JAKARTA, KOMPAS.com - Sejumlah mal di Jakarta bak mati suri. Banyak gerai tutup permanen. Pengunjung pun sepi.
Ratu Plaza, Mal Blok M, dan Plaza Semanggi ialah tiga di antara sekian mal yang nyaris kosong melompong. Pusat perbelanjaan yang berjaya di awal 2000-an itu kehilangan daya tariknya.
Mal Blok M, Jakarta Selatan, misalnya. Pernah menjadi pusat mode pada masanya, kini di Mal Blok M hanya tersisa empat gerai yang masih buka. Sementara itu, penyewa gerai lain sudah angkat kaki sejak 3-4 tahun silam.
Pantauan Kompas.com beberapa waktu lalu, nyaris tidak ada aktivitas jual beli di Mal Blok M. Yang tampak hanyalah kios-kios kosong yang tertutup rapat, meski beberapa di antaranya masih memiliki plang nama. Pengunjung pun bisa dihitung jari.
Baca juga: 2 Gerai Lawas Masih Bertahan di Mal Blok M, Lalui Masa Sulit sejak Sebelum Pandemi
Beberapa orang yang datang dan melewati deretan kios di Mal Blok M merupakan pengguna transjakarta dan Mikrotrans. Sebab, pengguna transjakarta dan Mikrotrans naik-turun di Halte Blok M pasti melewati kios di Mal Blok M.
Kondisi serupa juga tampak di Plaza Semanggi, Jakarta Selatan. Meski mal berlokasi di area segitiga emas pusat perkantoran Thamrin-Sudirman-Gatot Subroto, pengunjung bisa dihitung jari. Gerai pun sudah banyak yang tutup permanen.
Pantauan Kompas.com, Rabu (26/7/2023), lantai dua Plaza Semanggi yang dulu menjadi pusat penjualan ponsel dan alat komunikasi, kini hanya diisi sekitar empat gerai elektronik.
Sisanya, toko-toko lain sudah tutup permanen. Di beberapa toko tampak tempelan kertas putih bertuliskan "dijual/disewakan", lengkap dengan nomor pemiliknya.
Baca juga: Plaza Semanggi Kian Sepi, Pengunjung: Perlu Upgrade Sih biar Malam-malam Enggak Seram...
Namun, pemandangan ini tak terjadi di semua mal di Ibu Kota.
Di Plaza Blok M, yang tak jauh dari Mal Blok M, banyak orang berlalu lalang di setiap lantai mal.
Setelah dihantam pandemi Covid-19, Plaza Blok M berhasil bertransformasi. Banyak tenant berjualan berbagai produk di sana, mulai dari fesyen, makanan, minuman, dan lainnya.
Dengan konsep kawasan berorientasi transit (transit oriented development/TOD), Plaza Blok M terhubung langsung dengan Stasiun MRT Blok M BCA.
Akses itu membuat masyarakat tertarik untuk singgah di Blok M Plaza, baik sekadar menikmati kuliner maupun menonton film.
Berdasarkan berita Kompas.com, pada Sabtu (22/7/2023) malam, pengunjung Blok M Plaza sangat ramai. Pengunjung berdatangan untuk menikmati kuliner, berbelanja, menikmati wahana bermain, dan menonfon film di bioskop.
Baca juga: Kala Mal Blok M Plaza Bangkit dari Mati Suri, Usai Terkoneksi MRT...
Kondisi Plaza Blok M saat ini sesuai dengan keterangan Ketua Asosiasi Pengelola Pusat Belanja Indonesia (APPBI) DKI Jakarta Mualim Wijoyo.
Mualim berujar, banyak mal yang kembali bangkit setelah dihantam badai pandemi. Namun, ia mengakui, sejumlah mal memang terpuruk.
"Mal sepi ini hanya 1-2 saja. Kalau berbicara mal secara keseluruhan, sebetulnya kondisi saat ini pengunjung atau pedagang sudah mulai membaik ya, menuju normal, karena kemarin kan ada pandemi," ujar Mualim kepada Kompas.com, Kamis (27/7/2023).
"Kalau pedagangnya sudah sekitar 80 persen, pengunjungnya sudah sekitar 90 persen, pemulihan dari masa sebelum pandemi," imbuh dia.
Lalu, apa yang terjadi pada mal-mal yang mati suri?
Mualim berpendapat, boleh jadi kondisi ini hanya sementara. Pengelola mal kemungkinan akan mengubah konsep atau fungsi bisnisnya. Hal ini setidaknya terjadi di Plaza Semanggi.
"Mungkin mau diganti jadi hotel, banyak kemungkinan. Barangkali ada perubahan konsep atau perubahan peruntukan. Seperti Plaza Semanggi ya, setahu saya, saya mendapat konfirmasi kalau dia sedang melakukan beberapa perbaikan dan mengubah konsep," jelas Mualim.
Baca juga: Sejumlah Mal di Jakarta Mati Suri, Asosiasi: Harus Berinovasi, Kini Bukan Cuma Tempat Belanja
Kemungkinan lainnya, kata Mualim, bisa juga karena ada masalah perjanjian antara manajemen mal dan pihak ketiga yang belum selesai.
"Ada kemungkinan juga dia sedang menyelesaikan hubungan hukumnya dengan pihak ketiga. Mungkin karena ada perjanjian dan lain sebagainya yang harus diselesaikan," kata dia.
Menurut Mualim, agar mal-mal yang mati suri kembali ramai, manajemen harus mencari inovasi. Terlebih, persaingan saat ini makin ketat mengingat saat ini banyak pusat keramaian.
"Kalau berbicara persaingan satu dengan yang lain kan dagangannya beda-beda, jadi sekarang itu adu konsep sih, kemudian adu gagasan. Kalau mal itu melakukan suatu perbaikan, melakukan inovasi, tentunya sangat menarik," kata dia.
Mualim menuturkan, fungsi mal saat ini tak lagi sebatas pusat perbelanjaan, melainkan telah bergeser menjadi tempat pertemuan dan sosialisasi.
Karena itu, manajemen mal harus memenuhi kebutuhan sosial pengunjung agar kembali menjadi tempat tujuan banyak orang.
"Saya tekankan bahwa mal saat ini bukan hanya sebagai tempat berbelanja, tapi juga sarana wisata, juga destinasi sosial," tutur Mualim.
Baca juga: Banyak Mal di Jakarta Sepi, Ini Sebabnya Menurut Asosiasi Pengusaha Mal
Bagi masyarakat dari luar Jakarta, mal menjadi destinasi wisata untuk mendapat pengalaman baru di perkotaan. Manajemen mal pun dituntut memenuhi kebutuhan tersebut.
"Bagi teman-teman daerah, mal itu juga sebagai tujuan wisata, bisa wisata belanja, hangout, experience. Apalagi sekarang banyak di medsos restoran menarik. Jadi orang yang datang ke Jakarta ingin mendapat experience itu," papar dia.
Untuk memenuhi kebutuhan pasar, Mualim berujar, manajemen mal bisa menerapkan konsep kekinian, tetapi tidak terbatas pada desain mal yang "Instagramable" saja.
Manajemen mal juga harus memiliki gerai yang bervariasi.
"Bukan hanya desain, tapi variasi makanan juga harus disesuaikan, apakah western, oriental, lokal. Misal juga walau makanan tempo dulu bisa dikemas dengan baik di resto. Jadi, di samping makanan enak, tempatnya juga nyaman," ujar Mualim.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.