JAKARTA, KOMPAS.com - Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) menjadikan 21 Februari sebagai Hari Peduli Sampah Nasional (HPSN) sejak 2006.
Peringatan ini dilatarbelakangi peristiwa longsornya tumpukan sampah di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Leuwigajah, Cimahi, Jawa Barat, pada 21 Februari 2005.
HPSN bertujuan agar warga memahami bahwa persoalan sampah bukan hanya tanggung jawab satu pihak, tetapi seluruh lapisan masyarakat.
Sebab, persoalan yang tampak sederhana seperti membuang sampah sembarangan pun bisa memengaruhi kebersihan lingkungan, bahkan menyebabkan banjir.
Baca juga: Hari Peduli Sampah Nasional, Pasukan Oranye: Semoga Kepedulian Berlanjut ke Hari-hari Berikutnya
Terkait hal ini, petugas penanganan prasarana dan sarana umum (PPSU) Kelurahan Kampung Rambutan bernama Kendar (37) mengatakan, generasi muda juga berperan dalam menjaga lingkungan melalui disiplin membuang sampah.
"Kalau ada niat untuk membuang sampah pada tempatnya, akan ada disiplin tingkat tinggi untuk enggak buang sampah sembarangan," kata Kendar di Kelurahan Kampung Rambutan, Kecamatan Ciracas, Jakarta Timur, Senin (20/2/2023).
Kendar tidak menampik, sejumlah orang termasuk anak muda masih sulit untuk disiplin membuang sampah.
Menurut dia, hal sesederhana membuang sampah pada tempatnya saja terkadang masih luput dilakukan.
"Kesadaran akan sampah memang lebih bagus untuk dididik sejak dini. Kalau kita sudah terbiasa disiplin sejak dini, di lingkungan pasti tidak akan ada sampah yang berserakan," ujar Kendar.
Petugas PPSU Kelurahan Kampung Rambutan lainnya, Satria (31), mengatakan bahwa saat ini generasi yang lebih muda sudah mulai sadar akan kebersihan lingkungan.
Di lingkungannya sendiri, anak-anak muda tertib dalam membuang sampah pada tempatnya.
"Sejauh yang saya lihat, mereka tertib. Kalau ada kerja bakti untuk membersihkan sampah yang masih berserakan, mereka juga ikut," ujar Satria, Senin.
Terkait keaktifan anak muda dalam menjaga lingkungan, Kendar mengaku mengapresiasi gerakan yang dilakukan sekelompok pemuda dalam Pandawara Group.
Sebagai informasi, Pandawara Group kerap mengunggah dokumentasi kegiatan mereka saat membersihkan sungai.
Kegiatan ini disebut-sebut terinspirasi pengalaman pribadi anggota Pandawara Group. Sebab, rumah mereka di Bandung Selatan, Jawa Barat, kerap dilanda banjir.
"Bagus gerakannya, karena menurut saya itu berawal dari hatinya," tutur Kendar.
Baca juga: Hari Peduli Sampah Nasional, Mengenal Tugas Pasukan Oranye yang Belum Banyak Diketahui Khalayak
Kendar menuturkan, ada kemungkinan gerakan itu juga timbul karena mereka sudah gerah dengan tumpukan sampah di lingkungannya.
Oleh karena itu, niat untuk membersihkan sampah bersama teman-teman pun muncul.
"Mungkin setelah membersihkan sampah, mereka menikmati hasilnya dan merasakan suasana lingkungannya yang lebih bersih," ucap Kendar.
Di Jakarta sendiri, kata Kendar, ada petugas seperti PPSU atau pasukan oranye untuk membersihkan sampah yang dibuang sembarangan.
"Tapi untuk daerah lain, mungkin tidak ada atau personelnya terbatas," terang Kendar.
"Mungkin ini yang menimbulkan niat dalam hati kecil para anak muda itu untuk membuat gerakan membersihkan sampah, dan membuat mereka lebih peduli sama lingkungannya," sambung dia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.