Meski harga beras naik, Adun menilai kualitasnya justru menurun.
Baca juga: Sembako di Pasar Serdang Kemayoran Mengalami Kenaikan Harga, Cabai Melonjak 100 Persen
"Tapi (justru) pada jelek, menurun kualitasnya, banyak batunya, gabahnya juga," kata Adun.
Kenaikan harga juga terjadi pada sembako jenis daging. Pedagang daging di Pasar Ciputat, bernama Ahmad (50) mengatakan harga daging naik sekitar dua pekan lalu.
Saat itu, bos tempat dia bekerja mematok harga daging sapi sebesar Rp 140.000 per kg.
Namun, karena daya beli masyarakat yang kurang, tokonya menyesuaikan harga pasar menjadi Rp 130.000 per kg.
"Cuma dijualnya Rp 130.000 karena berhubung orang gak mau belanja, jadinya Rp 130.000 per kg. Daging lokal Sapi Cianjur, daging murni. Harga sebelumnya Rp 125.000," ujar Ahmad, Kamis.
Baca juga: Jelang Natal dan Tahun Baru, Harga Cabai Rawit Merah dan Hijau di Pasar Ciputat Melonjak
Sementara, harga daging karkas Rp 110.000 dari sebelumnya hanya Rp 100.000.
Ahmad heran harga daging terus melonjak setiap tahunnya.
Menurut dia, imbas lonjakan harga tersebut, daya beli masyarakat terhadap daging semakin menurun.
Ia pun mengenang beberapa tahun lalu ketika harga daging masih Rp 80.000 per kg.
Saat itu, kata dia, dagangannya laris manis karena harg daging yang masih terjangkau oleh masyarakat.
"Harusnya kami nanya kenapa daging di Indonesia harganya selalu mahal, masyarakat jarang makan daging karena mahal. Apa harus subsidi, apa harus eksploitasi harga?" tanya Ahmad.
Baca juga: Pedagang di Pasar Serdang Kemayoran Mengeluh Sepi Pembeli Sejak Harga Cabai Tembus Rp 50.000
"Harapan saya ke pemerintah, mudah-mudahan bisa terjangkau oleh masyarakat. Dulu ramai pasar daging pas masih Rp 80.000 per kg, semenjak harganya 100-an makin lesu," lanjut dia.
Pedagang daging lainnya, Jejen (35) mengatakan harga daging selalu mengalami kenaikan setiap akan ada perayaan Lebaran maupun Natal. Begitu juga dengan menjelang tahun baru.
Akibatnya, omzet penjualan semakin menurun hingga mencapai 50 persen dari biasanya.
"Mau Lebaran, mau Nataru biasanya naik. Bulan ini dari awal Desember turun omzetnya. Ya ada penurunan omzet 25 persen sampai 50 persen menurunnya, baik daging yang lokal maupun impor," jelas Jejen.
Jika laris, Jejen bisa menjual hingga 50 kilogram daging per harinya. Namun jika sepi, ia hanya bisa menjual setengahnya saja, yaitu 25 kg sehari.
Baca juga: Harga Beras di Pasar Ciputat Naik tapi Kualitasnya Malah Turun, Pedagang: Orang Enggak Jadi Beli
"Iya memang daya beli masyarakat juga kurang. Satu efek pandemi (Covid-19), satu lagi efek harganya makin pada mahal," kata Jejen.
Sementara itu, harga sayur mayur mengalami peningkatan sejak sebulan terakhir terlebih memasuki bulan Desember 2022.
Hal itu diungkap oleh pedagang sayur bernama Slamet (36). Menurutnya, setiap menjelang Nataru harga sayur mayur selalu meningkat tajam.
"Naik semua jelang Nataru, sejak sebulan terakhir. Apalagi Nataru tiap tahun pasti naik harganya," ujar Slamet, Kamis.