Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Buat Rekayasa Lalin di Bundaran HI, Dishub DKI Sebut Ganjil Genap Tak Cukup untuk Urai Macet

Kompas.com - 05/07/2022, 07:51 WIB
Muhammad Naufal,
Jessi Carina

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Penerapan sistem ganjil-genap di kawasan Bundaran Hotel Indonesia (HI), Jalan MH Thamrin, Jakarta Pusat, dinilai tidak cukup untuk mengurai kemacetan di kawasan tersebut.

Plh Kabid Lalu Lintas Dinas Perhubungan DKI Jakarta Emanuel Kristanto mengatakan itu sebabnya Dishub turut membuat rekayasa lalu lintas di kawasan Bundaran HI.

"Pembatasan (menggunakan ganjil-genap) dilakukan, rekayasa lalu lintas tetap dilakukan juga," kata Emanuel pada awak media, Senin (4/7/2022).

Untuk diketahui, uji coba rekayasa lalu lintas di kawasan Bundaran HI dimulai 4-10 Juli 2022, mulai pukul 16.00 WIB-21.00 WIB setiap harinya.

Baca juga: Rekayasa Lalin di Bundaran HI Akan Dipermanenkan, Jika Dinilai Efektif Kurangi Kepadatan Kendaraan

Menurut Emanuel, penerapan sistem ganjil genap merupakan salah satu langkah untuk mengurangi kemacetan di Jakarta, terutama kawasan Bundaran HI.

Menurut dia, kemacetan di sana tak bakal terselesaikan saat hanya menerapkan sistem ganjil-genap saja.

"Memang sebenarnya ganjil-genap itu merupakan salah satu treatment saja ya. Jadi enggak bisa dengan ganjil-genap, terus kita berharap masalah macet di Jakarta selesai," urainya.

Karena itu, rekayasa lalu lintas dirasa perlu untuk diterapkan di kawasan Bundaran HI.

"Tetap yang namanya manajemen rekayasa lalu lintas itu harus dilakukan secara komprehensif," sebut Emanuel.

Dia sebelumnya berujar, uji coba rekayasa lalu lintas di kawasan Bundaran HI dilakukan untuk melancarkan arus di Jalan Jenderal Sudirman-Jalan MH Thamrin.

Baca juga: Dishub DKI Jakarta Ungkap Alasan Uji Coba Rekayasa Lalin di Bundaran HI

Katanya, sejumlah pelintasan di Bundaran HI kini dinilai saling menyebabkan penumpukan.

Sejumlah pelintasan itu adalah pengendara kendaraan bermotor dari arah utara (Jalan MH Thamrin) menuju selatan (Jalan Sudirman), dan dari arah selatan menuju timur (Jalan Imam Bonjol).

"Kan ada kendaraan bertemu, yang satunya (dari utara) ke kiri (timur), kemudian satunya lurus (dari utara) ke selatan. Itu coba kita urai dan kita hilangi," ungkap Emanuel.

Ia berujar, penumpukan disebabkan peningkatan aktivitas masyarakat belakangan ini.

Adapun peningkatan aktivitas masyarakat tersebut disebabkan oleh pelonggaran kegiatan masyarakat dan semakin jarangnya perusahaan yang menerapkan bekerja dari rumah (work from home/WFH).

Menurut Emanuel, masyarakat yang tak lagi WFH otomatis bakal work from office (WFO) dan meningkatkan kondisi lalu lintas.

"Karena memang sudah kondisi pembatasan pemberlakuan kegiatan masyarakat (PPKM) yang semakin dilonggarkan," ucapnya.

"Kemudian tingkat masyarakat yang WFH juga semakin berkurang. Kan sekarang ini sebagian besar sudah aktivitas di kantor, sudah mulai WFO semua, otomatis ini ikut juga berperan dalam peningkatan kondisi lalu lintas gitu," sambung dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Setuju Jukir Ditertibakan, Pelanggan Minimarket: Kalau Enggak Dibayar Suka Marah

Setuju Jukir Ditertibakan, Pelanggan Minimarket: Kalau Enggak Dibayar Suka Marah

Megapolitan
Bercak Darah Masih Terlihat di Lokasi Terjatuhnya Pekerja dari Atap Stasiun LRT Kuningan

Bercak Darah Masih Terlihat di Lokasi Terjatuhnya Pekerja dari Atap Stasiun LRT Kuningan

Megapolitan
Pekerja Proyek Jatuh dari Atap Stasiun LRT Kuningan, Diduga Tak Pakai Alat Pengaman

Pekerja Proyek Jatuh dari Atap Stasiun LRT Kuningan, Diduga Tak Pakai Alat Pengaman

Megapolitan
Pendaftar Masih Kurang, Perekrutan Anggota PPS di Jakarta untuk Pilkada 2024 Diperpanjang

Pendaftar Masih Kurang, Perekrutan Anggota PPS di Jakarta untuk Pilkada 2024 Diperpanjang

Megapolitan
Pekerja Proyek Diduga Jatuh dari Atap Stasiun LRT Kuningan

Pekerja Proyek Diduga Jatuh dari Atap Stasiun LRT Kuningan

Megapolitan
25 Warga Depok Tertipu Investasi Emas 'Bodong', Total Kerugian Capai Rp 6 Miliar

25 Warga Depok Tertipu Investasi Emas "Bodong", Total Kerugian Capai Rp 6 Miliar

Megapolitan
Pelanggan Minimarket: Ada atau Enggak Ada Jukir, Tak Bisa Jamin Kendaraan Aman

Pelanggan Minimarket: Ada atau Enggak Ada Jukir, Tak Bisa Jamin Kendaraan Aman

Megapolitan
4 Bocah Laki-laki di Cengkareng Dilecehkan Seorang Pria di Area Masjid

4 Bocah Laki-laki di Cengkareng Dilecehkan Seorang Pria di Area Masjid

Megapolitan
KPU DKI Bakal 'Jemput Bola' untuk Tutupi Kekurangan Anggota PPS di Pilkada 2024

KPU DKI Bakal "Jemput Bola" untuk Tutupi Kekurangan Anggota PPS di Pilkada 2024

Megapolitan
Sudirman Said Bakal Maju Jadi Cagub Independen Pilkada DKI, Berpasangan dengan Abdullah Mansuri

Sudirman Said Bakal Maju Jadi Cagub Independen Pilkada DKI, Berpasangan dengan Abdullah Mansuri

Megapolitan
Pria yang Diduga Lecehkan 5 Bocah Laki-laki di Cengkareng Sempat Masuk ke Rumah Korban

Pria yang Diduga Lecehkan 5 Bocah Laki-laki di Cengkareng Sempat Masuk ke Rumah Korban

Megapolitan
Kondisi Terkini TKP Pengendara Motor Tewas Ditabrak Angkot, Lalu Lintas Berjalan Normal

Kondisi Terkini TKP Pengendara Motor Tewas Ditabrak Angkot, Lalu Lintas Berjalan Normal

Megapolitan
KPU DKI Jakarta Terima Konsultasi 3 Bacagub Jalur Independen, Siapa Saja?

KPU DKI Jakarta Terima Konsultasi 3 Bacagub Jalur Independen, Siapa Saja?

Megapolitan
Bakal Maju di Pilkada Depok, Imam Budi Hartono Klaim Punya Elektabilitas Besar

Bakal Maju di Pilkada Depok, Imam Budi Hartono Klaim Punya Elektabilitas Besar

Megapolitan
Seorang Pria Diduga Lecehkan 5 Bocah Laki-laki di Jakbar

Seorang Pria Diduga Lecehkan 5 Bocah Laki-laki di Jakbar

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com