JAKARTA, KOMPAS.com - DKI Jakarta dikenal sebagai kota serba ada. Kota yang sudah ada sejak zaman penjajahan Belanda ini baru saja merayakan hari jadinya yang ke-496 tahun.
Seiring bertambahnya usia Jakarta, jumlah penduduknya juga terus meningkat. Banyak warga daerah yang berbondong-bondong datang ke ibu kota untuk mencari peruntungan.
Meski demikian, bukan berarti Jakarta tidak punya sisi negatif.
Satria (26) mengimbau agar orang-orang selalu berhati-hati dan tidak menutup mata pada pengalaman buruk yang bisa ditawarkan oleh Jakarta.
Sebagai seseorang yang lahir dan besar di Cakung, Jakarta Timur, ia sudah merasakan manis dan pahitnya tinggal di Ibu Kota.
"Pengalaman buruk saya sebagai warga yang lahir dan tinggal di Jakarta itu pernah kelempar batu oleh anak-anak yang lagi tawuran," ungkap dia di RPTRA Komarudin, Pulogebang, Cakung, Jakarta Timur, Selasa (27/6/2023).
Baca juga: Jalan Tengah Mengolah Sampah Ibu Kota Menjadi Bahan Bakar Alternatif...
Hal ini terjadi pada tahun 2013.
Kala itu, Satria sedang mengendarai motor dari rumahnya menuju Tebet, Jakarta Selatan, untuk bersekolah.
Kebetulan, ia sedang melintas di Jalan Raden Inten, Kecamatan Duren Sawit, Jakarta Timur. Tiba-tiba, jalanan ramai oleh para pelajar yang sedang tawuran.
Bukannya memutar atau menghentikan kendaraan, Satria tetap melaju seperti biasa karena takut telat.
Ia pun menjadi korban salah sasaran oleh anak-anak yang sedang melemparkan bebatuan.
"Daripada telat sekolah, jalan saja. Kalau nunggu tawuran selesai, bakal lama. Pas jalan, saya kelempar batu. Untung waktu itu pakai helm," ucap Satria.
Baca juga: Pemprov DKI Diminta Tegas Tertibkan Terminal, Jangan Hangat-hangat Tahi Ayam
Pengalaman pahit lainnya sebagai seseorang yang besar di Jakarta adalah menjadi korban kecelakaan tunggal.
Masih pada tahun yang sama, Satria sedang melintas di dekat Grand Cakung, Jakarta Timur.
Pada saat itu, jalanan yang dilalui dalam keadaan rusak dan licin karena berpasir.
Satria tidak mengetahui bahwa lajur tempat kendaraannya melintas memiliki lubang. Roda motor pun masuk dan melewati lubang itu.
"Sebenarnya setelah ngelewatin lubang, motor bisa stabil. Cuma jadi kepleset karena jalanannya licin ada pasir. Karena motor enggak seimbang, jadinya saya jatuh," tutur dia.
"Belakangan sih jalanannya sudah bagus, enggak ada lubang-lubang. Cuma jalanan itu memang rawan berlubang, yang lewat soalnya rata-rata kendaraan bermuatan banyak," sambung Satria.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.