"Enak sih pemandangannya lebih bagus karena dari atas. Yang kurang paling itu, sistemnya kan otomatis ya, pas ngerem masih (terasa) mendadak, tadi saya kebetulan duduk sih aman," kata Resa saat ditemui di Stasiun Jatimulya, Kabupaten Bekasi, Senin (28/8/2023).
Ketika mencoba berdiri, Resa merasakan pengereman kereta LRT masih terkesan mendadak dan kasar.
Baca juga: Pengereman LRT Jabodebek Masih Kasar, Kemenhub: Kita Coba Perhalus
Menurut Resa, masih ada hentakan yang membuat penumpang yang berdiri di dalam kereta harus berpegangan erat agar tidak terjatuh.
"Kalau berdiri pas ngerem lumayan kayak kedorong, mungkin sistemnya mesti diperbaiki lagi. Kurang smooth (halus)," tambah dia.
Selain pengereman, tidak ada catatan lain dari Resa.
Sementara itu, Mae (22) karyawan swasta di Jakarta Selatan mengaku hanya merasakan sedikit hentakan saat kereta mengerem.
"Kalau aku pribadi biasa saja, karena itu aku dapat duduk kan. Tapi pas aku coba berdiri di depan enggak ngerasa terlalu gimana-gimana sih, cuma sedikit terasa saja," kata Mae.
"Tapi yang pasti (pengereman) lebih baik dari KRL," tambah dia.
Keluhan warganet.
Di media sosial, warganet juga mengeluhkan pintu kereta yang terlalu pendek.
Pemilik akun twitter @gerbongbagasi yang menilai pintu kereta terlalu pendek bagi orang yang memilik postur tubuh 180 cm seperti dirinya.
"Mohon maaf ini pintu keretanya pendek & tidak ramah untuk orang setinggi 180 cm. Masuk-keluar kereta nunduk, pindah antar sambungan kereta nunduk, entah ngukur dimensinya pakai standar mana," tulis akun itu.
Sama seperti warga lain, ia juga mengeluhkan sistem pengereman yang masih kasar.
"Sistem driveless-nya seperti yang sudah dijelaskan orang-orang. Kereta sempat berhenti secara tiba-tiba, pengereman tidak mulus, serta posisi antar pintu PSD & kereta tidak presisi," katanya.
Baca juga: Usai Jajal LRT Jabodebek, Warga: Kondisinya Dipertahankan, Jangan karena Pemakaian Jadi Turun
Akun twitter @Lenny_diary mengeluhkan waktu berhenti di tiap stasiun yang masih terlalu lama.