Menurut Syarwi, angka itu menyiratkan makna keyakinan Anies untuk maju karena bobot sapi kurbannya melebihi yang diserahkan oleh seorang presiden.
"Bisa saja beliau ingin menyampaikan pesan secara elektoral beliau sudah leading (memimpin) misalnya. Karena elektabilitasnya tertinggi," ujar Syarwi.
Terlebih, kata Syarwi, sejauh ini belum ada kabar bobot sapi kurban yang lebih tinggi di atas itu.
Baca juga: Warga Luar Jakarta Eksis di Terowongan Kendal, Anies Kenang Proses Transformasi yang Kontroversial
Lebih jauh Syarwi menjelaskan keberadaan simbol dan makna ini tidak dapat dilepaskan dari perpolitikan. Pasalnya, kekuatan simbol bisa menciptakan realitas, wacana, hingga mengubah tingkah laku serta persepsi publik.
"Pesan maupun makna tentunya memiliki kekuatan untuk mendesain dan mengkonstruksi realitas bagi siapa yang melihat dan mencerna simbol tersebut," ujar Syarwi.
Menurut Syarwi, simbol sebetulnya adalah instrumen komunikasi yang memiliki pesan politik tertentu. Biasanya, kata dia, ada yang ingin di sampaikan kepada masyarakat dari elite tersebut.
"Tentu bermacam pandangan yang memaknai itu. Penggunaan simbol itu sebetulnya elite sedang menyampaikan makna dan pesan tersendiri kepada publik," ujar Syarwi.
Dalam wawancara terpisah, Wakil Gubernur DKI Jakarta Ahmad Riza Patria tak memberikan tanggapan banyak terkait nomor 024 pada sapi kurban dari Anies yang kerap muncul.
"Ah, enggak pakai nomor-nomor. Enggak ada hubungannya. Jangan dihubungkan dengan politik," ujar Riza usai shalat Idul Adha di JIS, yang kemudian masuk mobil dan meninggalkan lokasi, Minggu pagi.
(Penulis: Nirmala Maulana Achmad, Larissa Huda)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.