Kata Asep, selain pabrik semen, produk olahan itu juga bisa dibeli oleh PLN.
"Secara tidak langsung, operasional dari proses itu bisa dibiayai sendiri, tidak membebani Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta," urainya.
Alasan lain, Asep melanjutkan, yakni biaya pembangunan RDF plant tergolong tidak mahal.
Kemudian, biaya investasi kepada RDF plant juga disebut tidak terlalu besar.
Baca juga: Setelah di Bantargebang, Pemprov DKI Bakal Bangun RDF Plant di Rorotan
"Melihat hal tersebut, akhirnya Pemprov DKI melalui DLH DKI mencoba lagi mengembangkan RDF tersebut di lokasi lain," ucap Asep.
Untuk diketahui, kapasitas pengolahan sampah di RDF plant di Bantargebang itu adalah 1.000 ton sampah lama dan 1.000 ton sampah baru.
RDF tersebut bisa menghasilkan 700-750 ton bahan bakar pabrik per hari.
Di satu sisi, PT Jakarta Propertindo (Jakpro) sejatinya telah menerima penyertaan modal daerah (PMD) untuk membangun ITF di Sunter, Jakarta Utara.
PMD yang dialokasikan dari anggaran pendapatan dan belanja daerah (APBD) DKI Jakarta tahun anggaran 2023 itu sebesar Rp 577 miliar.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.