"ASP itu seluruh Indonesia. Berbagai lembaga pendidikan kepolisian itu banyak sekali. Di situlah kami bersatu dalam visi-misi, karena itu beliau kami anggap sebagai orangtua angkat, karena berhasil menyatukan kami semua," sebut Suhar.
Istri dari almarhum Abdul Hamid, Yuyun Widayanti, pun menuturkan hal yang sama.
Yuyun mengungkapkan, di masa-masa sulit, pihak keluarga masih terus berkomunikasi baik dengan ASP.
"Dari kepolisian angkatan 1993-1994 itu luar biasa. Pak Ogah masuk rumah sakit, mereka juga selalu bantu," ungkap Yuyun.
Isak tangis dan langit yang kelabu
Adapun dalam prosesi pemakaman almarhum, suasana haru menyelimuti keluarga dan kerabat yang mengantarkan jenazah ke peristirahatan terakhir.
Prosesi pemakaman yang dimulai sejak pukul 12.55 WIB itu diiringi isak tangis keluarga dan kerabat yang berdatangan.
Jenazah dikebumikan di Blok G IA TPU Jatisari. Semerbak wangi kembang tercium saat jenazah Pak Ogah hendak diantarkan ke tempat peristirahatan terakhirnya.
Meski diiringi isak tangis, namun keluarga dan kerabat almarhum tampak saling menguatkan.
Tangis semakin pecah ketika tanah mulai menutupi jenazah Pak Ogah yang terbungkus kain kafan.
Baca juga: Tangis Keluarga dan Langit Kelabu Mengantar Pak Ogah ke Peristirahatan Terakhir...
Empat orang petugas pun dengan segera menguburkan jasad Abdul Hamid.
Meski tidak turun hujan, langit yang berwarna biru berubah menjadi kelabu tatkala jenazah almarhum selesai dikebumikan.
Pukul 13.30 WIB, pemakaman Abdul Hamid selesai.
Keluarga langsung menaburkan kembang tujuh rupa, beberapa tangkai bunga, dan air mawar sebagai penghormatan terakhir.
Seusai dikebumikan, Dono pun meminta agar seluruh perbuatan ayahnya semasa hidup bisa dimaafkan dan almarhum bisa mendapat tempat terbaik setelah tutup usia.