Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Curhat Awak Kapal Tradisional di Muara Angke, Jumlah Penumpang Turun karena Berebut dengan Kapal Dishub

Kompas.com - 05/10/2022, 05:30 WIB
Zintan Prihatini,
Nursita Sari

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Anak buah kapal (ABK) asal Kepulauan Seribu bernama Eko (37) mengatakan, jumlah penumpang menurun sejak adanya kapal milik Dinas Perhubungan (Dishub) DKI Jakarta.

Sebab, menurut dia, kapal nelayan di Pelabuhan Muara Angke, Jakarta Utara, perlu membagi kuota penumpang dengan kapal Dishub.

Dia menyebutkan, kapal tradisional yang dikelolanya menuju Pulau Kelapa dapat mengangkut 100 penumpang per hari.

Akan tetapi, kuota ini berkurang sejak kapal milik Dishub turut mengangkut penumpang menuju Kepulauan Seribu.

"Kami misalnya dapat 100 penumpang, jumlahnya berkurang jadi 50 orang," ujar Eko saat ditemui Kompas.com di dermaga Pelabuhan Muara Angke, Selasa (4/10/2022).

"Penumpang kan jadi terbagi dua, itu kalau satu saja yang berangkat kapalnya (Dishub). Kalau kapal Dishub dua-duanya berangkat, kami enggak dapat penumpang," sambung dia.

Baca juga: Tak Hanya Kapal Dishub, Kapal Tradisional Tetap Tersedia di Terminal Penumpang Muara Angke

Selain itu, para pengusaha kapal tradisional juga harus berebut penumpang, lantaran tarif perjalanan yang berbeda.

"Soalnya dia (kapal Dishub) ongkosnya terlalu murah, kalau enggak salah Rp 28.000 untuk trayek Pulau Kelapa. Kalau bisa, samain sama kapal tradisional," kata Eko.

Tarif kapal milik Dishub, Eko menuturkan, jauh berbeda dengan tarif yang ditetapkan oleh pemilik kapal-kapal tradisional.

Eko memerinci, tarif perjalanan bagi warga Kepulauan Seribu dipatok Rp 62.000 lengkap dengan asuransi, sedangkan tarif bagi wisatawan yakni Rp 92.000.

Baca juga: Wajah Baru Terminal Penumpang Pelabuhan Muara Angke Usai Direvitalisasi dan Diresmikan Anies

Perbedaan tarif yang sangat mencolok ini membuat para penumpang beralih menggunakan kapal Dishub.

Dampaknya, kapal tradisional hanya mengangkut kurang dari 30 penumpang di luar akhir pekan.

"Kami susah kalau bersaing, kalau bisa (kapal Dishub) tetap jalan tapi misalnya Senin berangkat, nanti Rabu baru berangkat lagi, diselang-seling. Kalau setiap hari (kapal Dishub) diberangkatin dua-duanya, mati kapal tradisional," ucap Eko.

Baca juga: Pelabuhan Muara Angke Dulu Becek dan Bau, Penumpang: Sekarang Jauh Lebih Baik

Kasus serupa dialami kapten kapal tradisional Kepulauan Seribu yang tak ingin disebutkan namanya.

Dia berkata, penumpang cenderung memilih kapal Dishub karena tarifnya lebih murah dan cepat sampai tujuan. Namun, kondisi ini justru memberatkan para awak kapal tradisional.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pedagang Pigura di Bekasi Bakal Jual 1.000 Pasang Foto Prabowo-Gibran

Pedagang Pigura di Bekasi Bakal Jual 1.000 Pasang Foto Prabowo-Gibran

Megapolitan
Ketika Pemprov DKI Seolah Tak Percaya Ada Perkampungan Kumuh Dekat Istana Negara...

Ketika Pemprov DKI Seolah Tak Percaya Ada Perkampungan Kumuh Dekat Istana Negara...

Megapolitan
Pedagang Pigura di Bekasi Patok Harga Foto Prabowo-Gibran mulai Rp 150.000

Pedagang Pigura di Bekasi Patok Harga Foto Prabowo-Gibran mulai Rp 150.000

Megapolitan
Upaya PKS Lanjutkan Hegemoni Kemenangan 5 Periode Berturut-turut pada Pilkada Depok

Upaya PKS Lanjutkan Hegemoni Kemenangan 5 Periode Berturut-turut pada Pilkada Depok

Megapolitan
PKS Bakal Gaet Suara Anak Muda untuk Bisa Menang Lagi pada Pilkada Depok 2024

PKS Bakal Gaet Suara Anak Muda untuk Bisa Menang Lagi pada Pilkada Depok 2024

Megapolitan
Golkar: Elektabilitas Bukan Jadi Indikator Utama untuk Pilih Cagub DKI

Golkar: Elektabilitas Bukan Jadi Indikator Utama untuk Pilih Cagub DKI

Megapolitan
Polisi Periksa 13 Saksi dalam Kasus Anggota Polisi yang Tembak Kepalanya Sendiri

Polisi Periksa 13 Saksi dalam Kasus Anggota Polisi yang Tembak Kepalanya Sendiri

Megapolitan
Nestapa Agus, Tak Dapat Bantuan Pemerintah dan Hanya Andalkan Uang Rp 100.000 untuk Hidup Sebulan

Nestapa Agus, Tak Dapat Bantuan Pemerintah dan Hanya Andalkan Uang Rp 100.000 untuk Hidup Sebulan

Megapolitan
Ogah Bayar Rp 5.000, Preman di Jatinegara Rusak Gerobak Tukang Bubur

Ogah Bayar Rp 5.000, Preman di Jatinegara Rusak Gerobak Tukang Bubur

Megapolitan
Kapolres Jaksel: Brigadir RAT Diduga Bunuh Diri karena Ada Masalah Pribadi

Kapolres Jaksel: Brigadir RAT Diduga Bunuh Diri karena Ada Masalah Pribadi

Megapolitan
Polisi: Mobil Alphard yang Digunakan Brigadir RAT Saat Bunuh Diri Milik Kerabatnya

Polisi: Mobil Alphard yang Digunakan Brigadir RAT Saat Bunuh Diri Milik Kerabatnya

Megapolitan
Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Sabtu 27 April 2024, dan Besok: Siang ini Hujan Ringan

Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Sabtu 27 April 2024, dan Besok: Siang ini Hujan Ringan

Megapolitan
[POPULER JABODETABEK] Warga yang 'Numpang' KTP Jakarta Protes NIK-nya Dinonaktifkan | Polisi Sita Senpi dan Alat Seks dari Pria yang Cekoki Remaja hingga Tewas

[POPULER JABODETABEK] Warga yang "Numpang" KTP Jakarta Protes NIK-nya Dinonaktifkan | Polisi Sita Senpi dan Alat Seks dari Pria yang Cekoki Remaja hingga Tewas

Megapolitan
Harga Bawang Merah Melonjak, Pemprov DKI Bakal Gelar Pangan Murah

Harga Bawang Merah Melonjak, Pemprov DKI Bakal Gelar Pangan Murah

Megapolitan
Pemprov DKI Diminta Lindungi Pengusaha Warung Madura Terkait Adanya Permintaan Pembatasan Jam Operasional

Pemprov DKI Diminta Lindungi Pengusaha Warung Madura Terkait Adanya Permintaan Pembatasan Jam Operasional

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com