Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dear Bu Anggota DPR, Begini Loh "Chaos"-nya Situasi KRL Saat Jam Pulang Kerja

Kompas.com - 28/03/2023, 19:26 WIB
Zintan Prihatini,
Ihsanuddin

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Baru-baru ini, viral sebuah video yang merekam pernyataan anggota Komisi VI DPR RI dari Fraksi PDI Perjuangan Evita Nursanty.

Dalam video itu, Evita terlihat sedang menyampaikan pandangannya terkait rencana impor gerbong kereta bekas dari Jepang untuk digunakan sebagai tambahan armada KRL Jabodetabek.

Dalam rapat yang dengan PT KAI, PT KCI, dan PT INKA pada Senin (27/3/2023) itu, Evita tegas menolak rencana impor gerbong kereta bekas dari Jepang.

Sebab, ia menilai, moda transportasi KRL hanya ramai saat momen tertentu seperti lebaran dan tahun baru. 

"Sekarang apakah kita chaos? Kalau kita tidak impor ini barang apakah kita chaos?" ungkap Evita, seperti dikutip dari tayangan di YouTube TV Parlemen, Senin.

"Kita kan biasanya chaos itu di tahun baru, kita biasanya chaos itu kan di Lebaran, ini kan sudah lewat semua ke-chaos-an kita. Apakah ini suatu urgensi kalau kita tidak impor chaos? Nah, itu juga menjadi pertanyaan bagi saya," sambungnya.

Baca juga: Momen Anggota DPR Sebut KRL Hanya Semrawut Saat Lebaran dan Tahun Baru...

Warganet yang kebanyakan adalah pengguna sehari-hari KRL Jabodetabek pun ramai-ramai mengkritik pernyataan Evita itu. 

Mereka menilai Evita tidak paham persoalan karena pada kenyataannya KRL selalu dipadati penumpang setiap harinya, terutama saat jam berangkat dan pulang kerja.

Kompas.com pun mengunjungi Stasiun Tanah Abang, pada Selasa (28/3/2023) pukul 17.00 WIB, untuk menggambarkan sepadat apa penumpang KRL pada jam-jam sibuk. 

Stasiun Tanah Abang merupakan salah satu stasiun terpadat, karena menjadi tempat untuk transit.

Di pintu masuk stasiun, sudah tampak keramaian penumpang yang akan memasuki area dalam.

Penumpang dapat menggunakan eskalator naik, maupun tangga manual yang disediakan oleh PT KCI.

Baca juga: Alasan Impor KRL Bekas, Bos KAI: Harga Jauh Lebih Murah dari yang Baru

 

Kompas.com lalu mencoba menumpangi KRL jurusan Tanah Abang-Rangkas Bitung untuk menuju Stasiun Palmerah yang letaknya tak jauh dari Gedung DPR/MPR.

Terlihat penumpang KRL sudah memadati gerbong kereta. Di rangkaian ke enam, misalnya, meski sudah penuh, penumpang tetap memaksa masuk.

Dengan susah payah mereka mencoba untuk mencari sedikit ruang untuk bernapas.

Saking padatnya di dalam kereta di jam sibuk ini, penumpang tak harus berpegangan agar tidak terjatuh.

Mereka saling berdempetan dengan memunggungi satu sama lain.

Beberapa di antaranya memilih bersandar di pintu-pintu gerbong kereta. Untuk bergerak ganti posisi terasa sulit.

Meski telah dilengkapi dengan AC, nyatanya banyak penumpang yang merasa kepanasan.

Bahkan, ada penumpang yang sampai melepas masker lantaran kondisi yang sangat pengap di dalam kereta.

Baca juga: Kapan Tarif KRL Terintegrasi dengan LRT, MRT, dan Transjakarta?

Salah satu penumpang bernama Nure (22) turut merasakan sulitnya menumpangi KRL di kala jam pulang kerja.

“Kalau misalnya jam berangkat kerja, dan jam pulang kerja padatnya bukan main. Orang kan enggak mau ketinggalan kereta, jadi maksa masuk,” kata Nure saat ditemui di dalam KRL tujuan Tanah Abang-Rangkasbitung, Selasa sore.

Apalagi, lanjut dia, waktu untuk menunggu dari satu kereta ke kereta yang lain cukup lama.

Akibatnya, penumpang berebut untuk menumpangi KRL yang terlebih dahulu datang.

“Mau enggak mau penumpang rebutan naik kereta yang pertama,” sebut Nure.

Melihat kondisi di atas, Nure menilai, penambahan jumlah KRL justru penting bagi penumpang.

Oleh karena itu, ia sangat menyayangkan pernyataan anggota DPR yang menolak impor gerbong kereta dan menyebut KRL hanya chaos saat lebaran dan tahun baru.

"Entah itu dia salah ngomong maksudnya kereta jarak jauh atau KRL. Kalau memang pendapatnya dia bilang KRL, jujur, dari saya kalau mau ditambahin KRL-nya," jelas Nure.

