JAKARTA, KOMPAS.com - Pelaku penipuan bernuansa asmara “Tinder Swindler” versi Indonesia dicurigai ada lebih dari satu orang. Hal ini diungkapkan oleh salah satu korban berisial LN.
Saat itu, LN mulai mencurigai gelagat pelaku ketika uangnya mulai terkuras dalam bisnis jual beli daring fiktif. LN curiga karena tak pernah bisa mengambil uang dari keuntungan bisnisnya.
Setelah menelusuri jejak komunikasi dengan pelaku sejak awal perkenalan, LN menyadari ada suara yang berbeda selama mereka berkomunikasi lewat pesan suara atau voice note.
Baca juga: Cara Tinder Swindler Indonesia Jerat Korban: Bangun Kepercayaan Usai Selidiki Latar Belakang Target
"Suara yang dia kirim kepada saya pertama kali, yang pada Juni dengan suara yang dia kirim kepada saya sekarang itu berbeda," ucap LN kepada Kompas.com, pada pertengahan Juli 2023.
Tak hanya suara, gaya dan logat bicara pelaku lewat voice note itu yang juga berbeda membuat LN yakin pelaku lebih dari satu orang.
Seperti korban lainnya, LN tertipu website dagang palsu yang ternyata dibikin sendiri oleh komplotan pelaku. Dalam bisnis palsu itu, LN merugi sekitar US$8.040.
Tercatat, ada lebih dari 20 wanita Indonesia yang menjadi korban. Namun, hanya dua orang yang memutuskan melapor ke Polda Metro Jaya.
Baca juga: Penipu “Tinder Swindler Indonesia Tak Pernah Minta Foto Aneh-aneh, Korban: Saya Kira Cowok Baik...
Kasus ini sudah ditangani oleh Direktorat Kriminal Khusus Polda Metro Jaya. Laporan polisi teregister dengan nomor LP/B/4163/VII/2023/SPKT/POLDA METRO JAYA.
Namun, bagi para korban, peristiwa ini jauh lebih penting untuk diketahui oleh masyarakat Indonesia, terutama para wanita yang hendak membangun hubungan melalui dating apps agar tidak ada korban lagi di kemudian hari.
Berdasarkan keterangan para korban, pertemuan dengan pelaku seluruhnya melalui dating apps.
Pelaku berupaya meraih kepercayaan dari korban terlebih dahulu dengan berbagai cara. Setelah berhasil membangun kepercayaan, pelaku menyinggung bisnis jual beli daring yang disebutnya sebagai salah satu sumber kekayaannya selama ini.
Baca juga: Pengakuan Korban, Penipu Tinder Swindler Indonesia Selalu Menolak Diajak Video Call
Korban pertama-tama diminta membuat akun di website itu. Artinya, korban mendaftarkan diri menjadi merchant di sana.
Sekilas, mekanisme kerjanya seperti dropshipper di mana pemilik toko tidak mesti berurusan dengan barang dan pengemasan.
Pemilik toko hanya membeli item di daftar yang disediakan, lalu menjualnya kembali. Pelaku menjanjikan keuntungan 10 persen setiap barang laku terjual.
Tanpa disadari, modal yang digelontorkan sudah banyak, namun keuntungan itu tak pernah bisa diambil. Pada momen inilah biasanya para korban baru menyadari bahwa mereka telah tertipu.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.