JAKARTA, KOMPAS.com - Pengamat tata kota dari Universitas Trisakti, Nirwono Yoga menilai, pemerintah kota tak boleh abai atas kondisi rumah sepasang lansia di Bekasi yang "terkurung" tembok hotel selama tiga tahun terakhir.
Seperti diketahui, kondisi rumah Ngadenin (63) dan istrinya, Nur (56), sungguh memprihatinkan usai akses jalan keluar-masuk rumahnya ditutup tembok hotel.
Rumah Ngadenin dan Nur yang kini sudah tak dihuni lagi berada di Jalan Raya Jatiwaringin, RT 03 RW 04, Kecamatan Pondok Gede, Kota Bekasi.
Menurut Nirwono, pemkot diwakili lurah atau camat dapat memfasilitasi pertemuan antarpihak yang bersengketa untuk menyelesaikan persoalan tersebut.
"Membantu memberi dukungan fasilitas jika dibutuhkan, misalnya pembangunan akses jalan, menyelesaikan sengketa lahan antarwarga," ucap Nirwono kepada Kompas.com, Senin (10/7/2023).
Dalam hal ini, kata Nirwono, penting juga bagi pemkot untuk mendorong pengurus RT/RW agar menjalin komunikasi yang baik dengan warganya.
"Menjadi penjembatan atau fasilitator jika ada warga yang bersengketa atau berselisih, membuat kegiatan bersama warga untuk mempererat tali silaturahmi agar warga guyub dan rukun," ucap Nirwono.
Baca juga: Ngadenin Sakit Hati Dengar Jawaban Pihak Hotel yang Kurung Rumahnya
Seperti diketahui, tertutupnya akses jalan rumah dengan tembok itu membuat Ngadenin tak ada pilihan lain, kecuali melewati selokan berlumpur.
Setelah melewati selokan, Ngadenin masih harus melewati jendela rumah tetangganya, Peni, lalu keluar pintu kemudian menuju rumahnya.
Ngadenin membeli rumah yang kini aksesnya telah ditutup. Saat awal membeli dan tinggal selama 10 tahun, akses jalan masih tersedia.
Kemudian, para pemilik lahan di sekitar rumahnya menjual ke pihak hotel. Termasuk juga tanah wakaf yang dijual.
"Saya beli di sini awalnya ada jalan, katanya sudah diwakafkan, tapi akhirnya dijual semua ke hotel sama jalannya saya enggak tahu," ucap dia.
Penutupan akses terjadi selama tiga tahun. Pihak hotel menutup jalan tanpa memberitahu Ngadenin dan keluarganya.
Selain Ngadenin, terdapat dua orang tetangganya yang bernasib serupa. Namun satu di antaranya telah menjual ke pihak hotel.
Kini, hanya tersisa rumah Ngadenin dan Peni. Ngadenin tidak lagi menempati rumahnya lantaran kondisinya sudah tidak layak huni. Begitu juga dengan Peni.
"Tadinya ada tiga rumah, tapi sekarang hanya sisa dua, rumah saya dan Bu Peni. Rumah Pak Marno sudah dijual," kata Ngadenin.
(Penulis : Firda Janati | Editor : Jessi Carina)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.