Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Transjakarta Didorong Perbaiki Ketepatan Waktu untuk Maksimalkan Integrasi dengan KRL-MRT

Kompas.com - 15/02/2023, 14:45 WIB
M Chaerul Halim,
Ihsanuddin

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Pengamat Tata Kota Univeristas Trisakti Yayat Supriatna mendorong manajemen Transjakarta memperbaiki waktu kedatangan bus.

Sejauh ini, kata Yayat, keberadaan layanan transportasi berbasis rel seperti MRT dan KRL sudah cukup memadai dalam hal ketepatan waktu.

Namun, transportasi umum seperti Transjakarta belum mampu memberikan garansi ketepatan waktu itu.

"Kalau KRL kan sudah ada kapan waktunya datang, MRT headway-nya berapa menit. Nah sekarang, membuat orang ingin naik Transjakarta itu harusnya ada waktu yang pasti juga berapa menit," kata Yayat dalam diskusi virtual Kampanye Jalan Hijau, Rabu (15/2/2023).

Baca juga: Dishub DKI Tambah 120 Bus Listrik untuk Transjakarta untuk Atasi Macet

Ia menegaskan, ketepatan waktu datangnya bus Transjakarta ini penting demi memaksimalkan integrasi dengan moda transportasi lain seperti MRT, LRT dan KRL.

Sebab, jika hanya moda transportasi berbasis rel yang tepat waktu, maka integrasi tak bisa berjalan dengan baik. 

Padahal, integrasi itu penting untuk mendorong warga beralih ke transportasi umum dengan tujuan mengurai kemacetan.

"Jadi kalau menurut saya, integrasi secara kelembagaan itu penting, karena ujungnya integrasi kepada tarif, integrasi antarmoda, integrasi pengaturan jadwal waktu," kata Yayat.

Baca juga: Cara ke Skywalk Kebayoran Lama Naik Kereta dan Transjakarta

Oleh karena itu, Yayat mengatakan, Transjakarta harus segera memperbaiki sistem layanan tersebut.

Menurut dia, ketepatan waktu itu bisa dijamin dengan menambah jumlah bus hingga memastikan jalur bus atau busway steril dari kendaraan lain.

"Itu adalah pilihan yang terbaik dari sisi ketepatan waktu. Tinggal nanti Transjakarta harus berani dibuat koridor khusus dengan dedicated line (jalur) yang khusus," kata Yayat.

Jika seluruh moda transportasi di Jakarta bisa menjamin ketepatan waktu, serta kenyamanan pengguna, ia pun meyakini lambat laun masyarakat akan beralih dari kendaraan pribadi ke transportasi umum.

"Bagaimana kita mau pindah dari kendaraan pribadi kepada angkutan? Jadi kuncinya membangun yang namanya trust atau kepercayaan bahwa kalau pindah ke angkutan umum itu betul-betul dimanusiakan," ujarnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Polisi Ungkap Alasan Siswa SMP di Jaksel Lompat dari Lantai 3 Gedung Sekolah: Merasa Dijauhi Teman

Polisi Ungkap Alasan Siswa SMP di Jaksel Lompat dari Lantai 3 Gedung Sekolah: Merasa Dijauhi Teman

Megapolitan
Siswa yang 'Numpang' KK di DKI Tak Bisa Daftar PPDB Tahun Ini

Siswa yang "Numpang" KK di DKI Tak Bisa Daftar PPDB Tahun Ini

Megapolitan
Sudah Berusia 70 Tahun, Mian Pesimistis Pemprov DKI Beri Pekerjaan buat Jukir Liar Lansia

Sudah Berusia 70 Tahun, Mian Pesimistis Pemprov DKI Beri Pekerjaan buat Jukir Liar Lansia

Megapolitan
Kronologi Siswa SMP di Jaksel Lompat dari Lantai 3 Gedung Sekolah

Kronologi Siswa SMP di Jaksel Lompat dari Lantai 3 Gedung Sekolah

Megapolitan
Disdik DKI Buka Pendaftaran Akun PPDB Jakarta Mulai Hari Ini

Disdik DKI Buka Pendaftaran Akun PPDB Jakarta Mulai Hari Ini

Megapolitan
Mayat Wanita Kenakan Kaus Gucci Ditemukan di Selokan Kawasan Bekasi, Ada Luka di Jidat dan Dahi

Mayat Wanita Kenakan Kaus Gucci Ditemukan di Selokan Kawasan Bekasi, Ada Luka di Jidat dan Dahi

Megapolitan
Polisi Tangkap 2 Pria yang Sekap Perempuan di Apartemen Kemayoran, Satu Pelaku Hendak Kabur

Polisi Tangkap 2 Pria yang Sekap Perempuan di Apartemen Kemayoran, Satu Pelaku Hendak Kabur

Megapolitan
PAM Jaya Buka Seleksi Calon Management Trainee PAMANAH Future Leader Batch 2, Diikuti 1.087 Peserta

PAM Jaya Buka Seleksi Calon Management Trainee PAMANAH Future Leader Batch 2, Diikuti 1.087 Peserta

Megapolitan
Siswa SMP di Jaksel Diduga Melompat dari Lantai 3 Gedung Sekolah

Siswa SMP di Jaksel Diduga Melompat dari Lantai 3 Gedung Sekolah

Megapolitan
Seorang Wanita Disekap Dua Pria di Apartemen Kemayoran

Seorang Wanita Disekap Dua Pria di Apartemen Kemayoran

Megapolitan
Sempat Ditutup Pengelola Mal, Jalan Tembus Menuju Pasar Jambu Dua Dibuka Pemkot Bogor

Sempat Ditutup Pengelola Mal, Jalan Tembus Menuju Pasar Jambu Dua Dibuka Pemkot Bogor

Megapolitan
Muncul Lagi Usai Ditertibkan, Jukir Liar Minimarket: RW yang 'Nanggung'

Muncul Lagi Usai Ditertibkan, Jukir Liar Minimarket: RW yang "Nanggung"

Megapolitan
Dianggap Mengganggu Warga, Restoran di Kebon Jeruk Ditutup Paksa Pemilik Lahan

Dianggap Mengganggu Warga, Restoran di Kebon Jeruk Ditutup Paksa Pemilik Lahan

Megapolitan
Cuaca Panas Ekstrem di Arab Saudi, Jemaah Haji Asal Bogor Diimbau Waspada dan Jaga Kesehatan

Cuaca Panas Ekstrem di Arab Saudi, Jemaah Haji Asal Bogor Diimbau Waspada dan Jaga Kesehatan

Megapolitan
Tiap Hari, Jukir Liar Minimarket di Koja Mengaku Harus Setor ke RW

Tiap Hari, Jukir Liar Minimarket di Koja Mengaku Harus Setor ke RW

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com