Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kala Anies Sebut Jakarta Pasti Banjir Saat Curah Hujan Ekstrem, Sudahkah Pemprov Berbenah?

Kompas.com - 12/10/2022, 06:58 WIB
Muhammad Naufal,
Nursita Sari

Tim Redaksi

"Yang kemarin dialami di Jakarta itu, (curah hujan) sampai dengan 244 milimeter, jadi kita mengalami curah hujan yang ekstrem. Karena (curah hujan) di atas 150 milimeter (disebut) ekstrem, kita mengalami di atas 240 milimeter," ujar Anies pada 9 Februari 2020.

Baca juga: Banjir Rendam 50 RT di Jakarta Rabu Pagi Ini, Paling Tinggi 2,2 Meter di Cawang

Selain itu, kata Anies, banjir kala itu juga disebabkan air kiriman dari hulu. Ketinggian air di Bendung Katulampa menyebabkan Jakarta menerima volume air yang cukup besar dari hulu.

Anies berujar, seluruh jajaran Pemprov DKI Jakarta kala itu sudah siaga untuk mengendalikan banjir Ibu Kota. Alat-alat berat dan pompa air juga turut disiagakan.

Jakarta tak dilanda banjir, jika...

Karena sistem drainase di Jakarta hanya mampu menampung curah hujan rata-rata 100 milimeter, Anies pun menargetkan Jakarta tak dilanda banjir jika curah hujan lokal di bawah 100 milimeter.

"Apabila turun hujan dengan curah di bawah 100 mm/hari, maka kita harus memastikan Jakarta aman dan curahan hujan dapat tertangani dengan baik," kata Anies dalam siaran pers resmi Pemprov DKI Jakarta, Sabtu (8/10/2022).

Baca juga: Minimnya Normalisasi Tanggul Jadi Salah Satu Penyebab Banjir di Jakarta

Sebaliknya, Anies menuturkan, banjir akan menggenangi wilayah Ibu Kota jika curah hujan mencapai 100 milimeter per hari karena melebihi daya tampung sistem drainase di Jakarta.

"Di sisi lain, apabila curah hujan ekstrem berada di atas angka 100 mm/hari, mau tidak mau air akan tergenang, terjadilah banjir," tutur dia.

Anies juga pernah menyampaikan hal tersebut pada November 2020 dan November 2021.

Buruknya sistem drainase Jakarta

Pada Februari 2020, saat sejumlah wilayah Jakarta terendam banjir, Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuljono menilai bahwa masalah drainase menjadi penyebab utama banjir di sejumlah wilayah di Jakarta pada hari ini.

Sebab, saat itu tak ada sungai yang meluap.

"Untuk kesimpulannya, memang drainasenya. Yang bikin kapasitas drainasenya yang lebih kecil dari volume air dan kapasitas hujannya," kata Basuki pada 25 Februari 2020.

Pakar tata kelola air dari Universitas Indonesia Firdaus Ali mengatakan, sistem drainase yang buruk juga telah menyebabkan banjir di Ibu Kota pada 20 Februari 2021 akibat curah hujan tinggi.

"Itu terlihat ada sistem drainase kita yang tidak berfungsi dengan baik untuk mengantisipasi curah hujan yang relatif tinggi ini," kata Firdaus saat itu.

Baca juga: Pakar: Tingkatkan Kapasitas Drainase dan Normalisasi Sungai untuk Cegah Banjir di Jakarta

Menurut Firdaus, Pemprov DKI Jakarta dan pemerintah kota-kota penyangga seharusnya mampu mencegah banjir dengan membenahi sistem drainase kota.

"Kita tidak bisa menolak hujan dan mengendalikan intensitasnya. Yang bisa dikelola apa? Kemampuan kita mengelola (sistem drainase) sehingga tidak menjadi bencana," ujar Firdaus.

Hal yang sama disampaikan pengamat tata kota dari Universitas Trisakti Yayat Supriatna. Yayat mengatakan, banjir Jakarta pada Februari 2021 terjadi karena curah hujan ekstrem lantaran efek pemanasan global.

Menurut Yayat, dibutuhkan infrastruktur yang mampu menampung curah hujan ekstrem. Sebab, dalam beberapa tahun ke depan, curah hujan di Jakarta diprediksi tetap tinggi.

Baca juga: Melesetnya Target Anies-Riza soal Banjir Jakarta Surut dalam 6 Jam, Ada Wilayah Terendam 12 Jam...

