JAKARTA, KOMPAS.com - Rizky (23) adalah seorang marbut di Masjid Jami Ruhul Jihad, Jagakarsa, Jakarta Selatan, yang berkebutuhan khusus.
Ia adalah penyandang tunawicara.
Meski memiliki keterbatasan, ia tidak pernah mengeluh dalam menjalankan pekerjaannya sebagai seorang marbut.
Tugas pokoknya untuk membersihkan seluruh area masjid selalu dilakoninya dengan senang hati.
Baca juga: Andai Ditawari Naik Haji, Puryono Marbut Masjid di Jaksel Pilih Bangun Rumah
Pria asli Jakarta itu mengaku mencintai pekerjaan yang telah digelutinya selama tiga tahun terakhir, lantaran lingkungan kerja yang suportif.
Meski punya keterbatasan, Rizky tidak pernah dibeda-bedakan oleh pengurus masjid maupun warga sekitar. Ia merasa selalu dihargai layaknya manusia normal.
"Sangat senang bisa bekerja di sini (menjadi marbut). Enggak ada yang membeda-bedakan. Saya merasa dihargai sebagai manusia," ujar dia saat ditemui tim Kompas.com, Selasa (18/4/2023).
Baca juga: Kisah Puryono, Marbut Masjid yang Digaji Rp 250.000 Setiap Minggu dari Kotak Amal
Sebelum menjadi seorang marbut, Rizky hanya menghabiskan banyak waktunya untuk luntang-lantung.
Keterbatasan fisiknya membuatnya kesulitan untuk menemukan pekerjaan.
Apalagi, anak pertama dari dua bersaudara itu tidak pernah mengenyam pendidikan formal sama sekali.
Hal itu kemudian menjadi kendala terbesarnya untuk mencari pekerjaan.
Baca juga: Kisah Wasrif, Marbut Masjid yang Dipilih Langsung Wali Kota Jakpus pada 2011
Ketika ditawari pekerjaan untuk menjadi marbut masjid pada awal tahun 2020, Rizky mengaku langsung menerima tawaran tersebut tanpa pikir panjang.
Sebagai anak tertua, ia sadar betul harus bantu-bantu keuangan keluarganya dan mulai hidup mandiri.
Meski gaji pokok yang diterima hanya sebesar Rp 200.000 per bulan, namun ia tak keberatan.
Pasalnya Rizky tidak hanya sekadar menyapu, mengepel, mengelap kaca, atau merapikan masjid saja. Ia juga ditunjuk sebagai seorang juru parkir.