Pemindaian barcode di halte Transjakarta yang tidak lancar juga dialami Putri Zahra.
Jumat siang, warga Grogol, Jakarta Barat, yang berkantor di Kebon Sirih itu melakukan perjalanan dari Halte Bank Indonesia ke Plaza Blok M untuk urusan pekerjaan.
”Saya tertarik dengan aplikasi baru ini, juga dengan tarif integrasi yang ditawarkan. Saat saya memindai barcode tiket di Halte Bank Indonesia, saya sampai harus dibantu petugas halte. Pemindaian itu lama, sekitar dua menit, karena saya mencoba beberapa kali sampai menimbulkan antrean agak panjang,” jelas Zahra.
Dari pengalaman Zahra, di siang hari sinar matahari begitu terang sehingga mesin pemindai tidak bisa bekerja dengan baik. Pencahayaan yang terlalu terang membuat alat pembaca tidak bisa membaca barcode.
Sandi, warga Pulogadung, Jakarta Timur, yang berkantor di Jalan Sudirman, mengatakan, ia mencoba menggunakan aplikasi Jaklingko setelah membaca di berita. Ia naik Transjakarta kemudian berganti MRT di Stasiun Bundaran HI.
”Tapi memesan tiket tarif integrasi menggunakan aplikasi Jaklingko malah membutuhkan waktu ekstra,” jelasnya.
Sandi juga menemukan, di stasiun MRT tidak ada sinyal provider internet yang ia pergunakan.
”Perlu ada WiFi atau penguat sinyal, terutama stasiun bawah tanah,” jelas Sandi.
Dari perjalanan yang dilakukan Dina atau Zahra atau Sandi, ketiganya senada mengatakan, perjalanan dengan tarif integrasi tidak efisien.
”Waktu tempuh semakin lama sehingga tidak bisa untuk pengguna dengan mobilitas tinggi,” jelas Sandi.
Meski keberadaan moda transportasi yang terintegrasi itu cukup membantu, bagi Dina, belum efektif dari sisi waktu tempuh.
Perjalanan dari Tangsel menuju Monas biasa ia tempuh dalam satu jam dengan sepeda motor.
Dengan moda transportasi terintegrasi menggunakan aplikasi Jaklingko ini, diperlukan waktu 1,5 jam.
”Jadi untuk saat ini saya merasa lebih efektif berangkat dari Tangsel ke Jakarta menggunakan kendaraan pribadi ketimbang transportasi umum dengan tarif integrasi,” jelas Dina.
Putri Zahra menilai, penggunaan kartu elektronik lebih tepat ketimbang penggunaan aplikasi.
Sementara Alia, warga Mangga Besar, Jakarta Barat, menyatakan tarif integrasi memang hemat.
Namun, ia mendapati rute perjalanan yang disarankan aplikasi kurang akurat, sistemnya juga tidak konsisten menyarankan rute.
”Jadi jika dicari rute yang sama dari titik keberangkatan dan titik tujuan misal dua atau tiga kali pengulangan, itu rute yang disarankan akan berbeda sehingga perlu mengulang berkali-kali untuk mendapat saran rute dan biaya yang sama jika aplikasi digunakan untuk lebih dari satu orang. Dengan demikian, butuh waktu yang lama untuk mendapatkan tiket perjalanan,” jelas Alia.
Berita ini telah tayang di Kompas.id dengan judul "Tarif Integrasi Berlaku, Sejumlah Kendala Masih Dijumpai"