Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Antrean "Tap In-Tap Out" di Halte Transjakarta Disebut Bikin Pekerja Telat Ngantor

Kompas.com - 05/10/2022, 11:11 WIB
Zintan Prihatini,
Irfan Maullana

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Pengguna moda transportasi bus transjakarta mengeluhkan sistem tap in dan tap out dengan menempelkan kartu uang elektronik (KUE) yang memicu antrean panjang pada Selasa (4/10/2022).

Pasalnya, mereka harus menunggu lebih lama dan terancam terlambat datang ke kantor.

Jane (30), yang merupakan penumpang bus transjakarta, mengeluhkan lamanya antrean di Halte Karet, imbas hari pertama penerapan aturan baru.

Dia mengaku ikut antre hingga 15 menit sebelum akhirnya bisa masuk ke koridor halte transjakarta.

"Antreannya mengular, jadi pas aku nyampe memang kaget. Biasanya kalau tap in-tap out antrenya paling cuma lima orang," ujar Jane di Halte Harmoni, Rabu (5/10/2022).

Baca juga: Penumpang Protes Tak Ada Sosialisasi Kebijakan Wajib Tap In–Tap Out di Halte Transjakarta

"Nah yang ini tuh benar-benar dari tempat (mesin) tap out-nya sampai ke ujung Halte Karet, jadi ngantrenya sampai belakang, mentok halte," sambung dia.

Sebagai penumpang, Jane mengaku merasa dirugikan karena sistem tap in-tap out justru membuatnya hampir terlambat ke kantor.

PT Transjakarta, menurut dia, tidak menyosialisasikan kebijakan sistem baru tersebut kepada para penumpang.

"Merugikan sih, harusnya sosialisasi dulu dari awal karena kalau enggak kayak kemarin, hampir terlambat. Ya lumayan merugikan," imbuh Jane.

Penumpang bus transjakarta bernama Novita (20) juga merasa berkeberatan apabila harus terus mengantre panjang di halte. Kemarin, dia harus menunggu cukup lama untuk masuk ke Halte Kalideres.

Baca juga: Mencoba Sistem Baru Transjakarta, Harus 2 Kali Tap In dengan Alasan Kartu Terblokir

Selain karena sistem tap in tap-out yang baru, halte ini juga sedang direnovasi. Sehingga penumpukan penumpang tak bisa dihindari.

"Saya antre karena di Halte Kalideres ada perbaikan, renovasi. Jadi satu halte untuk naik sama turun. Jadi untuk tap in-tap out-nya antre karena di dalam haltenya sudah padat," ungkap Novita.

Senada dengan Jane, perempuan yang bekerja di kawasan Jakarta Pusat ini juga harus menghabiskan waktu lebih lama untuk sampai ke kantor.

"Jadi lama waktunya, harusnya bisa cepat jadinya malah telat ke kantor," jelas Novita.

Di hari pertama penerapan sistem tap in-tap out yang baru, Novita harus menunggu selama 15 menit, sejak kedatangannya di Halte Kalideres pada pukul 06.30 WIB.

Perubahan sistem yang dimulai sejak Selasa ini, menjadi bagian dari penerapan tarif angkutan terintegrasi di Jakarta. Sayangnya, hal itu sempat mengakibatkan kepadatan penumpang dan hambatan perjalanan di halte-halte bus transjakarta.

Adapun Kepala Divisi Sekretaris Perusahaan Transjakarta Anang Rizkani Noor menjelaskan, apabila pelanggan tidak melakukan tempel kartu baik saat naik atau turun, konsekuensinya kartu akan terblokir.

"Pelanggan perlu melakukan atur ulang (reset) dan biaya perjalanan sebelumnya akan dikenakan pada perjalanan berikutnya,” kata Anang dalam keterangannya, Selasa.

Pelanggan juga perlu memiliki saldo minimum senilai Rp 5.000 untuk memanfaatkan layanan bus transjakarta.

