Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Senangnya Jadi Warga Jakarta, Transportasi Publik Nyaman dan Banyak Fasum Ramah Anak

Kompas.com - 28/06/2023, 10:33 WIB
Nabilla Ramadhian,
Irfan Maullana

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Seorang warga Cakung, Jakarta Timur, Satria (26) berpendapat bahwa lahir dan besar di DKI Jakarta adalah hal yang menyenangkan.

Terlepas dari sejumlah pengalaman buruk di Ibu Kota, ada banyak hal positif yang didapatkan Satria.

Beberapa di antaranya adalah transportasi publik yang lebih nyaman dan hadirnya fasilitas umum (fasum) ramah anak.

"Pengalaman baiknya dari tinggal di Jakarta ya dari transportasi publik yang sudah lebih nyaman, sih. Fasum juga jadi lebih baik buat anak-anak," ungkap dia di RPTRA Komarudin, Pulogebang, Cakung, Jakarta Timur, Selasa (27/6/2023).

Baca juga: Transportasi Publik di Jakarta Dipuji, tapi Masih Perlu Perbaikan

DKI Jakarta baru berulang tahun pada 22 Juni 2023. Kini, usianya sudah menginjak 496 tahun.

Seiring waktu, berbagai perbaikan terus dilakukan untuk membuat warga dan para pendatang merasa nyaman.

Salah satu yang dirasakan oleh Satria adalah perbaikan dalam bidang transportasi publik.

"Sekarang, misalnya, KRL lebih nyaman. Dulu enggak kondusif karena ada orang-orang yang naik di atas," kata dia.

Selain itu, setiap gerbong juga sudah tidak memiliki pedagang asongan yang masuk dan berjualan di dalam.

Baca juga: Pemprov DKI Diminta Tegas Tertibkan Terminal, Jangan Hangat-hangat Tahi Ayam

Sebagian besar transportasi publik pun cenderung sudah lebih ramah lingkungan daripada ketika ia masih kecil dulu.

"Dulu waktu saya kecil, transportasi umum kayak (bus) kopaja gitu ngeluarin banyak asap hitam. Sekarang enggak kayak dulu (mengganggu)," kata Satria.

Satria menuturkan, langkah Pemprov DKI Jakarta yang mendukung transportasi ramah lingkungan sudah tepat.

Sebab, saat ini Transjakarta pun sudah menggunakan bus listrik.

Ada pula perusahaan transportasi swasta yang menawarkan penyewaan sepeda motor listrik kepada para pengemudinya.

"Polusi di Jakarta berkaitan sama transportasi umum (yang tidak ramah lingkungan), kayak dulu kopaja yang asapnya hitam itu," kata Satria.

Fasum ramah anak

Anak-anak sedang asyik bermain air di Taman Puring Jakarta Selatan Andra Prabasari Anak-anak sedang asyik bermain air di Taman Puring Jakarta Selatan

Hal lainnya yang membuat Satria senang tinggal di Jakarta adalah fasum yang kini lebih ramah anak.

Menurut dia, hal ini sangat kontras dibandingkan ketika ia masih kecil dulu.

"Dulu saya kalau main di sekitar Cakung saja, dan waktu saya kecil enggak ada fasilitas umum ramah anak kayak sekarang," ucap Satria.

Dahulu, hanya ada fasilitas umum (fasum) berupa lapangan di setiap RT untuk dimanfaatkan anak-anak.

Baca juga: Jakarta Sudah Menjadi Kota yang Lebih Ramah Anak...

Beberapa area dengan pepohonan dan kawasan waduk pun digunakan sebagai tempat bermain. Namun, lahannya tidak cukup bagi anak-anak.

Mereka tetap membutuhkan permainan seperti ayunan atau perosotan agar tetap terhibur. Hal ini absen ketika Satria masih kecil.

Dengan kata lain, sudah ada cukup banyak fasum di Ibu Kota yang dilengkapi dengan beragam permainan anak-anak.

"Sekarang Jakarta sudah punya banyak fasum ramah anak seperti RPTRA, Taman Maju Bersama, dan lahan-lahan hijau. Kalau dulu belum ada," kata Satria.

