JAKARTA, KOMPAS.com - Seorang nenek yang akrab disapa Mak Mben hidup sebatang kara di rumahnya yang sudah reyot dan dipenuhi tumpukan sampah di kawasan Tambora, Jakarta Barat.
Puluhan tahun lamanya, perempuan bernama asli Benah itu menghuni rumahnya yang berada di gang sempit.
Kompas.com mengunjungi kediamannya pada Jumat (10/2/2023) siang.
Baca juga: Pedagang Dilarang Jualan di Kawasan CFD, PKL: Ingin Jemput Rezeki, tapi Mau Bagaimana Lagi?
Kala itu, Mak Mben tengah berbaring di atas lantai beralaskan kain tipis berwarna putih. Mak Mben membuka percakapan dengan mengatakan bahwa rumahnya yang berada di ujung gang tengah direnovasi.
"Rumah Mak lagi dirapiin, sekarang Mak tinggal di sini dulu di rumah keponakan namanya Adi," ucap Mak Mben.
Sesekali dia menatap ke arah langit-langit rumah sembari berbaring.
Pendengaran Mak Mben tak terlalu baik karena faktor usia.
Untuk mengajaknya berbincang, Kompas.com perlu mengencangkan suara dan mengulang pertanyaan yang sama.
Baca juga: Bentrokan di Perumahan Raffles Hills Depok, 14 Orang Ditangkap
Mak Mben mengaku senang rumahnya direnovasi oleh Dinas Sosial. Sebab, selama ini, dia menempati rumah yang kotor dan sempit.
"Kemarin dapet spring bed sama lemari dari Bu Ela. Rumah juga yang urus Bu Ela, dirapiin. Kasihan katanya nenek-nenek," tutur Mak Mben.
Perempuan berusia 76 tahun ini juga merasa senang lantaran banyak orang yang mengunjunginya beberapa hari ke belakang. Warga juga meminta agar Mak Mben bersabar menunggu perbaikan rumahnya.
"Alhamdulillah lah yang nengokin banyak, ada Bu RT, Bu Lurah, Bu RW. Pada nengokin emak. 'Emak jangan banyak pikiran' katanya, 'rumah mah biarin tahu-tahu rapi aja'," ujar Mak Mben menirukan percakapannya dengan ketua RW hingga lurah setempat.
Baca juga: Kena Bacok di Dada, 1 Orang Tewas dalam Bentrokan di Perumahan Raffles Hills Depok
Kompas.com juga sempat menilik ke dalam rumah Mak Mben yang sedang direnovasi oleh kuli bangunan dan petugas PPSU.
Suasana di rumah Mak Ben sangat pengap. Untuk masuk ke area rumahnya, hanya ada satu jalan sempit yang muat dilewati satu orang saja.
Ketika memasuki area dalam rumahnya, tampak petugas sedang membenahi kamar mandi dan dinding-dinding rumah.
Aroma pesing tikus seketika menguar di dalam ruangan itu. Terlihat pula tangga kayu yang dijadikan sang pemilik untuk ke ruangan di lantai atas.
Baca juga: Rute KRL Diperpendek untuk Urai Kepadatan Penumpang akibat Gangguan di Stasiun Manggarai
Sebelum hidup sebatang kara, Mak Mben rupanya pernah tinggal satu atap dengan anak dan cucunya.
Mak Mben mengatakan bahwa anaknya yang berinisial B sudah meninggal dunia sekitar satu tahun lalu.
B meninggal saat mendekam di dalam jeruji besi karena kasus pelecehan seksual terhadap anak. Sepengetahuan Mak Mben, cucunya yakni A, sedang berada di pesantren.
"Katanya A di Pesantren. Kata adik saya 'enggak usah ngurusin Asep, dia anak lalaki ini'. Yang penting kita doain aja supaya dia selamat, biar sehat," tutur Mak Mben.
Baca juga: Pendapatan Turun Drastis saat CFD karena Hujan Deras, PKL Lanjut Jualan di Lokasi Lain
Berdasarkan penuturan tetangganya, A sesungguhnya berada dipenjara sejak tiga bulan lalu karena mengonsumsi narkoba jenis sabu.
Keluarga maupun tetangga tak memberitahu fakta tersebut kepada Mak Mben lantaran tak ingin dia khawatir.
Usai anak dan cucunya tak lagi tinggal di rumah kumuh itu, nenek tersebut pun hidup sendirian.
Mak Mben menyampaikan, setiap hari, adik kandungnya yang bernama Sanan datang untuk membawakan nasi dan lauk pauk.
"Paling Mak dikasih nasi aja sama Sanan (adik). Dia tinggalnya di bajaj, tadinya tinggal sama saya di ruang atas. Dia sendiri yang pengin tidur di bajaj," kata Mak Mben.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.