Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Hanif Sofyan
Wiraswasta

Pegiat literasi di walkingbook.org

Kini Peringkat 3 Kualitas Udara Terburuk Dunia, Apa Solusi Jakarta?

Kompas.com - 07/06/2023, 13:57 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

HARI-hari belakangan banyak warga Jakarta makin mengeluhkan kondisi udara yang memburuk. Jika kita berkendara roda dua, maka akan sangat terasa sekali bedanya jika kita tak memakai masker. Udara di jalanan membuat dada terasa sesak napas.

Berdasarkan data dari IQAir, kualitas udara di Jakarta terburuk ketiga di dunia pada Selasa (6/6/2023) pukul 09.40 WIB.

Indeks kualitas udara di Jakarta berada di angka 152 dengan polutan utamanya, yakni PM 2,5 dan nilai konsentrasi 57 µg/m³ (mikrogram per meter kubik) (katadata;2023). Padahal tahun 2021 masih peringkat 9.

Apakah pemerintah DKI Jakarta gagal menuju target 30 persen net zero emisi?

Tak bisa dibayangkan jika bayi-bayi ikut para orangtuanya menyusuri jalanan ibu kota dengan mengendarai sepeda motor. Mereka tak biasa berteriak, selain cuma bisa menangis.

Faktanya, sebanyak 75 persen polusi udara Jakarta berasal dari emisi kendaraan bermotor roda dua dan roda empat.

Padahal pemerintah DKI Jakarta sejak lama memiliki target ambisius menurunkan emisi karbon atau gas rumah kaca (GRK) 30 persen-50 persen pada 2030, menuju tercapainya target net zero emission atau nol emisi karbon Jakarta pada 2050. Bagaimana kelanjutannya saat ini?

Upaya “membersihkan” udara Jakarta sudah makin mendesak. Dua tahun pandemi menjadi “keuntungan” membersihkan kota Jakarta karena kebijakan pembatasan aktifitas sosial membuat jalanan sedikit lebih sunyi dari biasanya.

Namun pasca-"new normal" semua kembali seperti semula, bahkan makin buruk. Krisis iklim menjadi semacam alarm peringatan kepada seluruh pemangku kepentingan agar mereka memiliki rasa urgensi yang sama mendorong berkurangnya emisi.

Kini berbagai insiatif mencapai Masyarakat Rendah Karbon tahun 2050 dilakukan, seperti regulasi pengembangan sistem dan membuka jalan menuju nol emisi karbon.

Pemasangan panel surya di atap gedung milik pemerintah, sekolah, pelayanan kesehatan, rumah sakit, dan olahraga serta gedung-gedung swasta.

Dan komitmen untuk mencapai 50 persen armada Bus Transjakarta bebas bahan bakar fosil pada 2025 dan beralih ke penggunaan bus listrik. Mengingat, Jakarta sebagai daerah pertama yang memberlakukan krisis iklim sebagai bencana dan krisis yang nyata.

Di luar wacana pindah ibu kota, jadi atau tidak jadi pindah, barangkali Jakarta harus mulai memikirkan kembali pentingnya membuat banyak connector parks, ruang teduh dalam kota yang tidak terputus.

Connector parks adalah bagian dari Ruang Terbuka Hijau (RTH). Apa pentingnya connector parks bagi sebuah kota?

Selain sebagai peredam polusi bising suara, juga menjadi pengendali perkembangan kota yang jor-joran hingga terjadi peluberan kota (urban sprawl).

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

DLH DKI Angkut 83 Meter Kubik Sampah dari Pesisir Marunda Kepu

DLH DKI Angkut 83 Meter Kubik Sampah dari Pesisir Marunda Kepu

Megapolitan
Janggal, Brigadir RAT Bunuh Diri Saat Jadi Pengawal Bos Tambang, tapi Atasannya Tak Tahu

Janggal, Brigadir RAT Bunuh Diri Saat Jadi Pengawal Bos Tambang, tapi Atasannya Tak Tahu

Megapolitan
8 Pasien DBD Masih Dirawat di RSUD Tamansari, Mayoritas Anak-anak

8 Pasien DBD Masih Dirawat di RSUD Tamansari, Mayoritas Anak-anak

Megapolitan
Pengelola Imbau Warga Tak Mudah Tergiur Tawaran Jual Beli Rusunawa Muara Baru

Pengelola Imbau Warga Tak Mudah Tergiur Tawaran Jual Beli Rusunawa Muara Baru

Megapolitan
UPRS IV: Banyak Oknum yang Mengatasnamakan Pengelola dalam Praktik Jual Beli Rusunawa Muara Baru

UPRS IV: Banyak Oknum yang Mengatasnamakan Pengelola dalam Praktik Jual Beli Rusunawa Muara Baru

Megapolitan
9 Jam Berdarah: RM Dibunuh, Mayatnya Dimasukkan ke Koper lalu Dibuang ke Pinggir Jalan di Cikarang

9 Jam Berdarah: RM Dibunuh, Mayatnya Dimasukkan ke Koper lalu Dibuang ke Pinggir Jalan di Cikarang

Megapolitan
Seorang Remaja Tenggelam di Kali Ciliwung, Diduga Terseret Derasnya Arus

Seorang Remaja Tenggelam di Kali Ciliwung, Diduga Terseret Derasnya Arus

Megapolitan
Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Kamis 2 Mei 2024, dan Besok: Malam Ini Hujan Petir

Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Kamis 2 Mei 2024, dan Besok: Malam Ini Hujan Petir

Megapolitan
[POPULER JABODETABEK] Mobil Terbakar di Tol Japek Arah Cawang | Pembunuh Wanita Dalam Koper di Bekasi Ditangkap

[POPULER JABODETABEK] Mobil Terbakar di Tol Japek Arah Cawang | Pembunuh Wanita Dalam Koper di Bekasi Ditangkap

Megapolitan
Perjuangkan Peningkatan Upah Buruh, Lia dan Teman-temannya Rela ke Jakarta dari Cimahi

Perjuangkan Peningkatan Upah Buruh, Lia dan Teman-temannya Rela ke Jakarta dari Cimahi

Megapolitan
Cerita Suratno, Buruh yang Khawatir Uang Pensiunnya Berkurang karena UU Cipta Kerja

Cerita Suratno, Buruh yang Khawatir Uang Pensiunnya Berkurang karena UU Cipta Kerja

Megapolitan
Pembunuh Perempuan Dalam Koper Tak Melawan Saat Ditangkap Polisi di Palembang

Pembunuh Perempuan Dalam Koper Tak Melawan Saat Ditangkap Polisi di Palembang

Megapolitan
Said Iqbal Minta Prabowo Hapus UU Cipta Kerja Klaster Ketenagakerjaan

Said Iqbal Minta Prabowo Hapus UU Cipta Kerja Klaster Ketenagakerjaan

Megapolitan
Pembunuh Wanita Dalam Koper Sempat Ajak Korban Masuk ke Kamar Hotel di Bandung

Pembunuh Wanita Dalam Koper Sempat Ajak Korban Masuk ke Kamar Hotel di Bandung

Megapolitan
Said Iqbal: Upah Buruh di Jakarta yang Ideal Rp 7 Juta Per Bulan

Said Iqbal: Upah Buruh di Jakarta yang Ideal Rp 7 Juta Per Bulan

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com