DEPOK, KOMPAS.com - Komunitas Nol Sampah menyoroti rencana pembangunan tempat pengolahan sampah terpadu (TPST) di Kota Depok, Jawa Barat.
Nol Sampah menilai rencana itu lebih banyak dampak negatifnya.
Menurut komunitas itu, Depok tak memerlukan teknologi mahal untuk mengatasi persoalan sampah.
Depok melalui warganya, hanya memerlukan komitmen untuk memilah sampah.
Komunitas Nol Sampah menilai rencana pembangunan TPST di Kota Depok lebih banyak dampak negatifnya.
Sebab, TPST di Kota Depok mengolah sampah menjadi refused-derived fuel (RDF), bahan bakar setara batu bara muda pada pabrik semen.
"Kalau (TPST di Depok mengolah sampah) untuk jadi RDF, negatif," ungkap pendiri Komunitas Nol Sampah Hermawan Some melalui sambungan telepon, Selasa (1/8/2023).
Menurut dia, untuk menghasilkan RDF, TPST di Depok justru menimbulkan masalah pencemaran yang baru bagi lingkungan di sekitar pabrik tersebut.
Baca juga: TPST Dinilai Bukan Solusi Tepat Atasi Masalah Sampah di Depok, Malah Timbulkan Pencemaran
Pencemaran ini bisa membuat masyarakat yang bermukim di sekitar TPST melayangkan protes.
Karena itu, ia menegaskan, rencana pembangunan TPST di Kota Depok bukanlah langkah tepat untuk mengatasi persoalan sampah di Kota Belimbing.
"Karena (menghasilkan) RDF, nanti ada pencemaran di lokasi pabrik (TPST), jadi masalah. Kan bisa jadi ada masyarakat sekitar protes," tutur Hermawan.
"Jadi, (pembangunan TPST) bukan solusi yang sangat tepat untuk menyelesaikan masalah sampah secara total di Depok," lanjut dia.
Kemudian, Hermawan meyakini TPST akan menghasilkan polusi udara serta air tanah.
"Polusi udara, pastinya. Polusi air tanah juga pasti ada," ujar dia.
Hermawan kemudian menjabarkan, pencemaran itu berasal dari proses pembakaran sampah menjadi RDF.