JAKARTA, KOMPAS.com - Sony (38), bukan nama sebenarnya, sudah menjadi karyawan sebuah kios di Terminal Pulogadung sejak 2001.
Ia mengungkapkan, isu soal penertiban deretan kios yang berada di atas saluran air itu, termasuk tempatnya bekerja, mulai muncul sejak 2017.
"Bantu dagang di kios ini sudah dari 2001. Selama yang saya tahu, mulai ada isu penertiban pas bus AKAP pindah ke Terminal Pulogebang," ujar dia di Terminal Pulogadung, Jakarta Timur, Rabu (12/7/2023).
Adapun penataan ulang akan dilakukan untuk menghilangkan kesan kumuh pada terminal. Penataan akan dimulai dengan menggusur sekitar 50 kios yang berdiri di atas saluran air.
Baca juga: Pegawai Kios di Terminal Pulogadung Tak Masalah Digusur, asal Direlokasi
Sebab, sebagian besar penghuni sudah mengubah kios dari tempat berjualan menjadi kantor organisasi masyarakat (ormas) dan tempat tinggal.
Saat itu, kabar penertiban baru sekadar omongan dari mulut ke mulut tanpa adanya surat pemberitahuan.
Lambat laun, kabar penertiban dan penataan ulang terminal tidak terdengar lagi karena tidak ada aksi apa pun.
Pada 2021, kabar kembali mencuat karena surat pemberitahuan soal penertiban dilayangkan kepada para penghuni kios.
"Tahun 2021 sudah ada surat peringatan soal penertiban dua kali. Tahun 2022 cuma omongan saja, tahun 2023 ada dua surat di bulan Juni," terang Sony.
Baca juga: Penataan Terminal Pulogadung Tertunda Bertahun-tahun Karena Kalah dengan PKL
"Isi suratnya suruh ngosongin (kios). Waktu itu yang kasih suratnya Dishub yang datang, orang-orang terminal sini," sambung dia.
Namun, hingga kini Sony masih belum mengangkut barang-barang dagangannya. Kiosnya pun masih ramai pembeli.
Sebab, ia belum mendapat arahan lebih lanjut dari bosnya. Di samping itu, tidak ada orang-orang terminal yang memburu-buruinya.
Sony menegaskan, meski barang dagangannya masih berada di warung, bukan berarti ia nekat bertahan saat penggusuran terjadi.
Ia akan merapikannya setelah mendapat arahan dari bosnya, atau saat eksekusi hendak berlangsung.
Baca juga: Kepala Terminal Pulogadung Akui Banyak Copet Berkeliaran, tapi Kini Sudah Berkurang
Sony mengatakan, ia pribadi tidak masalah dengan penggusuran yang akan terjadi pada kiosnya.
Hanya saja, ia meminta agar ia direlokasi lantaran tidak pernah menyalahi aturan.
"Pinginnya kalau ditertibkan, ya ditempatkan (direlokasi), tapi di sekitar terminalnya juga tempatnya," ucap Sony.
"Saya pribadi mau saja digusur, asal dapat ganti. Masa enggak dikasih? Memanusiakan manusia saja," imbuh dia.
Sebab, kios yang ditempati Sony sampai saat ini hanya berfungsi sebagai tempat berjualan. Kios itu tidak dialihfungsikan menjadi tempat tinggal.
"Inginnya dimanusiakan karena sudah mengikuti aturan (tidak alih fungsi kios). Jangan seenaknya (menggusur) padahal sudah mengikuti aturan," kata dia.
Sony tidak menampik, kios milik bosnya memang berdiri di atas saluran air dan berada di lahan pemerintah.
Namun, jika kios itu harus digusur, ia meminta direlokasi karena tidak pernah mengubah fungsi kios.
"Kalau direlokasi, penginnya dapat tempat yang sama kayak kios sekarang, ukurannya 4 x 4 meter persegi," kata dia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.