Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jejak JNE Kubur Sembako Bantuan Presiden di Depok, Klaim Sudah Ganti Rugi hingga Keberatan Pemilik Lahan

Kompas.com - 04/08/2022, 09:46 WIB
M Chaerul Halim,
Nursita Sari

Tim Redaksi

DEPOK, KOMPAS.com - PT Tiki Jalur Nugraha Ekakurir (JNE) buka suara terkait kasus sembako bantuan presiden dikubur atau ditimbun di Lapangan KSU, Tirtajaya, Sukmajaya, Depok.

Pihak JNE memberikan keterangannya saat mengecek lokasi penimbunan bantuan sembako untuk masyarakat terdampak Covid-19 itu.

Pengecekan itu juga dihadiri oleh perwakilan Kementerian Sosial (Kemensos), Perum Badan Urusan Logistik (Bulog) dan Tim Khusus (Timsus) Polda Metro Jaya.

Baca juga: Misteri Timbunan Sembako Presiden di Depok, Saat Semua Pihak Bantah Kerja Sama dengan JNE...

Tim Kuasa Hukum Hotman and Partners yang mewakili JNE, Anthony Djono, menyatakan bahwa beras yang dikubur itu milik JNE, bukan beras bansos yang seharusnya disalurkan kepada masyarakat.

"Beras yang hari ini saudara lihat dikubur itu, bukan beras bansos. Itu adalah beras milik JNE. Saya ulangi lagi ya, ini bukan beras bansos tetapi beras JNE," kata Anthony di Lapangan KSU, Rabu (3/8/2022).

Klaim beras yang rusak sudah diganti

Pihak JNE menuturkan, beras banpres yang dikubur di lahan kosong itu sudah rusak karena kehujanan.

Anthony mengatakan, beras yang rusak itu telah diganti beras baru oleh JNE sebelum didistribukan kepada penerima manfaat.

Sebab, JNE sebagai forwarder merasa bertanggung jawab terhadap kerusakan beras bansos tersebut.

"Karena beras itu sudah rusak, setelah beras dari gudang Bulog diambil, ada yang kena hujan, jadi biasalah ada yang basah, jamur, sudah tidak layak konsumsi," kata Anthony.

Baca juga: Saat JNE Tantang Penemu Timbunan Bansos Berdebat di Pengadilan...

"Makanya kami ganti seluruh beras yang rusak dan kami ganti yang baru, sampai hari ini tidak ada yang komplain," tambah dia.

Untuk itu, Anthony mengatakan, beras rusak yang dikubur tersebut menjadi milik JNE. Sebab, pihak JNE telah mengganti rugi beras berbobot 3,4 ton yang rusak tersebut.

Perdebatan JNE dengan pemilik lahan

Sementara itu, di sela-sela pengecekan sembako banpres yang dikubur itu, perdebatan muncul antara Rudi Samin, yang mengaku pemilik lahan tersebut, dengan pihak JNE yang mengubur bansos di sana.

Menurut Anthony, penguburan bansos itu sudah sesuai prosedur dan merupakan hak kliennya.

Anthony mengatakan bahwa bantuan sosial yang dikubur oleh JNE di lahan tersebut milik JNE sehingga pihak ekspedisi itu berhak menguburnya.

"Kalau sepatu saya sudah rusak, atau tidak suka sama sepatunya, ini kan milik saya. Mau kubur di mana itu hak saya," kata Anthony.

Baca juga: Bola Panas Timbunan Sembako Bansos Presiden di Depok, Menanti Pengakuan Terbuka JNE Express

Rudi Samin langsung membantah pernyataan kuasa hukum JNE tersebut.

"Salah, kalau mau dikubur di mana itu hak siapa," kata Rudi.

"Kalau seandainya saya ke rumah bapak, terus saya tanam barang, boleh enggak? Jangan seenaknya gitu ya," imbuh dia.

Anthony enggan menanggapi bantahan Rudi Samin.

"Kita enggak berdebat di sini, kita berdebat di pengadilan," ujar Anthony kepada Rudi.

Pemilik lahan sebut JNE tak minta izin kubur beras

Selain itu, Rudi mengatakan, pihak JNE mengubur sembako banpres tanpa meminta izin kepadanya.

"Tidak pernah, sama sekali. Jangankan minta izin, jangankan untuk membayar lahan saya, itu tidak ada," ucap Rudi dalam program "Breaking News" Kompas TV, Rabu.

Rudi mengatakan, penimbunan itu tidak diketahui olehnya karena selama ini lahan tersebut selalui dipenuhi oleh mobil milik JNE Express.

"Sengaja diam-diam, sembunyi-sembunyi, atau akal-akalan. Dan tukang galinya pun, tukang gali kuburan," tutur Rudi.

