Wajah Kota Depok sekarang ini jauh lebih “semrawut” dan “acak kadut”. Selain menjadi rumah dari kampus-kampus besar seperti UI, Universitas Islam Internasional Indonesia (UIII), Universitas Gunadarma, Universitas Bina Sarana Informatika, Politeknik Negeri Jakarta dan 13 kampus lainnya, Depok juga masif dengan pembangunan pusat perbelanjaan modern, apartemen, perumahan hingga mini kluster.
Saya mengenal dekat Bupati Bojonegoro, Jawa Timur yang menjabat dua periode (2008 – 2018), Suyoto alias Kang Yoto. Di bawah polesan politis PAN yang kini “berpindah” partai ke Nasdem itu, Bojonegoro dikerek sukses.
Bojonegoro yang dulu dianggap “ndeso” ditransformasikan Kang Yoto menjadi daerah yang “matoh” alias maju. Bagi Kang Yoto, pemimpin itu hadir supaya ada yang disalah-salahkan. Kalau ada yang takut disalahkan, maka janganlah menjadi pemimpin.
Saat mengakhiri jabatannya, banyak warga Bojonegoro menangisi kepergiannya. Tanpa diminta, apalagi diberi “hadiah” ribuan warga Bojonegoro mengucapkan pernghargaan dan terima kasihnya.
Sejatinya pemimpin itu, seperti yang kerap diucapkan oleh Presiden RI ke-V Megawati Soekarnoputeri adalah hadir di saat rakyat membutuhkan. Pemimpin itu harus menangis dan tertawa bersama rakyat.
Dari tangan Megawati, lahir begitu banyak kepala daerah yang pro rakyat dan begitu dicintai warganya
Sahabat saya yang mempraktikkan “amanat” Megawati justru datang dari kader Gerindra, Sebastianus Darwis yang kini menjadi Bupati Bengkayang, Kalimantan Barat.
Usai didepak dari PDIP, justru Darwis memenangkan Pilkada 2020 dan kini begitu dicintai warga Bengkayang. Darwis tidak butuh terima kasih karena baginya menjadi kepala daerah adalah “pelayan” rakyat.
Salah satu tugas kepala daerah di antaranya adalah memimpin pelaksanaan urusan pemerintahan, menyusun dan mengajukan rancangan peraturan serta mengambil tindakan tertentu dan kedaaan mendesak yang sangat dibutuhkan daerah dan masyarakat.
Sementara di antara kewajiban yang diemban kepala daerah adalah menerapkan etika dan norma dalam urusan pemerintahan, menerapkan prinsip tata pemerintahan yang bersih dan baik serta menjalin hubungan kerja dengan seluruh instansi vertikal di daerah dan semua perangkat daerah.
Pemimpin tidak butuh pujian. Justru pemimpin harus hadir untuk semua golongan yang menjadi warga daerahnya.
Kondisi jalan lingkungan menjadi bagus adalah tugas dari kepala daerah. Ketiadaan penyeberangan jalan juga menjadi tanggungjawab kepala daerah.
Depok harusnya bisa belajar dari Bupati Kotabaru, Sayed Jafar Alaydrus yang tidak pernah menggusur sekolah.
Pemimpin Depok harusnya menyimak kepemimpinan Bupati Landak, Karolin Margreth Natasha bahwa membangun jalan lingkungan adalah kewajiban kepala daerah untuk membenahi wilayahnya.
Depok harus paham dengan kemajuan Trenggalek di tangan Mochamad Nur Arifin atau Gus Ipin bahwa keberadaan pohon justru harus diperbanyak dengan reboisasi, bukan justru dipasang dengan barcode.
Pemimpin Depok harusnya studi banding ke Bandar Lampung ketika Wali Kota Eva Dwiana justru mengucapkan terima kasih kepada tenaga kesehatan yang telah berjibaku menahan penyebaran Covid-19.
Wali Kota Eva Dwiana kerap membagikan oleh-oleh berupa nasi rendang dan buah tangan kepada masyarakat sebagai ucapan terima kasihnya telah ikut peduli dengan kota Bandar Lampung.
Depok harusnya berkaca kepada Bupati Ngawi, Jawa Timur, Ony Anwar Harsono yang kerap menemui warganya dengan diam-diam.
Ony pecahkan persoalan warga tanpa mengharap ucapan terima kasih. Apalagi divideokan dan diiming-imingi diberi hadiah.
Mencari ketulusan di negeri ini begitu sulitnya hingga perlu “pancingan” hadiah untuk rakyatnya agar mau berucap terima kasih kepada pemimpinnya.
Saya begitu merindukan sosok pemimpin seperti Khalifah Umar bin Khattab. Sahabat Rasulullah yang berjulukan “Singa Padang Pasir” itu bukan tipe pemimpin yang mudah tersinggung.
Umar adalah pejabat publik yang lapang dada dan berjiwa besar. Umar sangat senang mendengarkan kritik dan masukan dari warganya.
"Orang yang paling kusukai adalah orang yang menunjukkan kekuranganku." – Umar bin Khattab.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.