Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kekecewaan Pekerja Ibu Kota ke Heru Budi Soal WFH Saat Banjir Ibu Kota...

Kompas.com - 28/10/2022, 14:28 WIB
Larissa Huda

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Imbauan agar pekerja bisa bekerja dari rumah (WFH) saat Ibu Kota diguyur hujan deras atau terendam banjir memberikan angin segar bagi pekerja yang berkantor di Jakarta.

Seperti diketahui, Penjabat Gubernur DKI Jakarta Heru Budi Hartono mengimbau perusahaan swasta menerapkan sistem bekerja dari rumah saat banjir melanda Ibu Kota.

Namun, imbauan itu tak serta merta membuat para pekerja merasa lega sepenuhnya, salah satunya Pras (30), pekerja di bilangan Jakarta Selatan. Pasalnya, Heru hanya menekankan hal itu hanya bersifat imbauan lisan.

Baca juga: Warga DKI Kecewa dengan Heru, WFH Saat Banjir Rupanya Hanya Wacana...

Heru mengaku tidak akan memberikan surat edaran ataupun instruksi kepada perusahaan-perusahaan terkait penerapan WFH.

"Tentunya enggak yakin (imbauan itu berjalan). Ada surat edaran saat Covid-19 tinggi saja kantor-kantor banyak yang masih bandel. Bagaimana cuma imbauan yang enggak ada kewajiban resminya?" ujar Pras kepada Kompas.com, Jumat (28/10/2022).

Pras sendiri pernah merasakan tetap bekerja ke kantor saat Pemprov DKI menerapkan pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) akibat Covid-19. Ia pun menyakini imbauan WFH saat banjir hanya akan seperti "angin lalu" saja bagi korporasi swasta di Jakarta.

"Mungkin ini 'lip service' biar kesannya ada dukungan buat pekerja. Mungkin. Kalau memang serius, harusnya ada edaran resmi yang sifatnya wajib," ujar Pras.

Baca juga: Heru Hanya Keluarkan Imbauan WFH bagi Pekerja Saat Banjir di Jakarta, Pengamat: Hanya Lip Service

Selain itu, Pras berujar perusahaan semakin berat menerapkan kebijakan bekerja dari rumah lantaran tidak ada perbedaan signifikan terhadap pengeluaran meski pekerja tak datang ke kantor.

"Selama ini, WFH enggak ada beda sama WFO dari segi tagihan listrik, internet, dan lainnya. Soalnya pasti menyala semua. Jadi mereka mikir, better WFO biar karyawan bisa dipantau," tutur Pras.

Hal senada, Yani (31) yang merupakan pekerja asal Gunung Sindur, Jawa Barat, sebetulnya setuju apabila perusahaan mengizinkan karyawannya kerja dari rumah setiap kali hujan deras di Jakarta. Ia mengakui kondisi Jakarta berubah menjadi mencekam setiap kali banjir.

"Kalau bisa diwajibkan WFH saat hujan lebat. Akibatnya, Jakarta banjir. Kalau banjir, karyawan datang telat. Malah menganggu produktivitas," kata Yani.

Dengan arahan WFH saat banjir hanya bersifat imbauan dari Pemprov DKI, Yani yakin tak akan banyak perusahaan yang mau menjalankan.

Baca juga: Imbauan WFH Saat Banjir Jakarta Diyakini Tak Akan Dapat Dukungan Publik, Pengamat: Heru Hanya Kesayangan Jokowi

"Kalau imbauan mungkin kurang kuat ya. Karena cuma imbauan. Kalau diwajibkan biasanya ada konsekuensi bagi yang tidak menjalankan," tutur Yani.

Imbauan WFH Dinilai Hanya "Lip Service"

Pengamat Kebijakan Publik dari Universitas Trisakti, Trubus Rahadiansyah melihat, imbauan ini tidak akan dijalankan oleh perusahaan swasta lantaran WFH tak mendesak saat banjir.

