"Income ini bisa untuk menambah investasi lagi income yang ini bisa untuk menambah atau merawat lokasi RDF ini," sambungnya.
Sementara ini, sudah ada dua perusahaan yang menjadi pelanggan RDF dari TPST Bantar Gebang, yakni PT Indocement Tunggal Perkasa Tbk dan PT Solusi Bangunan Indonesia.
"Teman PT Indocement dan PT SPI itu membutuhkan per hari itu 2.500 ton. Kami baru mampu 700 ton per hari," ungkap Heru Heru.
Baca juga: Pemprov DKI Mulai Jual RDF Bantargebang, Dibanderol Rp 360.000 Per Ton
Tambah 2 RDF Plant
Kedepannya, Heru menyebut bahwa Pemerintah Provinsi DKI Jakarta berencana membangun dua RDF Plant lain di dua lokasi.
Lokasi pertama di Rorotan, Jakarta Utara. Selanjutnya di kawasan Pegadungan, Jakarta Barat.
"Iya kami harapkan kami menggunakan konsep RDF. Dua itu satu di Rorotan dan satu di Pegadungan," tutur Heru.
Proyek RDF plant di dua lokasi tersebut akan mulai dibangun pada 2024.
Proses pembangunannya bakal dikerjakan bersama Perusahaan Listrik Negara (PLN).
"Dimulainya kemungkinan 2024 bersama dengan PLN," kata Heru.
Baca juga: Jalan Panjang Proyek ITF Sunter: Digagas Era Gubernur Fauzi Bowo, Dihentikan Heru Budi
Heru Budi sebelumnya menjelaskan bahwa kerja sama dengan PLN ini merupakan kelanjutan dari program refuse-derived fuel (RDF) plant.
Dengan begitu, beban sampah di TSPT Bantargebang bisa berkurang seiring adanya proses pengolahan menjadi bahan bakar.
Direktur Utama PT PLN, Darmawan Prasodjo mengatakan bahwa kerja sama ini bukan sekadar mengatasi permasalah sampah di ibu, tetapi juga mendorong percepatan transisi ke energi ramah lingkungan.
"Kerja sama ini dimaksudkan bukan hanya saja untuk penanganan lingkungan sampah di DKI, tetapi juga bagaimana kita bisa mendukung adanya akselerasi dari transisi energi," ujar Darmawan.
Penghentian ITF