanan lingkungan juga tidak mendukung," kata Ella.
"Kebijakan tidak dipermudah, kami (para pemilik bangunan) merasa ribet, dipersulit. Misalkan saat mau merenovasi toilet, harus urus sana-sini dan harus ada gambar ini dan itu. Sementara harus berbayar. Kami bukan pabrik uang. Kalau mau nebang pohon juga direcokin," keluh Ella.
Lantaran permasalahan tersebut, Ella pun mengurungkan niat untuk merenovasi Rumah Akar Batavia. Lantaran lama dibiarkan, pohon dan akar pun tumbuh di dalam bangunan itu.
"Karena tidak diapa-apain, gedung saya ini tumbuh pohon dan lainnya. Malah jadi dramatis dan elok. Justru jadi saya lestarikan. Saya pun tidak renovasi, karena saya ingin mempertahankan orisinalitasnya," ungkap Ella.
Akar-akar pohon yang merambat di tembok-tembok bangunan tua itu, kata Ella, menarik perhatian para pecinta fotografi.
Baca juga: Tebet Eco Park Ditutup, Ini Alternatif Taman Lain di Ibu Kota, Gratis!
Terlebih, di sana ada puing-puing bekas bangunan yang dulu pernah runtuh akibat diguncang Gempa Selatan Sunda yang bermagnitudo 6,4 SR pada 1997.
"Ternyata kedramatisan ini disukai oleh banyak orang, khususnya para penyuka fotografi," kata dia.
Lantaran banyaknya peminat, lanjut dia, Rumah Akar Batavia kemudian dibuka untuk tempat berfoto atau semacamnya.
"Biasanya disewa untuk foto pre wedding atau syuting. Tarifnya Rp 500.000 per jam. Biasanya sejam sudah cukup buat mereka," kata Ella.
Melihat ramainya masyarakat yang menyukai Rumah Akar Batavia, Ella pun berharap ke depannya akan dapat membuka pameran foto di dalam bangunan tua itu.
"Sekarang impian saya beda, kalau suatu hari nanti kawasan wisata Kota Tua sudah rapih, saya mau bikin photo exhibition yang isinya foto-foto yang pernah diambil di Rumah Akar Batavia," imbuh mantan Executive Vice Presiden Station Maintenance & Preservations PT Kereta Api Indonesia itu.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.