JAKARTA, KOMPAS.com - Pengoplos gas elpiji, RS (46), membeberkan ciri-ciri gas elpiji asli dengan yang sudah dioplos.
"Cara termudah adalah memindai barcode yang ada di tutup tabung gas. Kalau pas dipindai keluar nama stasiun pengisiannya, maka itu bukan oplosan," ujar dia di Mapolres Metro Jakarta Selatan, Kamis (11/5/2023).
Sedangkan untuk tabung gas elpiji oplosan, nama stasiun pengisian tidak akan keluar ketika dipindai.
"Meski ada barcode, tapi kalau dipindai tidak tertera tempat pengisiannya," tegas RS.
Baca juga: Polisi Ciduk Agen Penjual Gas yang Oplos Elpiji di Kebayoran Lama
Adapun RS merupakan pelaku tindak pidana pengoplosan gas yang baru diringkus polisi pada Senin (8/5/2023).
Lokasi usahanya yang ada di Jalan Buraq, Kebayoran Lama, digerebek Satreskrim Polres Metro Jakarta Selatan ketika RS sedang mengoplos gas elpiji di kandang ayam.
"Dia mengoplos gas di kandang ayam yang berada tak jauh dari tempat usahanya. Ukurannya tidak besar, hanya satu petak mungkin," kata Kasat Reskrim Polres Metro Jakarta Selatan, Kompol Irwandhy Idrus.
Tindakan ilegal yang dilakukan RS memang sulit terendus lantaran pelaku memiliki usaha jual-beli tabung gas.
Baca juga: Agar Tak Ketahuan, Pelaku Oplos Elpiji Subsidi ke Tabung Gas Nonsubsidi di Kandang Ayam
Alhasil aktivitas RS ketika menyuntikkan gas elpiji bersubsidi ke tabung gas non-subsidi menjadi samar.
"Dia pasang pelang sebagai agen penjual gas 3 kilogram. Tapi kami masih periksa apakah usahanya itu legal atau ilegal," tutur dia.
Sebagai informasi, RS bisa mengambil keuntungan hingga Rp 70.000 per tabung saat dijual.
"Pelaku menyuntik isi gas 3 kilogram untuk dipindahkan ke tabung 5,5 kilogram dan 12 kilogram. Atas perbuatan itu pelaku bisa mendapatkan keuntungan antara Rp 60.000-70.000 per tabung," papar Wakasat Reskrim Polres Metro Jakarta Selatan, Kompol Henrikus Yossi
Baca juga: Pengoplos Elpiji di Kebayoran Lama Raup Untung hingga Rp 70.000 per Tabung
Yossi menyatakan, pelaku sudah melakukan aksinya selama lima tahun terakhir. RS diketahui menjual gas oplosan kepada pemilik toko kelontong dan secara perorangan.
Adanya label dan segel gas yang terpasang rapi membuat para pelanggannya tak menaruh rasa curiga terhadap aksi curangnya.
"Ada dua target yang menjadi sasaran pelaku. Pertama rumah tangga dan kedua adalah toko kelontong. Kedua sasaran itu dilabeli dengan harga yang berbeda oleh pelaku," tutur Yossi.
"Untuk toko, tabung gas 12 kilogram dijual dengan harga Rp 165.000. Sedangkan untuk rumah tangga dijual dengan harga Rp 220.000. Kemudian yang tabung 5,5 kilogram dijual dengan harga Rp 90.000 ke toko dan rumah tangga dijual dengan kisaran harga Rp 100.000," tutup dia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.