JAKARTA, KOMPAS.com - Stigma negatif dan diskriminatif terhadap keluarga penyandang disabilitas masih ada di ibu kota.
Peran masyarakat dan aparat diperlukan agar luka dan duka mereka berubah jadi senyum yang merekah.
Bantuan tak melulu uang. Dukungan moral dan moril adalah salah satu bahan bakar yang bisa diberikan untuk para keluarga penyandang disabilitas agar kuat melanjutkan hidup.
**
Derap langkah sepatu boots memecah kesunyian di sebuah gang permukiman warga selebar satu meter. Sesekali, cuitan burung terdengar. Angin semilir bertiup membelai rimbunnya dedaunan.
Langkah itu milik Aiptu Kokoh Nugraha (43), Bhayangkara Pembina Keamanan dan Ketertiban Masyarakat (Bhabinkamtibmas) Kelurahan Tanjung Barat, Jagakarsa, Jakarta Selatan.
Baca juga: Menyingkap Kisah Bhabinkamtibmas dan Relawan di Balik Suksesnya Vaksinasi Merdeka
Rabu (14/6/2023) siang itu, matahari telah bergeser dari titik kulminasinya.
Aiptu Kokoh menyambangi rumah penyandang disabilitas bersama relawan Komunitas Sosial Forum Silaturahmi Warga (Forsiwa).
Di tangannya, ia menenteng kantong plastik warna merah berisi buah-buahan.
“Assalamualaikum, Bu Herna,” ujar Aiptu Kokoh.
“Waalaikumsalam, Pak. Silakan masuk,” balas Herna Susila Wati (42), pemilik rumah berkelir keunguan tersebut.
Herna tersenyum mempersilahkan Aiptu Kokoh dan anggota Forsiwa masuk. Herna duduk bersimpuh di belakang anaknya tercinta, Azriel Ilhami Pasha (17).
Herna adalah ibu dari Azriel yang mengalami kerusakan jaringan otak sejak lahir alias Celebral Palsy.
Azriel tak bisa bergerak layaknya anak-anak normal yang lain. Azril hanya bisa menggerakkan jari-jari kaki dan kepalanya sesekali.
Azriel tak bisa berbicara dan hanya bisa tersenyum. Kabar yang sangat mengoyak hati Herna terima saat membawa Azriel ke rumah sakit pada usia dua tahun.
Herna pun syok berat dan sempat tak bisa menerima vonis Azriel mengalami Celebral Palsy.
“Kok bisa ya saya yang ngalamin,” pikir Herna sambil mengingat kisahnya di samping Aiptu Koko dan pendiri Forsiwa, Andri Sumantri (45).
Baca juga: Rasa Bangga Orangtua Lihat Karya Anak Disabilitas Terpampang di Badan Bus Transjakarta...
Namun, kehidupan Herna terus berjalan berkat dukungan moral keluarga dan warga sekitar meski terseok-seok. Sebagai seorang ibu, rasa sedih itu pasti ada. Apalagi diskriminasi masih dialami Herna sebagai orangtua dari anak penyandang disabilitas.
“Dulu saya naik bus gendong Azriel, kursi udah penuh tapi enggak ada yang ngasih duduk. Minggu lalu, saya ke rumah sakit aja saya dan Azriel dibiarin duduk di bawah. Ya Allah tega banget sama Azriel,” ujar perempuan asli kelahiran Jakarta tersebut.
Isak tangis Herna akhirnya pecah. Herna tak kuat jika memikirkan nasib ke depan Azriel jika dirinya meninggal dunia. Pikiran itu kerap menghantui Herna di malam hari.