Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengunjungi Museum Ahmad Yani, Saksi Bisu Peristiwa Kelam G-30-S

Kompas.com - 25/11/2022, 05:00 WIB
Ivany Atina Arbi

Editor

Mendiang Yayu Ruliah Sutodiwirdjo, istri Yani, ingin suaminya dikenang bangsa ini sebagai Pahlawan Revolusi, tanpa mengharap imbal balik dari pemerintah.

Keluarga Yani membeli rumah di seberang bekas kediaman mereka tersebut yang lalu dijual kembali setelah Yayu meninggal pada 1991.

Bekas kediaman pribadi Yani dan keluarga menjadi museum dengan nama Sasmita Loka Pahlawan Revolusi A Yani

Museum ini diresmikan Ketua Presidium Kabinet Ampera/Menteri Panglima Angkatan Darat Jenderal Soeharto (presiden kedua RI) pada Sabtu, 1 Oktober 1966.

Koleksi barang dipertahankan

Rumah ini terdiri atas sembilan ruang, yaitu ruang ajudan, ruang tunggu tamu, ruang tamu khusus, ruang santai, ruang makan, ruang tidur Yani beserta istri, dua ruang tidur putra-putri Yani, serta ruang tamu belakang.

Baca juga: Museum Sasmitaloka Jenderal Ahmad Yani Dipenuhi Pengunjung

Seluruh bagian rumah berusaha dipertahankan. Rumah ini memiliki ubin ukuran 20 cm x 20 cm serta teralis jendela berbentuk belah ketupat.

Sofa-sofa, kursi, meja, juga masih asli dari zaman keluarga Yani tinggal di sana.

Dari kamar yang biasa digunakan Yani beristirahat. Di dalamnya terdapat satu senapan semiotomatis Thompson yang digunakan anggota Resimen Tjakrabirawa untuk memberondong Yani, lengkap dengan pelurunya.

Ada 7 selongsong peluru, 3 proyektil peluru rusak, dan 7 peluru aktif yang masih tersisa dalam magasin senapan. ”Dua proyektil ditemukan dalam tubuh Bapak,” katanya.

Selain itu, benda koleksi di dalam kamar adalah baju yang digunakan Yayu untuk mengepel ceceran darah di lantai seusai penembakan Yani.

Baca juga: Berkunjung ke Rumah Jenderal Ahmad Yani di Purworejo, Masih Terawat hingga Kini

Ada pula uang Rp 123.000 (12 lembar uang Rp 10.000 dan 3 lembar pecahan Rp 1.000) yang merupakan gaji terakhir Yani.

Ruang makan rumah Yani juga titik bersejarah. Di sini, Yani jatuh tersungkur di sebelah meja makan, dekat dengan pintu yang menghubungkan ruang makan dengan lorong menuju pintu masuk belakang.

Sebagai perawat ingatan, di titik jatuhnya pria kelahiran Purworejo, 19 Juni 1922, itu prasasti dipasang pada 1 Januari 1970 bertuliskan:

“DI SINILAH GUGURNJA PAHLAWAN REVOLUSI DJENDERAL TNI A YANI PADA TANGGAL 1 OKTOBER 1965 DJAM 04.35”.

(Kompas.com: Nibras Nada Nailufar, Nabila Ramadhian | Kompas: J Galuh Bimantara)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

[POPULER JABODETABEK] Kebengisan Pembunuh Wanita Dalam Koper | Kronologi Meninggalnya Siswa STIP yang Dianiaya Senior

[POPULER JABODETABEK] Kebengisan Pembunuh Wanita Dalam Koper | Kronologi Meninggalnya Siswa STIP yang Dianiaya Senior

Megapolitan
Daftar 73 SD/MI Gratis di Tangerang dan Cara Daftarnya

Daftar 73 SD/MI Gratis di Tangerang dan Cara Daftarnya

Megapolitan
Taruna STIP Tewas Dianiaya, Polisi Ungkap Pemukulan Senior ke Junior Jadi Tradisi 'Penindakan'

Taruna STIP Tewas Dianiaya, Polisi Ungkap Pemukulan Senior ke Junior Jadi Tradisi "Penindakan"

Megapolitan
Empat Taruna STIP yang Diduga Saksikan Pelaku Aniaya Junior Tak Ikut Ditetapkan Tersangka

Empat Taruna STIP yang Diduga Saksikan Pelaku Aniaya Junior Tak Ikut Ditetapkan Tersangka

Megapolitan
Motif Pelaku Aniaya Taruna STIP hingga Tewas: Senioritas dan Arogansi

Motif Pelaku Aniaya Taruna STIP hingga Tewas: Senioritas dan Arogansi

Megapolitan
Penyebab Utama Tewasnya Taruna STIP Bukan Pemukulan, tapi Ditutup Jalur Pernapasannya oleh Pelaku

Penyebab Utama Tewasnya Taruna STIP Bukan Pemukulan, tapi Ditutup Jalur Pernapasannya oleh Pelaku

Megapolitan
Polisi Tetapkan Tersangka Tunggal dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP Jakarta

Polisi Tetapkan Tersangka Tunggal dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP Jakarta

Megapolitan
Hasil Otopsi Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior: Memar di Mulut, Dada, hingga Paru

Hasil Otopsi Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior: Memar di Mulut, Dada, hingga Paru

Megapolitan
Akhir Penantian Ibu Pengemis yang Paksa Orang Sedekah, Dua Adiknya Datang Menjenguk ke RSJ

Akhir Penantian Ibu Pengemis yang Paksa Orang Sedekah, Dua Adiknya Datang Menjenguk ke RSJ

Megapolitan
Polisi Sebut Ahmad dan RM Semula Rekan Kerja, Jalin Hubungan Asmara sejak Akhir 2023

Polisi Sebut Ahmad dan RM Semula Rekan Kerja, Jalin Hubungan Asmara sejak Akhir 2023

Megapolitan
Praktik Prostitusi di RTH Tubagus Angke Dinilai Bukan PR Pemprov DKI Saja, tapi Juga Warga

Praktik Prostitusi di RTH Tubagus Angke Dinilai Bukan PR Pemprov DKI Saja, tapi Juga Warga

Megapolitan
Keluarga Harap Tak Ada Intervensi dalam Pengusutan Kasus Mahasiswa STIP yang Tewas Dianiaya Senior

Keluarga Harap Tak Ada Intervensi dalam Pengusutan Kasus Mahasiswa STIP yang Tewas Dianiaya Senior

Megapolitan
Pro-Kontra Warga soal Janji Dishub DKI Tertibkan Juru Parkir, Tak Keberatan jika Jukir Resmi

Pro-Kontra Warga soal Janji Dishub DKI Tertibkan Juru Parkir, Tak Keberatan jika Jukir Resmi

Megapolitan
Mahasiswa STIP Tewas Dianiaya Senior, Pengawasan dan Tata Tertib Kampus Jadi Sorotan

Mahasiswa STIP Tewas Dianiaya Senior, Pengawasan dan Tata Tertib Kampus Jadi Sorotan

Megapolitan
Hari Ini, Polisi Lakukan Gelar Perkara Kasus Mahasiswa STIP Tewas Diduga Dianiaya Senior

Hari Ini, Polisi Lakukan Gelar Perkara Kasus Mahasiswa STIP Tewas Diduga Dianiaya Senior

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com