Saat itu, Yayat mengingatkan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta untuk bersiap diri meningkatkan kapasitas drainase dan normalisasi sungai.

Yayat menjelaskan, jika pendekatan penanganan banjir hanya mengandalkan sumur resapan hingga pompa, upaya tersebut masih kurang untuk mencegah banjir, khususnya jika curah hujan lebih dari 100 milimeter per hari.

Halaman Berikutnya
Halaman:


Terkini Lainnya

Ayah di Jaktim Setubuhi Anak Kandung sejak 2019, Korban Masih di Bawah Umur

Ayah di Jaktim Setubuhi Anak Kandung sejak 2019, Korban Masih di Bawah Umur

Megapolitan
Sempat Tersendat akibat Tumpahan Oli, Lalu Lintas Jalan Raya Bogor Kembali Lancar

Sempat Tersendat akibat Tumpahan Oli, Lalu Lintas Jalan Raya Bogor Kembali Lancar

Megapolitan
Ibu di Jaktim Rekam Putrinya Saat Disetubuhi Pacar, lalu Suruh Aborsi Ketika Hamil

Ibu di Jaktim Rekam Putrinya Saat Disetubuhi Pacar, lalu Suruh Aborsi Ketika Hamil

Megapolitan
Komnas PA Bakal Beri Pendampingan Siswa SMP di Jaksel yang Lompat dari Lantai 3 Gedung Sekolah

Komnas PA Bakal Beri Pendampingan Siswa SMP di Jaksel yang Lompat dari Lantai 3 Gedung Sekolah

Megapolitan
Penanganan Kasus Pemerkosaan Remaja di Tangsel Lambat, Pelaku Dikhawatirkan Ulangi Perbuatan

Penanganan Kasus Pemerkosaan Remaja di Tangsel Lambat, Pelaku Dikhawatirkan Ulangi Perbuatan

Megapolitan
Pendaftaran PPDB Jakarta Dibuka 10 Juni, Ini Jumlah Daya Tampung Siswa Baru SD hingga SMA

Pendaftaran PPDB Jakarta Dibuka 10 Juni, Ini Jumlah Daya Tampung Siswa Baru SD hingga SMA

Megapolitan
Kasus Perundungan Siswi SMP di Bogor, Polisi Upayakan Diversi

Kasus Perundungan Siswi SMP di Bogor, Polisi Upayakan Diversi

Megapolitan
Disdik DKI Akui Kuota Sekolah Negeri di Jakarta Masih Terbatas, Janji Bangun Sekolah Baru

Disdik DKI Akui Kuota Sekolah Negeri di Jakarta Masih Terbatas, Janji Bangun Sekolah Baru

Megapolitan
Polisi Gadungan yang Palak Warga di Jaktim dan Jaksel Positif Sabu

Polisi Gadungan yang Palak Warga di Jaktim dan Jaksel Positif Sabu

Megapolitan
Kondisi Siswa SMP di Jaksel yang Lompat dari Lantai 3 Gedung Sekolah Sudah Bisa Berkomunikasi

Kondisi Siswa SMP di Jaksel yang Lompat dari Lantai 3 Gedung Sekolah Sudah Bisa Berkomunikasi

Megapolitan
Polisi Gadungan di Jaktim Palak Pedagang dan Warga Selama 4 Tahun, Raup Rp 3 Juta per Bulan

Polisi Gadungan di Jaktim Palak Pedagang dan Warga Selama 4 Tahun, Raup Rp 3 Juta per Bulan

Megapolitan
Pelajar dari Keluarga Tak Mampu Bisa Masuk Sekolah Swasta Gratis Lewat PPDB Bersama

Pelajar dari Keluarga Tak Mampu Bisa Masuk Sekolah Swasta Gratis Lewat PPDB Bersama

Megapolitan
Dua Wilayah di Kota Bogor Jadi 'Pilot Project' Kawasan Tanpa Kabel Udara

Dua Wilayah di Kota Bogor Jadi "Pilot Project" Kawasan Tanpa Kabel Udara

Megapolitan
Keluarga Korban Begal Bermodus 'Debt Collector' Minta Hasil Otopsi Segera Keluar

Keluarga Korban Begal Bermodus "Debt Collector" Minta Hasil Otopsi Segera Keluar

Megapolitan
Masih di Bawah Umur, Pelaku Perundungan Siswi SMP di Bogor Tak Ditahan

Masih di Bawah Umur, Pelaku Perundungan Siswi SMP di Bogor Tak Ditahan

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com