Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Senyum Sardiman Bisa Kembali Angkut Barang di Terminal Kampung Rambutan, Bisa Bawa Pulang Rp 150.000 Per Hari

Kompas.com - 27/04/2023, 12:12 WIB
Nabilla Ramadhian,
Larissa Huda

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Senyum Sardiman (54) kembali merekah karena ia bisa kembali ikut  merasakan berkah periode mudik Lebaran tahun ini. 

Pendapatannya sebagai porter atau kuli angkut di Terminal Kampung Rambutan, Jakarta Timur, kembali normal dibandingkan pada saat masa pandemi Covid-19.

Pada hari-hari biasa di luar momen libur nasional, pendapatannya berkisar Rp 50.000-Rp 80.000 per hari.

Baca juga: Cerita Kuli Angkut soal Eks Sekda Saefullah yang Menjadikannya Marbut Berpenghasilan Jutaan Rupiah

"Nominal terbesar, kalau peruntungan lagi bagus, bisa Rp 100.000-Rp 150.000 per hari. Ini biasanya kalau momen-momen khusus kayak Lebaran," ungkap Sardiman di tempat kerjanya, Rabu (26/4/2023).

Pendapatan hariannya yang tidak menentu membuat Sardiman sulit mengukur kisaran pendapatan bulanan.

Meski begitu, ia tetap bersyukur karena sudah diberikan rezeki sekecil apa pun, dan ia masih diberi kesempatan untuk hidup di usianya saat ini.

"Keuangan di sini ya cukup buat makan sehari-hari, enggak sempat kelaparan," kata Sardiman.

"Tapi kalau untuk lebihan, kayak buat disimpan, masih belum bisa. Namanya juga kehidupan, punya anak banyak, dan kerja jadi kuli panggul," imbuh dia.

Baca juga: Lebaran jadi Momen Paling Ditunggu Porter Terminal Kampung Rambutan, Raup Untung Rp 150.000 Per Hari

Sempat terhenti karena pandemi

Rasa syukur Sardiman itu terpatri dalam dirinya lantaran ia sempat babak belur selama masa pandemi. Bagaimana tidak, saat itu kondisi penumpang di terminal sangat lesu.

Pendapatan hariannya sebagai kuli angkut berhenti karena terminal sempat ditutup total.

Nihilnya aktivitas antar-jemput penumpang membuat Sardiman terpaksa berdiam diri saja di rumah.

"Kebetulan dua anak saya masih kerja. Alhamdulillah setiap bulan dibantu untuk beli beras dan makanan sehari-hari," ucap Sardiman

Saat terminal mulai dibuka kembali beberapa waktu lalu, Sardiman langsung bekerja dengan semangat. Ia tidak putus asa meski mendapat cukup banyak penolakan dari para penumpang.

Baca juga: Ragam Cerita Pemudik dari Terminal Kampung Rambutan: Perjalanan Lebih Singkat hingga Pulang Setelah Lebaran

Pasalnya, ada saat itu sebagian besar masyarakat masih khawatir akan tertular Covid-19 jika barang-barangnya dibawa oleh orang asing. Pendapatan harian Sardiman pun kian menurun.

"Dulu lumayan dapat penghasilan walau masih jarang. Cuma ya dapat Rp 30.000-Rp 40.000 per hari. Turun banget pendapatan," ujar dia.

Namun, Sardiman menolak untuk menyebut pengalaman itu sebagai sesuatu yang menyedihkan dan dianggap sebagai duka dari pekerjaannya sebagai kuli angkut.

Sebab, sekecil apa pun nominal yang Sardiman bawa pulang saat pandemi masih bisa menafkahi keluarganya.

