Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Demi Atasi Macet, Mungkinkah Jalan Raya Condet Diperlebar?

Kompas.com - 08/06/2023, 08:00 WIB
Wasti Samaria Simangunsong ,
Larissa Huda

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Lurah Batu Ampar Rusman Rusli berpendapat, kemacetan di Jalan Raya Condet sebenarnya bukan hanya disebabkan oleh aktivitas satu atau dua sekolah saja.

Ada banyak faktor yang menjadi sumber macet. Mulai dari Jalan Raya Condet merupakan jalur alternatif yang seringkali dilalui, banyak terdapat gang yang ramai warga keluar masuk, hingga kurang lebarnya badan jalan.

Dari sederet faktor itu, ada yang dapat diselesaikan dengan menerjunkan personel Satpol PP dan Dishub. Tetapi apabila penerjunan petugas tidak kunjung membuahkan hasil, maka memperlebar jalan adalah solusinya.

Baca juga: Lurah Batu Ampar Akui Ada Orangtua Bandel Turunkan Anak Sekolah di Pinggir Jalan, Bikin Jalan Raya Condet Macet

"Intinya satu, ya jalan (Condet) itu diperluas," ujar Rusman saat berbincang dengan Kompas.com, Rabu (7/6/2023).

Dengan memperlebar badan jalan, kapasitasnya otomatis akan meningkat. Jalan itu jadi bisa lebih banyak menampung volume mobil dan motor setiap harinya.

Harapannya tentu kemacetan bisa berkurang, terutama pada jam berangkat dan pulang kerja.

Tetapi, Rusman mengakui, usulnya itu sulit dilaksanakan.

"Masalahnya, Condet ini kawasan budaya. Untuk mempertahankan budaya yang ada sekarang, harus seperti itu modelnya, enggak bisa lagi diperlebar," ujar dia.

Baca juga: Lurah Batu Ampar Klaim Satpol PP dan Dishub Selalu Sigap Urai Kemacetan di Condet

"Kecuali mau dihilangkan kebudayaan di Condet-nya, diperluas saja seperti jalan di Kuningan," lanjut Rusman.

Oleh sebab itu, untuk meminimalisasi kemacetan di Jalan Raya Condet, pihaknya masih mengandalkan pengaturan lalu lintas oleh aparat terkait.

Bila terjadi penumpukan kendaraan, petugas diturunkan untuk mengurai kemacetan.

Sebelumnya diberitakan, aktivitas antar jemput anak sekolah menggunakan kendaraan pribadi di SD GIS, Jalan Raya Condet, Balekambang, Kramat Jati, Jakarta Timur, disebut sebagai biang kemacetan.

Pantauan langsung Kompas.com, padatnya situasi lalu lintas berlangsung saat kendaraan roda empat yang mengantar anak sekolah menumpuk di area pengantaran di dalam sekolah.

Baca juga: Lurah Batu Ampar Tuding Pak Ogah Biang Macet di Jalan Raya Condet

Hal itu membuat antrean kendaraan sering kali mengular ke gerbang masuk sekolah sampai jalan raya.

Otomatis, kendaraan lain yang hendak melintas, baik ke arah Jalan TB Simatupang atau Cililitan, terpaksa ikut berhenti menunggu antrean mobil yang hendak memutar arah dari gerbang sekolah menuju jalan raya.

Biasanya, jalur ini mengalami kemacetan pukul 07.00-07.30 WIB setiap pagi pada Senin-Jumat.

Tak hanya pagi hari, kemacetan juga terjadi pada siang hari saat jam pulang sekolah, sekitar pukul 13.00 WIB sampai 15.00 WIB.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

[POPULER JABODETABEK] Kebengisan Pembunuh Wanita Dalam Koper | Kronologi Meninggalnya Siswa STIP yang Dianiaya Senior

[POPULER JABODETABEK] Kebengisan Pembunuh Wanita Dalam Koper | Kronologi Meninggalnya Siswa STIP yang Dianiaya Senior

Megapolitan
Daftar 73 SD/MI Gratis di Tangerang dan Cara Daftarnya

Daftar 73 SD/MI Gratis di Tangerang dan Cara Daftarnya

Megapolitan
Taruna STIP Tewas Dianiaya, Polisi Ungkap Pemukulan Senior ke Junior Jadi Tradisi 'Penindakan'

Taruna STIP Tewas Dianiaya, Polisi Ungkap Pemukulan Senior ke Junior Jadi Tradisi "Penindakan"

Megapolitan
Empat Taruna STIP yang Diduga Saksikan Pelaku Aniaya Junior Tak Ikut Ditetapkan Tersangka

Empat Taruna STIP yang Diduga Saksikan Pelaku Aniaya Junior Tak Ikut Ditetapkan Tersangka

Megapolitan
Motif Pelaku Aniaya Taruna STIP hingga Tewas: Senioritas dan Arogansi

Motif Pelaku Aniaya Taruna STIP hingga Tewas: Senioritas dan Arogansi

Megapolitan
Penyebab Utama Tewasnya Taruna STIP Bukan Pemukulan, tapi Ditutup Jalur Pernapasannya oleh Pelaku

Penyebab Utama Tewasnya Taruna STIP Bukan Pemukulan, tapi Ditutup Jalur Pernapasannya oleh Pelaku

Megapolitan
Polisi Tetapkan Tersangka Tunggal dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP Jakarta

Polisi Tetapkan Tersangka Tunggal dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP Jakarta

Megapolitan
Hasil Otopsi Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior: Memar di Mulut, Dada, hingga Paru

Hasil Otopsi Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior: Memar di Mulut, Dada, hingga Paru

Megapolitan
Akhir Penantian Ibu Pengemis yang Paksa Orang Sedekah, Dua Adiknya Datang Menjenguk ke RSJ

Akhir Penantian Ibu Pengemis yang Paksa Orang Sedekah, Dua Adiknya Datang Menjenguk ke RSJ

Megapolitan
Polisi Sebut Ahmad dan RM Semula Rekan Kerja, Jalin Hubungan Asmara sejak Akhir 2023

Polisi Sebut Ahmad dan RM Semula Rekan Kerja, Jalin Hubungan Asmara sejak Akhir 2023

Megapolitan
Praktik Prostitusi di RTH Tubagus Angke Dinilai Bukan PR Pemprov DKI Saja, tapi Juga Warga

Praktik Prostitusi di RTH Tubagus Angke Dinilai Bukan PR Pemprov DKI Saja, tapi Juga Warga

Megapolitan
Keluarga Harap Tak Ada Intervensi dalam Pengusutan Kasus Mahasiswa STIP yang Tewas Dianiaya Senior

Keluarga Harap Tak Ada Intervensi dalam Pengusutan Kasus Mahasiswa STIP yang Tewas Dianiaya Senior

Megapolitan
Pro-Kontra Warga soal Janji Dishub DKI Tertibkan Juru Parkir, Tak Keberatan jika Jukir Resmi

Pro-Kontra Warga soal Janji Dishub DKI Tertibkan Juru Parkir, Tak Keberatan jika Jukir Resmi

Megapolitan
Mahasiswa STIP Tewas Dianiaya Senior, Pengawasan dan Tata Tertib Kampus Jadi Sorotan

Mahasiswa STIP Tewas Dianiaya Senior, Pengawasan dan Tata Tertib Kampus Jadi Sorotan

Megapolitan
Hari Ini, Polisi Lakukan Gelar Perkara Kasus Mahasiswa STIP Tewas Diduga Dianiaya Senior

Hari Ini, Polisi Lakukan Gelar Perkara Kasus Mahasiswa STIP Tewas Diduga Dianiaya Senior

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com