Sebaliknya, jika saldo di bawah Rp 5.000, pelanggan tidak dapat menggunakan layanan transjakarta, kecuali untuk layanan gratis.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Kebakaran Agen Gas dan Air di Cinere Depok, Empat Ruangan Hangus

Kebakaran Agen Gas dan Air di Cinere Depok, Empat Ruangan Hangus

Megapolitan
Polisi Tangkap Empat Pebisnis Judi 'Online' di Depok yang Jual Koin Slot lewat 'Live Streaming'

Polisi Tangkap Empat Pebisnis Judi "Online" di Depok yang Jual Koin Slot lewat "Live Streaming"

Megapolitan
Punya Penjaringan Sendiri, PDI-P Belum Jawab Ajakan PAN Usung Dedie Rachim di Pilkada Bogor

Punya Penjaringan Sendiri, PDI-P Belum Jawab Ajakan PAN Usung Dedie Rachim di Pilkada Bogor

Megapolitan
Begini Tampang Dua Pria yang Cekoki Remaja 16 Tahun Pakai Narkoba hingga Tewas

Begini Tampang Dua Pria yang Cekoki Remaja 16 Tahun Pakai Narkoba hingga Tewas

Megapolitan
Kelurahan di DKJ Dapat Kucuran Anggaran 5 Persen dari APBD, Sosialisasi Mulai Mei 2024

Kelurahan di DKJ Dapat Kucuran Anggaran 5 Persen dari APBD, Sosialisasi Mulai Mei 2024

Megapolitan
Diprotes Warga karena Penonaktifan NIK, Petugas: Banyak Program Pemprov DKI Tak Berjalan Mulus karena Tak Tertib

Diprotes Warga karena Penonaktifan NIK, Petugas: Banyak Program Pemprov DKI Tak Berjalan Mulus karena Tak Tertib

Megapolitan
Dua Rumah Kebakaran di Kalideres, Satu Orang Tewas

Dua Rumah Kebakaran di Kalideres, Satu Orang Tewas

Megapolitan
Curhat Pedagang Bawang Merah Kehilangan Pembeli Gara-gara Harga Naik Dua Kali Lipat

Curhat Pedagang Bawang Merah Kehilangan Pembeli Gara-gara Harga Naik Dua Kali Lipat

Megapolitan
PAN Ajak PDI-P Ikut Usung Dedie Rachim Jadi Calon Wali Kota Bogor

PAN Ajak PDI-P Ikut Usung Dedie Rachim Jadi Calon Wali Kota Bogor

Megapolitan
Kelakar Chandrika Chika Saat Dibawa ke BNN Lido: Mau ke Mal, Ada Cinta di Sana...

Kelakar Chandrika Chika Saat Dibawa ke BNN Lido: Mau ke Mal, Ada Cinta di Sana...

Megapolitan
Pemilik Toko Gas di Depok Tewas dalam Kebakaran, Saksi: Langsung Meledak, Enggak Tertolong Lagi

Pemilik Toko Gas di Depok Tewas dalam Kebakaran, Saksi: Langsung Meledak, Enggak Tertolong Lagi

Megapolitan
Sowan ke Markas PDI-P Kota Bogor, PAN Ajak Berkoalisi di Pilkada 2024

Sowan ke Markas PDI-P Kota Bogor, PAN Ajak Berkoalisi di Pilkada 2024

Megapolitan
Penjelasan Pemprov DKI Soal Anggaran Restorasi Rumah Dinas Gubernur DKI yang Capai Rp 22 Miliar

Penjelasan Pemprov DKI Soal Anggaran Restorasi Rumah Dinas Gubernur DKI yang Capai Rp 22 Miliar

Megapolitan
Kebakaran Tempat Agen Gas dan Air di Depok, Satu Orang Meninggal Dunia

Kebakaran Tempat Agen Gas dan Air di Depok, Satu Orang Meninggal Dunia

Megapolitan
Banyak Warga Berbohong: Mengaku Masih Tinggal di Jakarta, padahal Sudah Pindah

Banyak Warga Berbohong: Mengaku Masih Tinggal di Jakarta, padahal Sudah Pindah

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com