JAKARTA, KOMPAS.com - "Porter, mau dibantu?" begitu kalimat yang sering diucapkan Danuji (52), seorang porter yang bekerja di stasiun Pasar Senen, Jakarta Pusat.
Kepada Kompas.com, Danuji memperlihatkan bagaimana cara dia menawarkan jasanya kepada para penumpang kereta api.
Namun kadang-kadang ada penumpang yang menolak. Kebanyakan anak-anak muda yang masih kuat membawa barang sendiri.
"Kadang-kadang 'bu, porter? mau dibantu? ada yang enggak, bawa sendiri, atau Mas-Mas dan Abang-Abang (anak muda) itu biasa bawa sendiri," tutur Danuji saat wawancara dengan Kompas.com, di Stasiun Pasar Senen, Senin (13/3/2023).
Baca juga: Perjuangan Danuji, 33 Tahun Jadi Porter Stasiun Pasar Senen untuk Hidupi Anak Istri di Kampung
Terkadang, jika penumpang yang benar-benar membutuhkan, akan memanggil porter sendiri untuk membawakan barangnya.
"Kadang kalau lagi butuh itu dipanggil, kalau ada yang repot bawaannya," kata Danuji.
Beratnya barang bawaan penumpang bukan menjadi masalah bagi Danuji. Namun dia mengakui kalau penggunaan masker membuatnya pengap.
Sebab, Danuji harus naik turun tangga membawa puluhan kilogram barang sampai ke dalam kereta api.
"Semoga ya, masker juga sudah berhenti. Dari pagi sampai malam itu sumpek banget pakai masker itu, keinginanya begitu," katanya.
Baca juga: Kisah Daden Nur Jadi Porter Gunung Gede Pangrango: Bisa Angkut Barang hingga Jadi Koki
Terlepas dari itu, Danuji memahami bahwa peraturan yang diterapkan itu demi kenyamanan dan keamanan bersama.
"Kalau kayak gini kan penuh masyarakat harus pakai masker, karena kerumunan masa," kata dia.
Rp 15.000 sekali angkut
Danuji setiap harinya bekerja sebagai porter selama 12 jam, dari pukul 07.00 hingga 19.00 WIB.
Aktivitas itu sudah dia lalui selama 33 tahun. Semua itu dia lakukan setiap hari demi mengumpulkan pundi-pundi untuk menghidupi keluarganya.
Tak tentu berapa pendapatan Danuji selama 12 jam bekerja. Karena tarif seikhlas penumpang, Danuji mendapat biasanya mendapatkan Rp 15.000 dan paling besar Rp 30.000 untuk jasanya
Kepada Kompas.com, Danuji mengaku baru mendapat penumpang tiga kali sampai pukul 12.00 WIB.
"Kalau pendapatannya sehari itu saya dari pagi, baru tiga kali, pertama Rp15.000, Rp 20.000, Rp 20.000. Kalau jadi porter itu enggak ditarif tapi memang seikhlasnya," ujar Danuji sembari tersenyum saat wawancara dengan Kompas.com, di Stasiun Pasar Senen, Senin (13/3/2023).
Baca juga: Cerita Porter Turut Jadi Saksi Kemajuan Stasiun, Dulu Sering Kecopetan, Kini Preman Sudah Diberantas
Terkadang, Danuji mendapat bayaran Rp 50.000, tetapi itu jarang, paling sering Rp 15.000 atau Rp 20.000.
Seminggu, Danuji bisa menghasilkan Rp 300.000. Uang itu digunakan untuk makan dan bayar kontrakan Rp 700.000 sebulan.
Meski pendapatannya terbilang sedikit, Danuji bersyukur masih bisa menghidupi keluarganya, terutama menyekolahkan anaknya hingga lulus SMA.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.