Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kemeriahan Tradisi Lomba Titian Bambu dan Perang Bantal di Kalimalang Setelah Enam Tahun Tak Digelar

Kompas.com - 18/08/2023, 08:59 WIB
Firda Janati,
Jessi Carina

Tim Redaksi

Dalam lomba tersebut, para peserta harus berjalan di atas bambu sampai tiba di ujung. Akan tetapi, hal itu tidak semudah yang dibayangkan.

Pasalnya, bambu itu sangat licin karena telah dilumuri oli oleh panitia. Selama hampir 1,5 jam lomba berjalan, belum ada satu peserta pun yang bisa meraih hadiah yang digantung di ujung titian bambu.

Sampai pada akhirnya, bocah bernama Sandi berhasil menaklukannya. Dengan tubuhnya yang mungil, Sandi berjalan perlahan sampai ke ujung.

Penonton yang semula duduk, langsung berdiri memberikan standing applause saat detik-detik Sandi mencapai puncak.

"Yeaaaay!" ujar para penonton kompak sambil mengangkat kedua tangan.

Baca juga: Sediakan Pelampung, Panitia Pastikan Lomba Titian Bambu di Aliran Kalimalang Aman

Perang bantal

Tak kalah dengan titian bambu, warga juga antusias menyaksikan lomba perang bantal di aliran Kalimalang.

Dalam lomba perang bantal, dua peserta duduk di atas bambu. Mereka akan saling memukul sampai satu di antaranya terjatuh.

Namun, jangankan memukul, menjaga keseimbangan tubuh saja sulit. Pasalnya, bambu itu dilumuri oli. Alhasil, belum sempat memukul lawannya, peserta sudah terjatuh.

Hal ini setidaknya terjadi saat bocah bernama Yaya dan Andi dipanggil panitia untuk naik ke atas bambu.

Lucunya, Andi yang baru duduk di atas bambu, tiba-tiba terjatuh. Sontak hal itu memicu gelak tawa penonton yang memadati area pinggiran Kalimalang.

"Yah, yah, baru mulai sudah jatuh saja," kata seorang ibu yang menonton.

Tak mau pantang penyerah, Andi yang diberi kesempatan kedua, bangkit kembali dan naik ke atas bambu. Namun, lagi-lagi dia gagal karena terkena pukulan Yaya.

Jadi tontonan warga dan pengendara

Setidaknya sejak pukul 13.00 WIB, warga sudah memadati sekitaran aliran Kalimalang. Membludaknya penonton membuat panitia memberikan imbauan.

"Anak-anak jangan terlalu melihat ke pinggir, nanti jatuh, enggak bisa berenang," ujar panitia menggunakan microphone.

Terlihat di ujung jembatan Kalimalang, pengendara motor berhenti di tepian untuk melihat perlombaan. Mereka tidak mengalihkan pandangan.

Pukul 17.00 WIB, acara perlombaan 17 Agustus Kampung Jagur telah selesai. Panitia mengucapkan terima kasih atas antusiasme peserta, warga, dan penonton.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Menyusuri Jalan yang Dilalui Para Korban Tragedi 12 Mei 1998...

Menyusuri Jalan yang Dilalui Para Korban Tragedi 12 Mei 1998...

Megapolitan
Sosok Dimas Aditya Korban Kecelakaan Bus Ciater Dikenal Tak Mudah Marah

Sosok Dimas Aditya Korban Kecelakaan Bus Ciater Dikenal Tak Mudah Marah

Megapolitan
Dua Truk TNI Disebut Menerobos CFD Jakarta, Ini Klarifikasi Kapendam Jaya

Dua Truk TNI Disebut Menerobos CFD Jakarta, Ini Klarifikasi Kapendam Jaya

Megapolitan
Diiringi Isak Tangis, 6 Korban Kecelakaan Bus Ciater Dimakamkan di TPU Parung Bingung

Diiringi Isak Tangis, 6 Korban Kecelakaan Bus Ciater Dimakamkan di TPU Parung Bingung

Megapolitan
Titik Terang Kasus Mayat Terbungkus Sarung di Pamulang: Terduga Pelaku Ditangkap, Identitas Korban Diketahui

Titik Terang Kasus Mayat Terbungkus Sarung di Pamulang: Terduga Pelaku Ditangkap, Identitas Korban Diketahui

Megapolitan
3 Pelajar SMK Lingga Kencana Korban Kecelakaan Bus Dishalatkan di Musala Al Kautsar Depok

3 Pelajar SMK Lingga Kencana Korban Kecelakaan Bus Dishalatkan di Musala Al Kautsar Depok

Megapolitan
Isak Tangis Iringi Kedatangan 3 Jenazah Korban Kecelakaan Bus Ciater: Enggak Nyangka, Pulang-pulang Meninggal...

Isak Tangis Iringi Kedatangan 3 Jenazah Korban Kecelakaan Bus Ciater: Enggak Nyangka, Pulang-pulang Meninggal...

Megapolitan
Terduga Pembunuh Pria Dalam Sarung di Pamulang Ditangkap

Terduga Pembunuh Pria Dalam Sarung di Pamulang Ditangkap

Megapolitan
Pemprov DKI Lepas Ratusan Jemaah Haji Kloter Pertama Asal Jakarta

Pemprov DKI Lepas Ratusan Jemaah Haji Kloter Pertama Asal Jakarta

Megapolitan
Pesan Terakhir Guru SMK Lingga Kencana Korban Kecelakaan Bus di Ciater Subang

Pesan Terakhir Guru SMK Lingga Kencana Korban Kecelakaan Bus di Ciater Subang

Megapolitan
Gratis Untuk Anak Pejuang Kanker, Begini Syarat Menginap di 'Rumah Anyo'

Gratis Untuk Anak Pejuang Kanker, Begini Syarat Menginap di 'Rumah Anyo'

Megapolitan
Gelar 'Napak Reformasi', Komnas Perempuan Ajak Masyarakat Mengingat Tragedi 12 Mei 1998

Gelar "Napak Reformasi", Komnas Perempuan Ajak Masyarakat Mengingat Tragedi 12 Mei 1998

Megapolitan
Jatuh Bangun Pinta Mendirikan 'Rumah Anyo' Demi Selamatkan Para Anak Pejuang Kanker

Jatuh Bangun Pinta Mendirikan 'Rumah Anyo' Demi Selamatkan Para Anak Pejuang Kanker

Megapolitan
Saat Epy Kusnandar Ditangkap karena Narkoba, Diam Seribu Bahasa

Saat Epy Kusnandar Ditangkap karena Narkoba, Diam Seribu Bahasa

Megapolitan
Misteri Mayat Pria Terbungkus Sarung di Pamulang, Diduga Dibunuh Lalu Dibuang

Misteri Mayat Pria Terbungkus Sarung di Pamulang, Diduga Dibunuh Lalu Dibuang

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com