JAKARTA, KOMPAS.com - Pemerintah Kota Jakarta Pusat bakal memfasilitasi masyarakat yang ingin memilah dan mengelola sampah rumah tangga untuk dikonversi secara alami dengan maggot.
Maggot atau dalam penyebutan lain disebut dengan belatung merupakan larva dari jenis lalat black soldier fly (BSF) atau hermetia illucens dalam bahasa Latin.
Seperti yang sudah disebutkan, maggot merupakan larva dari jenis lalat yang awalnya berasal dari telur dan bermetamorfosis menjadi lalat dewasa.
Baca juga: Melalui Saung Edukasi Kupilah, Warga Jakarta Pusat Diajarkan Memilah Sampah dan Menjualnya
Pelaksana Tugas Kepala Suku Dinas Lingkungan Hidup Jakarta Pusat, Edy Mulyanto, mengatakan masyarakat bisa mendatangi "Saung Edukasi Pilah Sampah" di Jalan Kyai Haji Zainul Arifin, Kecamatan Gambir, Jakarta Pusat.
Menurut Edy, sampah organik yang berasal dari sisa makanan itu pengolahannya bisa dilakukan dengan biokonversi dari maggot black soldier fly (BSF).
"Maggot ini berguna dalam proses penguraian bahan organik karena mengonsumsi sampah sayuran dan buah. Kemampuan belatung ini dalam mengurai sampah juga sangat cepat," kata Edy, dilansir dari Antara, Selasa (21/2/2023).
Edy berharap "Saung Edukasi Pilah Sampah" tak lagi jadi tempat pembuangan akhir lagi, melainkan tempat pemrosesan pengolahan sampah.
Baca juga: TPS Ketapang di Jakpus Punya Saung Edukasi, Warga Bisa Belajar Pisahkan Sampah Organik dan Anorganik
"Pertama ada sampah organik, yang dikelola jadi kompos, kalau organik matang, seperti sisa-sisa kuliner, itu bisa dikasih untuk makan maggot," kata Edy.
Edy menjelaskan "Saung Edukasi Pilah Sampah" ini dapat mengelola sampah baik jenis organik, anorganik, sampah B3 dan residu.
Adapun sampah organik dari bahan mentah, pengelolaannya dilakukan dengan mencacah, mengeringkan, dan kemudian dijadikan kompos.
Sementara pada sampah anorganik dilakukan dengan memasukkan sampah ke dalam mesin pemilah untuk dijual ke bank sampah.
Baca juga: Ada Saung Edukasi Kupilah di Gambir, Tujuannya untuk Edukasi Warga Pilah Sampah
"Yang sampah anorganik bisa dipilah di sini, dibantu oleh petugas kami kemudian dibawa ke bank sampah. Kalau sudah dipilah, sampah anorganik ini nilainya bisa dua kali lipat harganya," kata Edy.
Adapun tercatat jumlah sampah di DKI Jakarta setiap harinya mencapai 7.500 ton dengan komposisi 55 persen sampah organik, 30 persen sampah anorganik, sisanya sampah B3 dan residu.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.