JAKARTA, KOMPAS.com - Warga RT 017/RW 04 Kelurahan Kapuk Muara mengungkapkan bahwa lingkungannya kerap didatangi bakal calon legislatif (bacaleg).
Hal tersebut terjadi bukan hanya sekali. Warga bernama Ninu (52) dan anaknya, Ana (32), berujar, setidaknya sudah ada tiga bakal calon legislatif yang datang ke wilayah ini.
“Sudah ada tiga atau empat,” ungkap Ninu saat ditemui di rumahnya, RT 017/RW 04, Kapuk Muara, Penjaringan, Jakarta Utara, Rabu (28/6/2023).
Baca juga: Tinggal di Rumah Panggung yang Kolongnya Dipenuhi Sampah, Warga Kapuk Muara: Dulunya Rawa-rawa
Kendati demikian, Ninu dan Ana kali ini tidak pernah meladeni mereka.
Keduanya sudah lelah dengan janji manis yang ditawarkan bacaleg untuk membenahi wilayah yang dikenal dengan sebutan Rawa Indah ini.
“Ada sih, tapi enggak saya ladeni. Dia kasih sembako, tapikan tukeran, KTP. Kumpulin itu fotokopi KTP. Makanya saya kalau sama warga sini, ‘Kalau bukan saya yang mintain, jangan ya’, pada nurut,” ucap Ninu sambil tertawa.
“Makanya sekarang kalau ada caleg masuk, malas ah. Sudah berapa ada yang mau masuk, tapi enggak deh,” imbuh dia.
Baca juga: Mirisnya Kondisi Rumah Panggung di Kapuk Muara, Kolongnya Penuh Sampah dan Tanaman Liar
Salah satu contoh yang diceritakan Ninu adalah janji caleg membenahi jalan di dekat rumahnya yang becek ketika hujan.
Namun, janji itu hanya isapan jempol. Jalan di dekat rumah Ninu tidak kunjung dibenahi meski yang berjanji sudah terpilih menjadi anggota legislatif.
“Katanya, jalan situ kan kalau hujan becek ya, di lapangan depan. Katanya mau diuruk, mau dibaguskan, biar enggak becek. Tapi nyatanya enggak. Itukan becek banget kalau hujan,” kata Ninu.
Berdasarkan pantauan Kompas.com, tempat tinggal warga sekitar yang dulunya rawa-rawa didominasi dengan rumah panggung.
Penyangga rumah setinggi dua meter menggunakan rangka beton, tetapi tidak sedikit juga masih berupa kayu.
Baca juga: Antara Pasrah dan Terbiasa, Belasan Tahun Warga Kapuk Muara Hidup di Atas Sampah
Rumah panggung warga ini didirikan tidak permanen. Pasalnya, masih ada yang menggunakan triplek atau kayu untuk fondasi.
Pemandangan tidak enak pun terlihat jelas di daerah sini. Sampah-sampah di bawah kolong rumah panggung berserakan.
Sampah ini meliputi plastik, botol, styrofoam, sayur, sisa makanan, hingga kardus. Sementara itu, banyak juga tanaman liar yang tumbuh di antara tumpukan sampah.
Di salah satu sudut perkampungan ini juga terdapat kandang ayam, tepatnya di atas sampah berserakan tersebut.
Warga sekitar sudah terbisa hidup berdampingan dengan sampah selama belasan tahun. Mereka menjalani kehidupan seperti orang pada umumnya dengan memasak ataupun momong anak di sana.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.