"Hal ini berbeda seperti saat ada wabah. Jadi, menurut saya ini seperti 'lip service' saja dari Heru. Saya melihat ini kebingungan dia menghadapi banjir," ujar Trubus.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

[POPULER JABODETABEK] Motif Pembunuhan Wanita Dalam Koper: Korban Ternyata Minta Dinikahi | Misteri Mayat Wanita Dalam Koper Mulai Terkuak

[POPULER JABODETABEK] Motif Pembunuhan Wanita Dalam Koper: Korban Ternyata Minta Dinikahi | Misteri Mayat Wanita Dalam Koper Mulai Terkuak

Megapolitan
Rute Transjakarta 10M Pulo Gadung - Walikota Jakarta Utara via Cakung

Rute Transjakarta 10M Pulo Gadung - Walikota Jakarta Utara via Cakung

Megapolitan
Lokasi dan Jadwal Pencetakan KTP dan KK di Tangerang Selatan

Lokasi dan Jadwal Pencetakan KTP dan KK di Tangerang Selatan

Megapolitan
Kecelakaan di UI, Saksi Sebut Mobil HRV Berkecepatan Tinggi Tabrak Bus Kuning

Kecelakaan di UI, Saksi Sebut Mobil HRV Berkecepatan Tinggi Tabrak Bus Kuning

Megapolitan
Polisi Periksa 10 Saksi Kasus Tewasnya Siswa STIP yang Diduga Dianiaya Senior

Polisi Periksa 10 Saksi Kasus Tewasnya Siswa STIP yang Diduga Dianiaya Senior

Megapolitan
Diduga Ngebut, Mobil Tabrak Bikun UI di Hutan Kota

Diduga Ngebut, Mobil Tabrak Bikun UI di Hutan Kota

Megapolitan
Pembunuh Wanita Dalam Koper Sempat Tinggalkan Mayat Korban di Kamar Hotel

Pembunuh Wanita Dalam Koper Sempat Tinggalkan Mayat Korban di Kamar Hotel

Megapolitan
Siswa STIP Dianiaya Senior di Sekolah, Diduga Sudah Tewas Saat Dibawa ke Klinik

Siswa STIP Dianiaya Senior di Sekolah, Diduga Sudah Tewas Saat Dibawa ke Klinik

Megapolitan
Terdapat Luka Lebam di Sekitar Ulu Hati Mahasiswa STIP yang Tewas Diduga Dianiaya Senior

Terdapat Luka Lebam di Sekitar Ulu Hati Mahasiswa STIP yang Tewas Diduga Dianiaya Senior

Megapolitan
Dokter Belum Visum Jenazah Mahasiswa STIP yang Tewas akibat Diduga Dianiaya Senior

Dokter Belum Visum Jenazah Mahasiswa STIP yang Tewas akibat Diduga Dianiaya Senior

Megapolitan
Polisi Pastikan RTH Tubagus Angke Sudah Bersih dari Prostitusi

Polisi Pastikan RTH Tubagus Angke Sudah Bersih dari Prostitusi

Megapolitan
Mahasiswa STIP Tewas Diduga akibat Dianiaya Senior

Mahasiswa STIP Tewas Diduga akibat Dianiaya Senior

Megapolitan
Berbeda Nasib dengan Chandrika Chika, Rio Reifan Tak Akan Dapat Rehabilitasi Narkoba

Berbeda Nasib dengan Chandrika Chika, Rio Reifan Tak Akan Dapat Rehabilitasi Narkoba

Megapolitan
Lansia Korban Hipnotis di Bogor, Emas 1,5 Gram dan Uang Tunai Jutaan Rupiah Raib

Lansia Korban Hipnotis di Bogor, Emas 1,5 Gram dan Uang Tunai Jutaan Rupiah Raib

Megapolitan
Polisi Sebut Keributan Suporter di Stasiun Manggarai Libatkan Jakmania dan Viking

Polisi Sebut Keributan Suporter di Stasiun Manggarai Libatkan Jakmania dan Viking

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com