"Kalau orang ngasih sedikit, itu enggak duka. Saya tetap senang karena itu penghasilan. Saya masih bersyukur ada yang memberi walau sedikit. Enggak sedih atau berduka," tegas dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Taruna STIP Tewas Dianiaya, Polisi Ungkap Pemukulan Senior ke Junior Jadi Tradisi 'Penindakan'

Taruna STIP Tewas Dianiaya, Polisi Ungkap Pemukulan Senior ke Junior Jadi Tradisi "Penindakan"

Megapolitan
Empat Taruna STIP yang Diduga Saksikan Pelaku Aniaya Junior Tak Ikut Ditetapkan Tersangka

Empat Taruna STIP yang Diduga Saksikan Pelaku Aniaya Junior Tak Ikut Ditetapkan Tersangka

Megapolitan
Motif Pelaku Aniaya Taruna STIP hingga Tewas: Senioritas dan Arogansi

Motif Pelaku Aniaya Taruna STIP hingga Tewas: Senioritas dan Arogansi

Megapolitan
Penyebab Utama Tewasnya Taruna STIP Bukan Pemukulan, tapi Ditutup Jalur Pernapasannya oleh Pelaku

Penyebab Utama Tewasnya Taruna STIP Bukan Pemukulan, tapi Ditutup Jalur Pernapasannya oleh Pelaku

Megapolitan
Polisi Tetapkan Tersangka Tunggal dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP Jakarta

Polisi Tetapkan Tersangka Tunggal dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP Jakarta

Megapolitan
Hasil Otopsi Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior: Memar di Mulut, Dada, hingga Paru

Hasil Otopsi Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior: Memar di Mulut, Dada, hingga Paru

Megapolitan
Akhir Penantian Ibu Pengemis yang Paksa Orang Sedekah, Dua Adiknya Datang Menjenguk ke RSJ

Akhir Penantian Ibu Pengemis yang Paksa Orang Sedekah, Dua Adiknya Datang Menjenguk ke RSJ

Megapolitan
Polisi Sebut Ahmad dan RM Semula Rekan Kerja, Jalin Hubungan Asmara sejak Akhir 2023

Polisi Sebut Ahmad dan RM Semula Rekan Kerja, Jalin Hubungan Asmara sejak Akhir 2023

Megapolitan
Praktik Prostitusi di RTH Tubagus Angke Dinilai Bukan PR Pemprov DKI Saja, tapi Juga Warga

Praktik Prostitusi di RTH Tubagus Angke Dinilai Bukan PR Pemprov DKI Saja, tapi Juga Warga

Megapolitan
Keluarga Harap Tak Ada Intervensi dalam Pengusutan Kasus Mahasiswa STIP yang Tewas Dianiaya Senior

Keluarga Harap Tak Ada Intervensi dalam Pengusutan Kasus Mahasiswa STIP yang Tewas Dianiaya Senior

Megapolitan
Pro-Kontra Warga soal Janji Dishub DKI Tertibkan Juru Parkir, Tak Keberatan jika Jukir Resmi

Pro-Kontra Warga soal Janji Dishub DKI Tertibkan Juru Parkir, Tak Keberatan jika Jukir Resmi

Megapolitan
Mahasiswa STIP Tewas Dianiaya Senior, Pengawasan dan Tata Tertib Kampus Jadi Sorotan

Mahasiswa STIP Tewas Dianiaya Senior, Pengawasan dan Tata Tertib Kampus Jadi Sorotan

Megapolitan
Hari Ini, Polisi Lakukan Gelar Perkara Kasus Mahasiswa STIP Tewas Diduga Dianiaya Senior

Hari Ini, Polisi Lakukan Gelar Perkara Kasus Mahasiswa STIP Tewas Diduga Dianiaya Senior

Megapolitan
Usul Heru Budi Bangun “Jogging Track” di RTH Tubagus Angke Dinilai Tak Tepat dan Buang Anggaran

Usul Heru Budi Bangun “Jogging Track” di RTH Tubagus Angke Dinilai Tak Tepat dan Buang Anggaran

Megapolitan
Polisi Sebut Pembunuh Wanita Dalam Koper Tak Berniat Ambil Uang Kantor yang Dibawa Korban

Polisi Sebut Pembunuh Wanita Dalam Koper Tak Berniat Ambil Uang Kantor yang Dibawa Korban

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com