JAKARTA, KOMPAS.com - Anak buah kapal (ABK) asal Kepulauan Seribu bernama Eko (37) mengatakan, jumlah penumpang menurun sejak adanya kapal milik Dinas Perhubungan (Dishub) DKI Jakarta.
Sebab, menurut dia, kapal nelayan di Pelabuhan Muara Angke, Jakarta Utara, perlu membagi kuota penumpang dengan kapal Dishub.
Dia menyebutkan, kapal tradisional yang dikelolanya menuju Pulau Kelapa dapat mengangkut 100 penumpang per hari.
Akan tetapi, kuota ini berkurang sejak kapal milik Dishub turut mengangkut penumpang menuju Kepulauan Seribu.
"Kami misalnya dapat 100 penumpang, jumlahnya berkurang jadi 50 orang," ujar Eko saat ditemui Kompas.com di dermaga Pelabuhan Muara Angke, Selasa (4/10/2022).
"Penumpang kan jadi terbagi dua, itu kalau satu saja yang berangkat kapalnya (Dishub). Kalau kapal Dishub dua-duanya berangkat, kami enggak dapat penumpang," sambung dia.
Baca juga: Tak Hanya Kapal Dishub, Kapal Tradisional Tetap Tersedia di Terminal Penumpang Muara Angke
Selain itu, para pengusaha kapal tradisional juga harus berebut penumpang, lantaran tarif perjalanan yang berbeda.
"Soalnya dia (kapal Dishub) ongkosnya terlalu murah, kalau enggak salah Rp 28.000 untuk trayek Pulau Kelapa. Kalau bisa, samain sama kapal tradisional," kata Eko.
Tarif kapal milik Dishub, Eko menuturkan, jauh berbeda dengan tarif yang ditetapkan oleh pemilik kapal-kapal tradisional.
Eko memerinci, tarif perjalanan bagi warga Kepulauan Seribu dipatok Rp 62.000 lengkap dengan asuransi, sedangkan tarif bagi wisatawan yakni Rp 92.000.
Baca juga: Wajah Baru Terminal Penumpang Pelabuhan Muara Angke Usai Direvitalisasi dan Diresmikan Anies
Perbedaan tarif yang sangat mencolok ini membuat para penumpang beralih menggunakan kapal Dishub.
Dampaknya, kapal tradisional hanya mengangkut kurang dari 30 penumpang di luar akhir pekan.
"Kami susah kalau bersaing, kalau bisa (kapal Dishub) tetap jalan tapi misalnya Senin berangkat, nanti Rabu baru berangkat lagi, diselang-seling. Kalau setiap hari (kapal Dishub) diberangkatin dua-duanya, mati kapal tradisional," ucap Eko.
Baca juga: Pelabuhan Muara Angke Dulu Becek dan Bau, Penumpang: Sekarang Jauh Lebih Baik
Kasus serupa dialami kapten kapal tradisional Kepulauan Seribu yang tak ingin disebutkan namanya.
Dia berkata, penumpang cenderung memilih kapal Dishub karena tarifnya lebih murah dan cepat sampai tujuan. Namun, kondisi ini justru memberatkan para awak kapal tradisional.