Namun, saya paham, satgas dan keguyuban yang ditumbuhsemikannya akan efektif apabila batas-batas wilayah terkelola dengan baik.
Di lingkungan yang terlalu heterogen, di mana pemukiman dan perniagaan bercampur baur, niscaya tidak mudah untuk mengharapkan adanya satgas yang sama efektifnya dengan—misalnya—satgas di wilayah perdesaan.
Pelajaran kedua, tayangan CCTV memperlihatkan bagaimana Malika membiarkan dirinya dibawa ke situasi bahaya dengan tetap riang gembira.
Artinya, Malika sama sekali tidak menyadari bahwa orang yang membawa dirinya itu adalah serigala berbulu domba.
Dapat dibayangkan, sang serigala menggunakan cara-cara lembut yang melenakan Malika, sehingga bocah enam tahun itu tidak menaruh prasangka buruk sedikitpun terhadap si penculik.
Cara itulah, grooming behavior sebutannya, bukan cara brutal, yang faktanya paling sering diterapkan pelaku kejahatan terhadap anak.
Pada sisi yang bersamaan, banyak orangtua yang sering kali memaksa anak-anak mereka untuk selalu berani berhadap-hadapan dengan orang asing.
Anak diharuskan berani bersalaman, berfoto bersama, menemani orang yang sejatinya sering tidak dikenal anak.
Radar anugerah Tuhan, berupa perasaan malu bahkan takut, yang ada pada diri anak justru dimatikan oleh orangtua semata-mata agar anak tidak dijuluki sebagai si pemalu, si pengecut, si penakut, dan sebutan-sebutan inferior lainnya.
Atas dasar itu, memang diperlukan perubahan dua mindset sekaligus. Pertama, meyakini sekaligus meyakinkan anak-anak bahwa orang yang berpotensi menjahati mereka tidak melulu harus berpenampilan menyeramkan.
Kedua, orangtua tidak selayaknya serta-merta menuding anak ketika buah hati mereka menunjukkan perasaan malu dan cemasnya saat berhadapan dengan orang yang berada di depannya.
Suasana hati sedemikian rupa patut dipandang sebagai filter sosial yang dapat ditegakkan anak terhadap lingkungannya.
Masih terkait grooming behavior, izinkan saya untuk risau akan kemungkinan Malika sudah mendapat perlakuan seksual yang tidak senonoh dari si penculiknya.
Sungguh, saya berharap Malika tidak mengalami itu. Namun karena pada umumnya anak berusia enam tahun belum memiliki pemahaman akan seksualitas, apalagi kejahatan seksual, maka tidak tertutup kemungkinan anak tidak sadar bahwa ia sesungguhnya telah dijahati secara seksual.
Apa yang ia pahami tentang perlakuan yang ia terima, betapa pun buruknya itu, adalah tergantung pada narasi yang dituturkan oleh si penjahat.