Baca juga: Penjelasan JNE soal Timbunan Sembako Bansos di Depok: Rusak karena Kehujanan, Sudah Diganti Beras Baru

Menurut Rudi, tukang gali pun tidak mengetahui tujuan menggali lubang. Para tukang gali, kata Rudi, hanya mengetahui penggalian untuk membuat lubang septic tank.

Adapun penggalian atau pembongkaran paket bansos presiden yang dikubur di Depok itu dihentikan sementara karena mengeluarkan aroma tidak enak.

Saat ini, Rudi mengatakan lubang itu sengaja ditutup terpal untuk menghindari bau menyengat yang tertiup angin hingga ke permukiman warga setempat.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

[POPULER JABODETABEK] Kebengisan Pembunuh Wanita Dalam Koper | Kronologi Meninggalnya Siswa STIP yang Dianiaya Senior

[POPULER JABODETABEK] Kebengisan Pembunuh Wanita Dalam Koper | Kronologi Meninggalnya Siswa STIP yang Dianiaya Senior

Megapolitan
Daftar 73 SD/MI Gratis di Tangerang dan Cara Daftarnya

Daftar 73 SD/MI Gratis di Tangerang dan Cara Daftarnya

Megapolitan
Taruna STIP Tewas Dianiaya, Polisi Ungkap Pemukulan Senior ke Junior Jadi Tradisi 'Penindakan'

Taruna STIP Tewas Dianiaya, Polisi Ungkap Pemukulan Senior ke Junior Jadi Tradisi "Penindakan"

Megapolitan
Empat Taruna STIP yang Diduga Saksikan Pelaku Aniaya Junior Tak Ikut Ditetapkan Tersangka

Empat Taruna STIP yang Diduga Saksikan Pelaku Aniaya Junior Tak Ikut Ditetapkan Tersangka

Megapolitan
Motif Pelaku Aniaya Taruna STIP hingga Tewas: Senioritas dan Arogansi

Motif Pelaku Aniaya Taruna STIP hingga Tewas: Senioritas dan Arogansi

Megapolitan
Penyebab Utama Tewasnya Taruna STIP Bukan Pemukulan, tapi Ditutup Jalur Pernapasannya oleh Pelaku

Penyebab Utama Tewasnya Taruna STIP Bukan Pemukulan, tapi Ditutup Jalur Pernapasannya oleh Pelaku

Megapolitan
Polisi Tetapkan Tersangka Tunggal dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP Jakarta

Polisi Tetapkan Tersangka Tunggal dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP Jakarta

Megapolitan
Hasil Otopsi Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior: Memar di Mulut, Dada, hingga Paru

Hasil Otopsi Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior: Memar di Mulut, Dada, hingga Paru

Megapolitan
Akhir Penantian Ibu Pengemis yang Paksa Orang Sedekah, Dua Adiknya Datang Menjenguk ke RSJ

Akhir Penantian Ibu Pengemis yang Paksa Orang Sedekah, Dua Adiknya Datang Menjenguk ke RSJ

Megapolitan
Polisi Sebut Ahmad dan RM Semula Rekan Kerja, Jalin Hubungan Asmara sejak Akhir 2023

Polisi Sebut Ahmad dan RM Semula Rekan Kerja, Jalin Hubungan Asmara sejak Akhir 2023

Megapolitan
Praktik Prostitusi di RTH Tubagus Angke Dinilai Bukan PR Pemprov DKI Saja, tapi Juga Warga

Praktik Prostitusi di RTH Tubagus Angke Dinilai Bukan PR Pemprov DKI Saja, tapi Juga Warga

Megapolitan
Keluarga Harap Tak Ada Intervensi dalam Pengusutan Kasus Mahasiswa STIP yang Tewas Dianiaya Senior

Keluarga Harap Tak Ada Intervensi dalam Pengusutan Kasus Mahasiswa STIP yang Tewas Dianiaya Senior

Megapolitan
Pro-Kontra Warga soal Janji Dishub DKI Tertibkan Juru Parkir, Tak Keberatan jika Jukir Resmi

Pro-Kontra Warga soal Janji Dishub DKI Tertibkan Juru Parkir, Tak Keberatan jika Jukir Resmi

Megapolitan
Mahasiswa STIP Tewas Dianiaya Senior, Pengawasan dan Tata Tertib Kampus Jadi Sorotan

Mahasiswa STIP Tewas Dianiaya Senior, Pengawasan dan Tata Tertib Kampus Jadi Sorotan

Megapolitan
Hari Ini, Polisi Lakukan Gelar Perkara Kasus Mahasiswa STIP Tewas Diduga Dianiaya Senior

Hari Ini, Polisi Lakukan Gelar Perkara Kasus Mahasiswa STIP Tewas Diduga Dianiaya Senior

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com