JAKARTA, KOMPAS.com - Seorang petugas keamanan bernama Chaerudin (26) adalah salah satu saksi penembakan di Kantor Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pusat yang terjadi pada Selasa (2/5/2023).
Kepada awak media, dia bercerita dirinya tidak mengetahui seorang lansia bernama Mustopa (60) yang beberapa kali menyambangi Kantor MUI ternyata membawa senjata di dalam tasnya.
“Saya enggak tahu dia mengangkat tas ternyata isinya pistol. Tapi, saya enggak ketembak alhamdulillah. Pelurunya meleset,” kata Chaerudin saat diwawancarai di Kantor MUI Pusat, Menteng, Jakarta Pusat, Rabu (3/5/2023) siang.
Baca juga: Mustopa Ancam Bunuh Petugas Keamanan Kantor MUI Sebelum Lakukan Penembakan
Chaerudin turut bercerita, dirinya sempat diancam oleh Mustopa. Sebab pelaku bersikeras ingin bertemu Ketua MUI.
“Beliau memaksa. Beliau bilang begini ‘Kalau kamu tidak bisa menerima saya ketemu Ketua MUI, saya habisi kamu’. Dia bilang gitu,” tutur dia.
Sebelumnya, Chaerudin telah menyampaikan permintaan Mustopa ke bagian sekretariat. Namun, tidak diizinkan sebab Mustopa telah dua kali mengirim surat ke MUI dengan nada mengancam.
Dari situ, Mustopa pun mengeluarkan senjatanya dan menembak ke arah pintu kaca.
Lantas, satu orang tertembak di punggung, sementara satu orang lainnya terkena serpihan kaca hingga luka-luka.
Baca juga: RS Polri Belum Terima Permintaan Penjemputan Jenazah Mustopa Penembak Kantor MUI
Chaerudin bercerita dirinya telah bertemu sebanyak dua kali dengan pelaku. Dia mengatakan perawakan Mustopa tidak mencurigakan alias biasa saja.
Namun, tutur kata dan intonasinya mengundang tanda tanya.
“Beliau itu berbicara dengan nada-nada mencurigakan, bawa surat yang berkata-kata pengancaman,” kata Chaerudin.
Wasekjen MUI Bidang Hukum dan HAM Ikhsan Abdullah menimpali, MUI tidak pernah mencurigai orang yang datang ke kantor.
“Karena kantor ini melayani kepentingan umat masyarakat yang mengadu, yang melakukan dakwah, dan lain-lain. Jadi semua seperti kalian, tidak ada yang dicurigai. Insya Allah tidak ada apa-apa selama ini,” kata Ikhsan.
Perihal surat-surat ancaman itu sendiri, Ikhsan memaparkan Kantor MUI Pusat sering mendapatkan kiriman seperti itu.
Baca juga: Nasib Mustopa Temui Ajal Setelah Nekat Menembak di Kantor MUI, Jasadnya Belum Dijemput Keluarga
“Itu sudah sering (kami dapat). Sudah kebal, kami sudah putus urat takutnya. Insya Allah karena kami semua ulama di sini berjuang untuk kepentingan umat. Jadi tidak ada lagi rasa takut atau was-was,” tutur dia.