Selain itu, kepolisian juga menggandeng Asosiasi Psikologi Forensik Indonesia (Apsifor), laboratorium forensik, Indonesia Automatic Fingerprint Identification System (Inafis), ahli patologi anatomi, forensik medikolegal, hingga ahli toksikologi.
"Ini memang nanti ahli yang akan jelaskan. Ini merupakan interkolaborasi profesi, berbagai ahli dalam rangka scientific crime investigation," tutur Hengki.
Polisi menemukan titik terang dari jejak digital dalam penyelidikan untuk mencari keidentikan antara berbagai metode, salah satunya melalui digital forensik.
"Kami libatkan tim digital forensik, dan ternyata ini kami memperoleh beberapa kemajuan atau titik terang dari penyelidikan ini," jelas Hengki.
Baca juga: Update Kasus Kalideres: Dugaan Paham Apokaliptik, Mobil yang Dijual, dan Kesaksian Tukang Jamu
"Ternyata dari digital forensik kami menemukan petunjuk yang sangat penting," ujar Hengki.
Kendati demikian, Hengki enggan menjelaskan jejak digital yang dimaksud hingga penyelidikan rampung. Pasalnya, kata dia, dalam serangkaian olah TKP yang dilakukan tim gabungan banyak mendapatkan temuan dari berbagai metode penyelidikan.
"Kami sedang meneliti sebab kematian dan motif peristiwa ini dan sekarang masih berproses. Karena ini kasus yang cukup rumit. Ini harus benar-benar teliti," kata Hengki.
(Penulis : Zintan Prihatini | Editor : Irfan Maullana, Ihsanuddin)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.