"Sekarang, Jakarta sudah jadi kota yang lebih ramah anak. Fasilitas untuk anak jadi lebih banyak," imbuh dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Menyusuri Jalan yang Dilalui Para Korban Tragedi 12 Mei 1998...

Menyusuri Jalan yang Dilalui Para Korban Tragedi 12 Mei 1998...

Megapolitan
Sosok Dimas Aditya Korban Kecelakaan Bus Ciater Dikenal Tak Mudah Marah

Sosok Dimas Aditya Korban Kecelakaan Bus Ciater Dikenal Tak Mudah Marah

Megapolitan
Dua Truk TNI Disebut Menerobos CFD Jakarta, Ini Klarifikasi Kapendam Jaya

Dua Truk TNI Disebut Menerobos CFD Jakarta, Ini Klarifikasi Kapendam Jaya

Megapolitan
Diiringi Isak Tangis, 6 Korban Kecelakaan Bus Ciater Dimakamkan di TPU Parung Bingung

Diiringi Isak Tangis, 6 Korban Kecelakaan Bus Ciater Dimakamkan di TPU Parung Bingung

Megapolitan
Titik Terang Kasus Mayat Terbungkus Sarung di Pamulang: Terduga Pelaku Ditangkap, Identitas Korban Diketahui

Titik Terang Kasus Mayat Terbungkus Sarung di Pamulang: Terduga Pelaku Ditangkap, Identitas Korban Diketahui

Megapolitan
3 Pelajar SMK Lingga Kencana Korban Kecelakaan Bus Dishalatkan di Musala Al Kautsar Depok

3 Pelajar SMK Lingga Kencana Korban Kecelakaan Bus Dishalatkan di Musala Al Kautsar Depok

Megapolitan
Isak Tangis Iringi Kedatangan 3 Jenazah Korban Kecelakaan Bus Ciater: Enggak Nyangka, Pulang-pulang Meninggal...

Isak Tangis Iringi Kedatangan 3 Jenazah Korban Kecelakaan Bus Ciater: Enggak Nyangka, Pulang-pulang Meninggal...

Megapolitan
Terduga Pembunuh Pria Dalam Sarung di Pamulang Ditangkap

Terduga Pembunuh Pria Dalam Sarung di Pamulang Ditangkap

Megapolitan
Pemprov DKI Lepas Ratusan Jemaah Haji Kloter Pertama Asal Jakarta

Pemprov DKI Lepas Ratusan Jemaah Haji Kloter Pertama Asal Jakarta

Megapolitan
Pesan Terakhir Guru SMK Lingga Kencana Korban Kecelakaan Bus di Ciater Subang

Pesan Terakhir Guru SMK Lingga Kencana Korban Kecelakaan Bus di Ciater Subang

Megapolitan
Gratis Untuk Anak Pejuang Kanker, Begini Syarat Menginap di 'Rumah Anyo'

Gratis Untuk Anak Pejuang Kanker, Begini Syarat Menginap di 'Rumah Anyo'

Megapolitan
Gelar 'Napak Reformasi', Komnas Perempuan Ajak Masyarakat Mengingat Tragedi 12 Mei 1998

Gelar "Napak Reformasi", Komnas Perempuan Ajak Masyarakat Mengingat Tragedi 12 Mei 1998

Megapolitan
Jatuh Bangun Pinta Mendirikan 'Rumah Anyo' Demi Selamatkan Para Anak Pejuang Kanker

Jatuh Bangun Pinta Mendirikan 'Rumah Anyo' Demi Selamatkan Para Anak Pejuang Kanker

Megapolitan
Saat Epy Kusnandar Ditangkap karena Narkoba, Diam Seribu Bahasa

Saat Epy Kusnandar Ditangkap karena Narkoba, Diam Seribu Bahasa

Megapolitan
Misteri Mayat Pria Terbungkus Sarung di Pamulang, Diduga Dibunuh Lalu Dibuang

Misteri Mayat Pria Terbungkus Sarung di Pamulang, Diduga Dibunuh Lalu Dibuang

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com