Anggota DPR RI Komisi VI dari Fraksi PDI Perjuangan Evi Nursanty menyampaikan pandangannya terkait rencana impor gerbong kereta bekasTwitter/@PolJokesID Anggota DPR RI Komisi VI dari Fraksi PDI Perjuangan Evi Nursanty menyampaikan pandangannya terkait rencana impor gerbong kereta bekas

Selain itu, dia juga berharap agar pihak terkait dapat menambah waktu keberangkatan. Minimal, ujar Nure, setiap lima menit sekali tersedia kereta yang siap mengangkut penumpang.

"Toh pemerintah minta masyarakat beralih ke transportasi umum. Jadi harus didukung dong," imbuh dia.

Perempuan yang bekerja sebagai karyawan swasta di bilangan Palmerah, Jakarta Barat ini harus menempuh jarak selama sekitar dua jam dengan menggunakan KRL dari Stasiun Bogor.

Bila KRL yang ingin ditumpanginya telat datang, maka Nure terancam terlambat datang ke kantor

“Semoga kereta bisa ditambah lagi. Selain itu juga kalau bisa aturan harus transit di Stasiun Manggarai, untuk menuju arah Tanah Abang dihapus karena kan kami sebagai pekerja juga capek ya kalau harus transit berkali-kali,” papar Nure.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Polisi Tangkap Empat Pebisnis Judi 'Online' di Depok yang Jual Koin Slot lewat 'Live Streaming'

Polisi Tangkap Empat Pebisnis Judi "Online" di Depok yang Jual Koin Slot lewat "Live Streaming"

Megapolitan
Punya Penjaringan Sendiri, PDI-P Belum Jawab Ajakan PAN Usung Dedie Rachim di Pilkada Bogor

Punya Penjaringan Sendiri, PDI-P Belum Jawab Ajakan PAN Usung Dedie Rachim di Pilkada Bogor

Megapolitan
Begini Tampang Dua Pria yang Cekoki Remaja 16 Tahun Pakai Narkoba hingga Tewas

Begini Tampang Dua Pria yang Cekoki Remaja 16 Tahun Pakai Narkoba hingga Tewas

Megapolitan
Kelurahan di DKJ Dapat Kucuran Anggaran 5 Persen dari APBD, Sosialisasi Mulai Mei 2024

Kelurahan di DKJ Dapat Kucuran Anggaran 5 Persen dari APBD, Sosialisasi Mulai Mei 2024

Megapolitan
Diprotes Warga karena Penonaktifan NIK, Petugas: Banyak Program Pemprov DKI Tak Berjalan Mulus karena Tak Tertib

Diprotes Warga karena Penonaktifan NIK, Petugas: Banyak Program Pemprov DKI Tak Berjalan Mulus karena Tak Tertib

Megapolitan
Dua Rumah Kebakaran di Kalideres, Satu Orang Tewas

Dua Rumah Kebakaran di Kalideres, Satu Orang Tewas

Megapolitan
Curhat Pedagang Bawang Merah Kehilangan Pembeli Gara-gara Harga Naik Dua Kali Lipat

Curhat Pedagang Bawang Merah Kehilangan Pembeli Gara-gara Harga Naik Dua Kali Lipat

Megapolitan
PAN Ajak PDI-P Ikut Usung Dedie Rachim Jadi Calon Wali Kota Bogor

PAN Ajak PDI-P Ikut Usung Dedie Rachim Jadi Calon Wali Kota Bogor

Megapolitan
Kelakar Chandrika Chika Saat Dibawa ke BNN Lido: Mau ke Mal, Ada Cinta di Sana...

Kelakar Chandrika Chika Saat Dibawa ke BNN Lido: Mau ke Mal, Ada Cinta di Sana...

Megapolitan
Pemilik Toko Gas di Depok Tewas dalam Kebakaran, Saksi: Langsung Meledak, Enggak Tertolong Lagi

Pemilik Toko Gas di Depok Tewas dalam Kebakaran, Saksi: Langsung Meledak, Enggak Tertolong Lagi

Megapolitan
Sowan ke Markas PDI-P Kota Bogor, PAN Ajak Berkoalisi di Pilkada 2024

Sowan ke Markas PDI-P Kota Bogor, PAN Ajak Berkoalisi di Pilkada 2024

Megapolitan
Penjelasan Pemprov DKI Soal Anggaran Restorasi Rumah Dinas Gubernur DKI yang Capai Rp 22 Miliar

Penjelasan Pemprov DKI Soal Anggaran Restorasi Rumah Dinas Gubernur DKI yang Capai Rp 22 Miliar

Megapolitan
Kebakaran Tempat Agen Gas dan Air di Depok, Satu Orang Meninggal Dunia

Kebakaran Tempat Agen Gas dan Air di Depok, Satu Orang Meninggal Dunia

Megapolitan
Banyak Warga Berbohong: Mengaku Masih Tinggal di Jakarta, padahal Sudah Pindah

Banyak Warga Berbohong: Mengaku Masih Tinggal di Jakarta, padahal Sudah Pindah

Megapolitan
Pendaftaran PPK Pilkada 2024 Dibuka untuk Umum, Mantan Petugas Saat Pilpres Tak Otomatis Diterima

Pendaftaran PPK Pilkada 2024 Dibuka untuk Umum, Mantan Petugas Saat Pilpres Tak Otomatis Diterima

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com