JAKARTA, KOMPAS.com - Kriminolog Universitas Indonesia Adrienus Meilala menilai bahwa daya deteksi kepolisian dalam konteks tindak pidana belum cukup tinggi.
Penilaian tersebut berkaca dari kasus pembunuhan berantai oleh Wowon dkk, yang baru diketahui polisi ketika menyelidiki dugaan keracunan satu keluarga di Bantargebang, Bekasi.
Setelah ditelusuri, satu keluarga itu ternyata diracun oleh pelaku yang berjumlah tiga orang. Temuan itu kemudian berlanjut pada terungkapnya pembunuhan beberapa korban lain di Cianjur, Jawa Barat.
Baca juga: Fakta Terbaru Pembunuhan Berantai Wowon dkk: 3 Korban adalah Istri Pelaku dan 2 TKW Tertipu
"Sebagaimana kita sadari bahwa sebetulnya ketika Polri pertama kali menyentuh kasus ini, kan tidak dalam rangka pembunuhan. Tapi dalam rangka lidik terkait adanya laporan mengenai adanya keluarga yang keracunan," ujar Adrianus, Sabtu (21/1/2023).
Dari situ, ditemukan fakta bahwa beberapa korban di antaranya sudah dibunuh oleh pelaku sejak 2020 silam. Pelaku kemudian kembali melanjutkan aksinya pada 2021 untuk menutupi pembunuhan sebelumnya.
"Bayangkan misalnya kalau tidak ada kasus keracunan, tidak ada yang meninggal dunia, kemudian orang tidak heboh," kata Adrianus.
Baca juga: 3 Istri Wowon Turut Jadi Korban Pembunuhan Berantai, Polisi: Dibunuh Semua oleh Duloh
"Maka tentu bisa kita asumsikan bahwa akan ada korban ke-10, ke-11, ke-12 yang tentu makin banyak lagi orang yang menjadi korban," sambung dia.
Munculnya kasus pembunuhan berantai ini, kata Adrianus, menjadi catatan tersendiri bagi aparat penegak hukum. Sebab, patut diduga masih banyak kasus kejahatan lain ataupun serupa yang belum diketahui oleh kepolisian.
"Artinya, daya deteksi hukum itu ternyata tidak tinggi. Kemudian daya deteksi masyarakat juga tidak tinggi ya, sehingga ada begitu banyak kasus yang tidak terungkap dan bahkan memakan nyawa begitu banyak. Kalaupun terungkap, lebih karena kebetulan," ungkap Adrianus.
Baca juga: Polisi Usut Waktu dan Urutan 9 Korban Pembunuhan Berantai Wowon dkk di Cianjur-Bekasi
Sebagai informasi, pembunuhan berantai ini terungkap setelah satu keluarga ditemukan tergeletak lemas di rumah kontrakan daerah Ciketing Udik, Bantargebang, Kota Bekasi.
Para korban di Bekasi diracun karena mengetahui penipuan dan pembunuhan yang sebelumnya dilakukan Wowon bersama adiknya, M Dede Solehudin, dan Duloh di Cianjur dan Garut.
Tiga korban bernama Ai Maimunah (40), Ridwan Abdul Muiz (23), dan Muhammad Riswandi (17) tewas. Sedangkan satu korban NR (5) selamat dan kini dirawat di rumah sakit.
Dalam kasus di Cianjur, pelaku menipu para korban dengan modus mengaku memiliki kemampuan supranatural untuk memberikan kesuksesan dan kekayaan.
Para korban yang telah menyerahkan sejumlah uang kepada pelaku, kemudian menagih janji kesuksesan dan kekayaan tersebut. Saat itulah para korban dihabisi.
Dari penelusuran penyidik, terdapat lima korban yang tewas dibunuh di Cianjur, yakni Noneng, Wiwin, Bayu (2), Farida. Kemudian, terdapat satu korban lain bernama Siti yang dikubur di Garut, Jawa Barat.
Kini, Wowon, Solihin, dan Dede telah ditetapkan sebagai tersangka. Mereka sementara ini dijerat menggunakan Pasal 340 juncto Pasal 338 dan 339 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) terkait pembunuhan berencana.
Penyidik Polda Metro Jaya masih akan melakukan pengembangan untuk mengetahui apakah masih ada korban ataupun pelaku lain.
Posko aduan pun dibuka penyidik di Cianjur untuk menjaring para terduga korban penipuan atau bahkan pembunuhan berantai Wowon dkk.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.