JAKARTA, KOMPAS.com - Eko Santoso (52) berpendapat, orang-orang yang kurang familier dengan profesi marbut masjid mungkin menganggapnya sebagai pekerjaan rendahan.
Menurut Eko, banyak yang berpandangan tugas seorang marbut adalah sebatas membersihkan masjid atau mushala saja.
Namun, Eko yang berprofesi sebagai marbut di Masjid Nururrohman, Pondok Kopi, Duren Sawit, Jakarta Timur, ini menegaskan, profesinya adalah pekerjaan yang mulia.
"Marbut masjid adalah pekerjaan yang mulia, bukan pekerjaan yang seharusnya dipandang hina dan rendah," ucap dia di tempat kerjanya, Kamis (20/4/2023).
Baca juga: Kisah Marbut Masjid Tak Mudik Lebaran: Saya Lebih Nyaman di Jakarta
Eko melanjutkan, marbut bekerja untuk mengurus tempat ibadah, serta menjaganya bebas dari segala jenis najis semisal kotoran yang menempel pada alas kaki.
Selain membersihkan seluruh area di masjid atau mushala, para marbut juga bertugas melantunkan azan.
"Kadang, pas imam berhalangan hadir, marbut juga jadi imam. Kalau ada kegiatan, juga turut andil," ungkap Eko.
"Saya bantuin yang umum-umum saja, kayak sewa dan siapin peralatan yang dibutuhkan. Setelah selesai, saya rapikan lagi," imbuh dia.
Terkait marbut adalah profesi yang mulia, Eko menuturkan, ini karena mereka melayani umat Islam yang beribadah dari segi kebersihan.
Dengan kata lain, seorang marbut membantu umat Islam merasa nyaman saat beribadah karena masjid atau mushala bebas dari kotoran.
Baca juga: Penyandang Tunawicara ini Senang Bisa Jadi Marbut: Merasa Dihargai sebagai Manusia
"Mengurus tempat ibadah menurut saya termasuk pekerjaan yang mulia karena membantu memudahkan orang untuk shalat atau mengaji," tegas Eko.
Ia pun menegaskan, seseorang, siapa pun dia, semestinya tidak perlu khawatir dipandang rendah oleh orang lain.
Selama sebuah pekerjaan halal dan tidak merugikan orang lain, apalagi pekerjaan sepertinya membantu kelancaran ibadah orang lain, maka Allah akan meninggikan orang tersebut.
"Enggak usah takut dipandang rendah oleh sesama manusia karena punya pekerjaan seperti ini," sambung dia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.