BEKASI, KOMPAS.com - Penyebab kecelakaan maut antara truk tangki Pertamina dan sejumlah kendaraan, baik kendaraan roda dua dan roda empat yang terjadi di Jalan Alternatif Cibubur, Senin (18/7/2022) kini menyisakan tanda tanya.
Sejumlah spekulasi mengenai penyebab insiden kecelakaan itu muncul ke permukaan, sesaat setelah truk tangki itu menabrak dan menewaskan belasan orang.
Tidak sedikit yang berspekulasi bahwa penyebab kecelakaan itu terjadi akibat truk tersebut mengalami rem blong.
Namun, ada juga narasi yang menyebut penyebab kecelakaan akibat posisi penempatan lampu merah di ujung jalan yang menurun.
Sesaat setelah insiden terjadi, banyak warga yang mengeluhkan tentang penempatan posisi lampu merah tersebut.
Seorang warga sekaligus saksi dalam insiden itu yakni Reza Saputra (20) mengatakan, lampu merah yang berada di lokasi kejadian itu baru dibangun beberapa bulan lalu.
Menurut dia, penempatan lampu merah yang berada di ujung jalan menurun juga kerap membuat pengendara repot. Ia menambahkan, insiden kecelakaan ini memang bukan kali pertama yang terjadi.
"Itu (lampu merah) baru. Banyak warga yang protes tuh soal posisi lampu merah, karena ini enggak sekali kejadian (kecelakaan) di sini," ujar Reza, di lokasi kejadian, Senin (18/7/2022).
Warga sekitar pun banyak yang lupa bahwa ada lampu merah di jalan tersebut. Akibatnya, banyak pengendara, terutama sepeda motor, yang tancap gas dan tak menyadari posisi lampu merah.
"Itu warga sini juga banyak yang lupa kalau di situ ada lampu merah, makanya sering saya lihat, banyak motor yang tiba-tiba bablas lampu merah," imbuh Reza.
Diwawancarai secara terpisah di lokasi, pihak Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) menyatakan akan segera melakukan investigasi.
Senior Investigator KNKT, Ahmad Wildan menuturkan investigasi dilakukan untuk mengetahui penyebab dari insiden kecelakaan tersebut.
Wildan menyebut, semua narasi yang beredar mengenai penyebab kecelakaan saat masih bersifat kualitatif dan belum dapat dijelaskan secara saintifik.
"Semua temuan yang saya terima, sifatnya masih kualitatif. Ada yang menyatakan remnya blong, ada yang menyatakan turunan panjang, dan di sini sering terjadi kecelakaan, itu masih kualitatif," ucap Wildan.
Baca juga: Korlantas Masih Dalami Penyebab Kecelakaan Truk Pertamina di Cibubur
"Jadi, itu yang nanti kami analisis, kami hitung secara detail, sehingga secara saintifik bisa menjelaskan bagaimana kecelakaan ini terjadi," tutur dia.
Proses investigasi itu sendiri akan dilakukan, setelah truk yang masih mengangkut bahan bakar bio solar tersebut sudah dievakuasi terlebih dahulu.
Setelah proses evakuasi rampung, maka proses investigasi dapat segera dilakukan.
Wildan memprediksi, proses investigasi akan berlangsung selama satu hingga dua hari.
"Mudah-mudahan secepatnya. Saya untuk besok, bisa periksa kendaraan, bisa wawancara pengemudinya. Mungkin, 1-2 hari sudah punya gambaran apa yang terjadi, karena mengukur jalan (turunan) juga mudah. Jadi, mudah-mudahan lancar," pungkas Wildan.
Senada dengan KNKT, pihak kepolisian pun menyatakan hal yang sama.
Korps Lalu Lintas (Korlantas) Polri akan terus mendalami penyebab insiden kecelakaan maut tersebut.
Direktur Penegak Hukum Korlantas Polri, Brigadir Jenderal Polisi Aan Suhanan mengatakan, kecelakaan tersebut bisa terjadi karena persoalan teknis atau kesalahan manusia (human error).
"Untuk mengetahui hal tersebut (penyebab kecelakaan), masih terlalu dini, ya. Bekas yang ada di TKP, tidak ada bekas teknis, jadi ini penyebabnya bisa berbagai macam, bisa faktor manusia, bisa faktor teknis, atau bisa juga faktor jalan," kata Aan.
Untuk menyelidiki penyebab kecelakaan, kata Aan, polisi akan melakukan olah tempat kejadian perkara dan melakukan investigasi secara mendalam.
Baca juga: Truk Pertamina Kecelakaan di Cibubur, Siapa yang Bertanggung Jawab?
"Nah ini (metode olah) TKP menggunakan teknik investigasi, yang artinya menggunakan berbasis IT, dengan accident analysis, akan menggambarkan kembali sebelum kejadian, saat kejadian, dan setelah kejadian," tutur Aan.
"Nanti akan tercatat bagaimana posisi kecepatan (truk) dan sebagainya," ujar Aan singkat.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.