JAKARTA, KOMPAS.com - Warga rumah susun sederhana sewa (rusunawa) Marunda Blok D3, Parsaoran Sihombing (51) mulanya menganggap gatal-gatal yang dirasakan sang anak, Ridcart Hosea (24), hingga kulitnya terluka merupakan hal yang biasa.
Saat itu, Parsaoran menganggap Ridcart alergi terhadap makanan yang dikonsumsi selama beberapa hari terakhir.
"Perkiraan kami itu luka-lukanya karena alergi makanan," ucap Parsaoran saat ditemui Kompas.com di Rusunawa Marunda Blok D3, RT 08/RW 12, Marunda, Cilincing, Jakarta Utara pade Jumat (18/8/2023).
Baca juga: Kondisi Warga Rusun Marunda yang Diduga Terpapar Debu Batu Bara, Kulit Berkoreng dan Kena ISPA
Kendati demikian, luka-luka yang berawal dari rasa gatal itu semakin banyak. Kemudian, Parsaoran membawa anaknya ke klinik terdekat untuk mendapatkan penanganan lebih lanjut.
Setelah memeriksa, dokter menyebut luka-luka tersebut disebabkan kutu kasur.
Namun, Parsaoran tidak percaya sepenuhnya. Ia menduga luka-luka pada kaki Ridcart disebabkan pencemaran debu batu bara di wilayah Rusunawa Marunda.
"Memang benar, kami belum bawa ke rumah sakit untuk mendeteksi apakah benar dari kutu kasur atau batu bara. Tapi, semenjak ada debu batu bara, gatal-gatal sudah terasa," kata Parsaoran.
Dia mengakui, setelah Dinas Lingkungan Hidup Provinsi DKI Jakarta mencabut izin PT Karya Citra Nusantara (KCN), debu batu sudah mulai menghilang.
Baca juga: Soal Debu Batu Bara, Warga Rusun Marunda: Munculnya Musiman, saat Musim Hujan
Namun, debu tersebut terkadang kembali muncul mengotori lantai Rusunawa Marunda, meski pun tidak separah sebelumnya.
"Kalau sekarang ini sudah mendingan. Tapi kami tetap mengantisipasi, karena debu-debu masih ada di lantai, karena suka masih kotor walau enggak sebanyak dulu," ungkap Parsaoran.
Bukan hanya Ridcart, warga Rusunawa Marunda Blok D3 Nadira Anjani (2) juga mengalami hal serupa.
Kaki mungil Nadira terlihat timbul luka-luka akibat gatal-gatal yang sudah dialaminya semenjak dua bulan terakhir ini.
"Ya ini kan anak kecil, kalau gatal dibilang jangan digaruk, dia enggak mengerti. Jadi, digaruk, habis itu pegang daerah kulit lain, jadinya begini," ucap Ibunda Nadira, Novi (29) saat ditemui Kompas.com pada Jumat.
Baca juga: Warga Rusun Marunda Kembali Teriak, Lingkungannya Tercemar Debu Batu Bara Berbulan-bulan
Sementara itu, Biro Media dan Informasi Forum Masyarakat Rusunawa Marunda (FMRM) Cecep Supriyadi (49) mengungkapkan, Rusunawa Marunda Blok D3 merupakan tempat yang paling tercemar debu batu bara.
Selain luka di kulit, warga Rusunawa Marunda juga ada yang mengalami penyakit infeksi saluran pernapasan akut (ISPA).
"Pemerintah seharusnya cek satu per satu perusahaan-perusahaan yang mengelilingi Rusunawa Marunda meskipun izin PT. KCN sudah dicabut. Ini buktinya warga menjadi korban," tegas Cecep saat ditemui Kompas.com, Jumat.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.