"Makanya kita mau tidak mau harus berpikir lebih realistis bahwa sistem kita sudah tidak sesuai dengan kondisi hujan yang terjadi sekarang," ucap Yayat pada 23 Februari 2021.
Pengamat tata kota dari Universitas Trisakti Nirwono Yoga juga mengatakan, ada beberapa pekerjaan rumah yang perlu dituntaskan Pemprov DKI Jakarta untuk menyelesaikan persoalan banjir.
PR tersebut yakni membenahi sungai, baik dengan naturalisasi maupun normalisasi; membenahi drainase secara besar-besaran, dan membenahi kawasan pesisir untuk mengantisipasi banjir rob.
Melalui siaran pers resmi Pemprov DKI Jakarta pada 8 Oktober 2022, Anies menjelaskan, dalam lima tahun terakhir, Pemprov DKI telah melakukan berbagai program pengendalian banjir yang tidak berorientasi pada betonisasi.
Salah satunya, program gerebek lumpur atau kegiatan pengerukan lumpur di danau, sungai, dan waduk di Jakarta.
Kegiatan ini bertujuan untuk mengurangi proses pendangkalan dengan mengerahkan alat berat berskala hingga tiga kali lipat dari kapasitas biasanya.
Selain itu, Dinas Sumber Daya Air (SDA) DKI Jakarta membuat kolam olakan air guna menampung genangan air sementara di jalan raya saat hujan tiba. Air kemudian akan dialirkan ke sungai atau laut.
Baca juga: Jakarta Timur Banjir, Sudin SDA: Murni akibat Luapan Kali Ciliwung
Anies menjelaskan, Pemprov DKI juga memperbaiki saluran air, mengintensifkan instalasi sumur resapan atau drainase vertikal, mengimplementasikan blue and green atau taman yang menjadi kawasan tampungan air sementara saat intensitas hujan tinggi, menyediakan alat pengukur curah hujan, dan memperbaiki pompa.
Pemprov DKI Jakarta saat ini memiliki 475 unit pompa stasioner dan 429 unit pompa mobile. Kapasitas pompa disebut meningkat 54 persen dalam sepuluh tahun terakhir. Total kapasitas pompa saat ini 129 meter kubik.
Menurut Anies, kini Pemprov DKI Jakarta tengah fokus menuntaskan program 942 project, yakni rehabilitasi 9 polder (sistem untuk menangani banjir rob yang terdiri dari kombinasi tanggul, kolam retensi, dan pompa), 4 retensi air (waduk), dan 2 sungai.
Rehabilitasi 9 polder disebut dapat menurunkan dampak banjir di dataran yang lebih rendah di Jakarta Utara, seperti Teluk Gong, Kelapa Gading, Muara Angke, dan lainnya.
Sementara itu, 4 waduk di Pondok Ranggon, Lebak Bulus, Brigif, dan Embung Wirajasa akan mereduksi banjir pada sistem aliran Kali Sunter, Kali Krukut, Kali Grogol, dan wilayah Cipinang-Melayu yang juga berfungsi sebagai penampung air. Air dari 4 waduk tersebut kemudian dialirkan ke laut.
Baca juga: Target Meleset, Wagub Riza Akui Banjir Jakarta Ada yang Tak Surut Dalam 6 Jam
Selain itu, kata Anies, Pemprov DKI meningkatkan kapasitas dua sungai, yaitu Kali Besar dan Kali Ciliwung. Langkah ini disebut untuk mengendalikan banjir kawasan.
Selain berfokus pada infrastruktur, lanjut Anies, Pemprov DKI Jakarta juga berinovasi dengan teknologi.
Salah satunya flood control system untuk memetakan masalah banjir yang lebih akurat serta pengelolaan resiko banjir yang lebih terukur.
Untuk mendapatkan data secara real-time dalam jumlah yang lebih banyak dan reliable, Pemprov DKI Jakarta memasang sensor di 178 titik rumah pompa dan pintu air serta kamera CCTV.
Alat-alat ini mengukur empat jenis data, yaitu ketinggian air, curah hujan, debit air, dan temperatur. Data yang sudah terkumpul selanjutnya dianalisis dan divisualisasikan dalam bentuk dashboard.
“Yang awalnya dilakukan secara manual, kini real-time. Yang awalnya terbatas, kini datanya melimpah, sehingga monitoring penanganan banjir lebih efektif. Petugas-petugas di lapangan dapat melakukan penanganan banjir secara lebih cepat. Kami berpandangan ini adalah progres dan akan terus kami tingkatkan,” ungkap Anies.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.