Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Heroik Afriyanto, Bantu Padamkan Kebakaran di Tambora, tetapi Berakhir Tragis

Kompas.com - 11/07/2023, 07:21 WIB
Zintan Prihatini,
Jessi Carina

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Tak ada yang menyangka, aksi heroik Afriyanto membantu memadamkan kebakaran di Gang Lontar, Kelurahan Duri Utara, Kecamatan Tambora, Jakarta Barat, pada Sabtu (8/7/2023) berakhir tragis.

Pria 30 tahun itu meninggal dunia karena sesak napas saat berjibaku menjinakkan si jago merah.

Detik-detik berpulangnya Afriyanto diungkapkan sang ibunda, Maemanah (63), yang selamat dalam insiden tersebut.

Maemanah mengatakan, anaknya itu berupaya untuk memadamkan api yang berkobar di belakang rumah mereka.

Baca juga: Anak Semata Wayangnya Tewas dalam Kebakaran di Tambora, Maemanah: Saya Sangat Terpukul...

"Ini (korban) menolong yang di belakang. Ibu sudah (mengungsi) di sekolahan kan singgahnya. Dalam hati saya kok enggak enak banget perasaan namanya anak kan," kata Maemanah saat ditemui Kompas.com di kediamannya, Senin (10/7/2023).

Air mata Maemanah seketika berlinang, selama ia menceritakan kondisi sang putra saat peristiwa nahas tersebut terjadi. Nada suaranya ikut bergetar saat mengingat peristiwa yang merenggut nyawa putra semata wayangnya itu.

"Menurut teman-temannya sempat jatuh, tetapi dia bangun lagi. Terus dia sempat ngoceh-ngoceh karena pemadam terlambat datangnya," ungkapnya.

Sesak napas lalu pingsan

Kala itu Maemanah mendengar Afriyanto pingsan di lokasi kejadian sekitar pukul 22.00 WIB. Korban kemudian dibawa ke posko pengungsian di Kompleks SDN Duri Utara 1-6. Ketika bertemu dengan ibundanya, Afriyanto meminta agar tak mencemaskannya.

Baca juga: Dengan Suara Bergetar, Maemanah Ceritakan Saat Sang Anak Tewas dalam Kebakaran di Tambora

"Belakang tubuhnya pada luka karena kena reruntuhan itu. Dia langsung (mengatakan), 'Mama sudah enggak usah ke mana-mana, di sekolahan saja. Afri enggak apa-apa di sini'," tutur Maemanah menirukan perkataan sang anak.

Tak lama, Afriyanto pun memuntahkan cairan berwarna hitam. Pria yang sehari-hari bekerja sebagai tukang ojek itu kemudian dibawa ke Puskesmas Tambora.

Maemanah menyampaikan bahwa anaknya sempat mengamuk saat akan dirawat di puskesmas.

"Sempat dia ngamuk enggak mau, kayak orang udah pasrah kata suster-suster di situ. Kayaknya anaknya sudah pasrah, dirawat enggak mau," jelas dia.

Menurut Maemanah, anaknya itu tewas akibat sesak napas karena diduga terlalu banyak menghirup gas karbondioksida dari asap kebakaran.

Baca juga: Dengan Suara Bergetar, Maemanah Ceritakan Saat Sang Anak Tewas dalam Kebakaran di Tambora

Komunikasi terakhir dengan anak semata wayang

Maemanah menyebut, permintaan Afriyanto agar dia tak perlu khawatir merupakan komunikasi terakhirnya. Kepada tetangganya, Afriyanto pun sempat menitipkan ibunya.

"Memang dia bilang, 'Mama gue mana, mama gue tolongin, tolongin mama gue ya', dia sempat ingat ke saya," ujar Maemanah.

Kini, percakapan terakhir itu menjadi memori terakhir dia bersama sang anak. Maemanah mengaku merasa terpukul setelah anak satu-satunya itu berpulang.

"Saya sangat terpukul. Saya enggak bisa tidur. Saya cuma hidup berdua doang (dengan Afriyanto), ya pokoknya enggak bisa bayanginnya," tutur dia.

Baca juga: Api Luluh Lantakkan Rumahnya, Korban Kebakaran Tambora: Panik, Ada Orangtua di Dalam

Kebakaran hanguskan puluhan rumah

Sementara itu, Kapolsek Tambora Kompol Putra Pratama menyebutkan ada 94 hunian milik warga yang hangus dilalap api.

Sebanyak 152 kepala keluarga dengan 537 jiwa terdampak insiden yang terjadi sekitar pukul 18.00 WIB itu. Kebakaran ini diduga akibat korsleting.

Putra menerangkan, kebakaran menyebabkan satu orang tewas yakni Afriyanto. Afriyanto disebut menghembuskan napas terakhirnya saat dibawa ke puskesmas.

