"Siklus ini dapat dihentikan jika pasangan mengakui dan mengenali siklus ini dan mencari bantuan psikolog untuk membantu memahami akar persoalan dan memutus siklusnya," tutur Siti.
Mengutip hasil penelitian Lenore Walker, seorang psikolog feminis, Siti mengatakan setidaknya ada empat fase dalam siklus KDRT. Fase pertama adalah tahap ketegangan dimulai (tension building phase).
Pada fase ini, perbedaan pendapat yang bercampur dengan ketegangan emosi dimulai. Di dalamnya terdapat adu mulut disertai nada-nada marah, menekan, sekaligus mengancam.
Lalu, pada fase kedua terjadi tindakan atau kekerasan (acting-out phase). Ketika ketegangan tidak dapat diselesaikan dengan baik, maka pelaku akan melakukan kekerasan, khususnya fisik.
"Pelaku akan merasa dengan jalan ini maka ketegangan dapat berakhir dan situasi akan kembali terkendali. Dengan cara kekerasan, ia juga sedang menunjukkan siapa yang lebih kuat dan berkuasa," kata Siti.
Ketiga, ada tahap penyesalan atau bulan madu (reconciliation/honeymoon phase). Setelah melakukan kekerasan, pelaku dihantui rasa bersalah dan penyesalan.
Tetapi, Siti mengingatkan penyesalan mungkin saja bersifat manipulatif. Yaitu ia menyesal bukan atas kesadaran, tapi karena takut mengalami konsekuensi yang lebih berat seperti perceraian atau dilaporkan.
"Pada tahap inilah hati pasangan akan luluh, merasa kasihan, dan memaafkannya kembali dengan harapan si pelaku benar-benar bertobat dan tidak melakukan kekerasan lagi," kata Siti.
Lalu akan tiba pada tahap stabil (calm phase). Biasanya, situasi ini menunjukkan relasi kembali diliputi kondisi yang relatif stabil. Pertengkaran apalagi kekerasan telah mereda.
Kedua pihak bisa jadi telah mengalami kelelahan fisik dan emosi sehingga tidak ada lagi tenaga untuk bertengkar. Namun, tidak berarti bahwa mereka telah berhasil menyelesaikan akar masalahnya.
"Suatu waktu situasi ini akan kembali terkoyak bila permasalahan muncul dan tenaga kemarahan telah terkumpul. Artinya, suatu ketika kedua pihak akan kembali memasuki tahap pertamanya. Demikian selanjutnya," kata Siti.
Jika tidak ada intervensi untuk membantu pelaku mengelola konflik, Siti berujar potensi kekerasan tetap akan terjadi, mengikuti siklus di atas.
(Penulis: Tria Sutrisna, Larissa Huda | Editor: Jessi Carina, Ambaranie Nadia Kemala Movanita)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.