Sebab, ayah mertuanya sempat berujar bahwa dia ingat keberadaan Iriana sebelum kebakaran terjadi, yaitu di kamar mandi.
Akhirnya, Endang pun mengunjungi bekas rumah tinggalnya yang kini sudah menjadi tumpukan puing.
Pada saat itu, ada banyak warga yang berdiri dan menyaksikan kawasan yang dilahap si jago merah dari Depo Pertamina.
"Saya minta tolong ke warga setempat yang cuma ngelihatin buat bantu angkat puing. Saya penasaran," ujar Endang.
Warga akhirnya membantu mengangkat puing-puing di sana, dan adik Sulistiawati melihat jenazah ibunya.
"Adek saya ngelihat dan ketemulah ibu saya di kamar mandi," kata Endang.
Awalnya, pihak keluarga ingin langsung memakamkan Iriana. Namun, pihak RW menahannya.
Endang menjelaskan, RW setempat menyarankan agar keluarganya mengikuti prosedur yang ada seperti keluarga korban lainnya.
"Katanya ikuti prosedur yang ada, katanya yang lain juga gitu, diserahkan ke PMI dan langsung dibawa ke RS Polri. Tadinya udah mau dimakamkan karena kasihan," terang dia.
Endang sempat mengunjungi RS Polri pada Sabtu untuk menjemput Iriana. Namun, ia langsung diarahkan ke Gedung Instalasi Kedokteran Forensik RS Polri.
Di sana, ada seorang bapak-bapak yang bertanya kepada Endang sekeluarga sedang menunggu apa.
"Saya bilang nunggu ibu saya (untuk menjemputnya). Katanya, saya harus daftar dulu dan diberi tahu harus ke Pos DVI. Kebetulan udah tutup, saya disuruh balik lagi besok (Minggu)," jelas Endang.
Baca juga: Kesedihan Suami Korban Kebakaran Depo Pertamina Plumpang, Bilang Ma, Kok Lu Tinggalin Gua...
Minggu pagi, Endang sudah mengunjungi Pos DVI Ante-Mortem di Gedung Sentra Visum dan Medikolegal.
Di sana, ia dimintai sejumlah data seputar Iriana yang mencakup foto, ciri-ciri, dan KTP.
Pada Minggu pagi, Endang masih disuruh menunggu terlebih dulu lantaran pihak RS Polri masih melakukan identifikasi.