"Korban saat itu mengalami sesak napas (saat kebakaran terjadi). Dia lantas dilarikan ke Puskesmas Tambora untuk mendapat pertolongan, tetapi nyawanya sudah tak tertolong dalam perjalanan," kata Putra saat dikonfirmasi, Minggu (9/7/2023).

Selain korban tewas, lanjut dia, ada dua korban yang mengalami luka-luka yakni Adit (24), petugas PPSU Kelurahan Pasar Baru yang mengalami luka bakar di bagian telapak kaki.

Baca juga: BERITA FOTO: Lara Warga Tambora Setelah Kebakaran Dahsyat Hanguskan Rumahnya

 

Korban berikutnya yakni Ketua RT 002 bernama Abi Sudrajat. Abi menderita luka sobek akibat pecahan kaca.

"Hampir empat jam proses pemadaman oleh 26 unit mobil pemadam kebakaran dan 150 personel Damkar," jelas Putra.

Sejauh ini, sebanyak 267 warga terdampak mengungsi di posko Kompleks SDN Duri Utara 1-6.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Dua Truk TNI Disebut Menerobos CFD Jakarta, Ini Klarifikasi Kapendam Jaya

Dua Truk TNI Disebut Menerobos CFD Jakarta, Ini Klarifikasi Kapendam Jaya

Megapolitan
Diiringi Isak Tangis, 6 Korban Kecelakaan Bus Ciater Dimakamkan di TPU Parung Bingung

Diiringi Isak Tangis, 6 Korban Kecelakaan Bus Ciater Dimakamkan di TPU Parung Bingung

Megapolitan
Titik Terang Kasus Mayat Terbungkus Sarung di Pamulang: Terduga Pelaku Ditangkap, Identitas Korban Diketahui

Titik Terang Kasus Mayat Terbungkus Sarung di Pamulang: Terduga Pelaku Ditangkap, Identitas Korban Diketahui

Megapolitan
3 Pelajar SMK Lingga Kencana Korban Kecelakaan Bus Dishalatkan di Musala Al Kautsar Depok

3 Pelajar SMK Lingga Kencana Korban Kecelakaan Bus Dishalatkan di Musala Al Kautsar Depok

Megapolitan
Isak Tangis Iringi Kedatangan 3 Jenazah Korban Kecelakaan Bus Ciater: Enggak Nyangka, Pulang-pulang Meninggal...

Isak Tangis Iringi Kedatangan 3 Jenazah Korban Kecelakaan Bus Ciater: Enggak Nyangka, Pulang-pulang Meninggal...

Megapolitan
Terduga Pembunuh Pria Dalam Sarung di Pamulang Ditangkap

Terduga Pembunuh Pria Dalam Sarung di Pamulang Ditangkap

Megapolitan
Pemprov DKI Lepas Ratusan Jemaah Haji Kloter Pertama Asal Jakarta

Pemprov DKI Lepas Ratusan Jemaah Haji Kloter Pertama Asal Jakarta

Megapolitan
Pesan Terakhir Guru SMK Lingga Kencana Korban Kecelakaan Bus di Ciater Subang

Pesan Terakhir Guru SMK Lingga Kencana Korban Kecelakaan Bus di Ciater Subang

Megapolitan
Gratis Untuk Anak Pejuang Kanker, Begini Syarat Menginap di 'Rumah Anyo'

Gratis Untuk Anak Pejuang Kanker, Begini Syarat Menginap di 'Rumah Anyo'

Megapolitan
Gelar 'Napak Reformasi', Komnas Perempuan Ajak Masyarakat Mengingat Tragedi 12 Mei 1998

Gelar "Napak Reformasi", Komnas Perempuan Ajak Masyarakat Mengingat Tragedi 12 Mei 1998

Megapolitan
Jatuh Bangun Pinta Mendirikan 'Rumah Anyo' Demi Selamatkan Para Anak Pejuang Kanker

Jatuh Bangun Pinta Mendirikan 'Rumah Anyo' Demi Selamatkan Para Anak Pejuang Kanker

Megapolitan
Saat Epy Kusnandar Ditangkap karena Narkoba, Diam Seribu Bahasa

Saat Epy Kusnandar Ditangkap karena Narkoba, Diam Seribu Bahasa

Megapolitan
Misteri Mayat Pria Terbungkus Sarung di Pamulang, Diduga Dibunuh Lalu Dibuang

Misteri Mayat Pria Terbungkus Sarung di Pamulang, Diduga Dibunuh Lalu Dibuang

Megapolitan
Pelajar SMK Lingga yang Selamat dari Kecelakaan Tiba di Depok, Disambut Tangis Orangtua

Pelajar SMK Lingga yang Selamat dari Kecelakaan Tiba di Depok, Disambut Tangis Orangtua

Megapolitan
Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Minggu 12 Mei 2024, dan Besok : Tengah Malam ini Cerah Berawan

Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Minggu 12 Mei 2024, dan Besok : Tengah Malam ini Cerah Berawan

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com