Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Repot-repot Pasang Puluhan ‘Water Mist Generator’, Kualitas Udara di Jakarta Terburuk Lagi di Dunia

Kompas.com - 20/09/2023, 10:09 WIB
Ivany Atina Arbi

Editor

JAKARTA, KOMPAS.com - Langkah pemerintah untuk memasang puluhan water mist generator yang dipercaya dapat menanggulangi polusi di Ibu Kota belum membuahkan hasil.

Berdasarkan IQAir, indeks kualitas udara di Jakarta pada Rabu (20/9/2023) pagi ini sangat buruk, yakni 166, sehingga membuat Jakarta menempati ‘peringkat’ pertama dengan udara terburuk di dunia.

Tercatat dalam situs IQAir, konsentrasi polutan tertinggi dalam udara DKI Jakarta mencapai nilai 85,5, atau 17 kali lebih tinggi dari batas aman yang ditetapkan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).

Sebagai informasi, kota dengan tingkat kualitas udara terburuk kedua adalah Lahore, Pakistan, dengan indeks 163.

Lalu, kota dengan kualitas udara terburuk ketiga di dunia adalah Dubai, Uni Emirat Arab, dengan indeks 163.

Baca juga: Begini Cara Kerja Water Mist untuk Atasi Polusi Udara Jakarta

Water mist untuk tekan polusi

Untuk menangani polusi yang sudah menahun di Jakarta, Penjabat (Pj) Gubernur DKI Heru Budi Hartono mewajibkan gedung-gedung pencakar langit untuk mengoperasikan water mist generator.

Total, ada sekitar 300 gedung yang akan diwajibkan untuk memasang alat tersebut yang berfungsi menyemprotkan air dari ketinggian.

Heru Budi menilai, bulir-bulir air yang disemprotkan dari atas gedung tinggi itu bisa mengikat partikel yang menimbulkan polusi di udara.

Sejauh ini, sudah ada 30 water mist generator yang terpasang di 18 gedung tinggi di Ibu Kota. Jumlahnya akan terus bertambah.

Biaya pengadaan dan operasional water mist generator sepenuhnya dibebankan pada pemilik gedung.

Harga satu alat yang diciptakan oleh Badan Riset Inovasi Nasional (BRIN) itu mencapai Rp 50 juta.

Baca juga: Belasan Water Mist Terpasang di Apartemen Kalibata City, Semprotkan 3.000 Liter Air Per Hari

Manajer Kampanye Infrastruktur dan Tata Ruang Wahana Lingkungan Hidup (WALHI), Dwi Sawung sebelumnya mengatakan bahwa water mist generator tak efektif menangkal polusi udara yang sudah menahun.

Diperlukan langkah yang lebih besar untuk menyelesaikan masalah sampai ke akarnya, seperti pembatasan alat transportasi yang menghasilkan emisi, penghentian industri yang jelas mencemari udara, dan sebagainya.

“Saya menilai ini tidak efektif untuk polusi udara seburuk ini, karena hanya akan buang-buang air dan energi listrik. Dampaknya juga kecil terhadap kualitas udara, karena sumber masalah utama pencemarnya belum teratasi,” ujar Dwi, Rabu (13/9/2023) dilansir dari rri.co.id.

Dwi terus mengimbau masyarakat untuk menggunakan masker saat sedang beraktivitas di luar ruangan.

Pemasangan penyaring udara juga dinilai efektif untuk meningkatkan kualitas udara di dalam ruangan.

Selain itu, penanaman pohon di lingkungan sekitar juga penting untuk dilakukan demi menyerap polusi udara yang ada.

(Penulis: Muhammad Isa Bustomi/ Editor: Jessi Carina)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Prakiraan Cuaca Jakarta 9 Mei 2024 dan Besok: Tengah Malam ini Cerah Berawan

Prakiraan Cuaca Jakarta 9 Mei 2024 dan Besok: Tengah Malam ini Cerah Berawan

Megapolitan
[POPULER JABODETABEK] Cerita Eks Taruna STIP soal Lika-liku Perpeloncoan oleh Senior | Junior di STIP Disebut Wajib Panggil Senior dengan Sebutan “Nior”

[POPULER JABODETABEK] Cerita Eks Taruna STIP soal Lika-liku Perpeloncoan oleh Senior | Junior di STIP Disebut Wajib Panggil Senior dengan Sebutan “Nior”

Megapolitan
Rute Transjakarta 10A Rusun Marunda-Tanjung Priok

Rute Transjakarta 10A Rusun Marunda-Tanjung Priok

Megapolitan
Rute KA Cikuray, Tarif dan Jadwalnya 2024

Rute KA Cikuray, Tarif dan Jadwalnya 2024

Megapolitan
Bantah Pernyataan Ketua STIP soal Tak Ada Lagi Perpeloncoan, Alumni: Masih Ada, tapi pada Enggak Berani Berkoar

Bantah Pernyataan Ketua STIP soal Tak Ada Lagi Perpeloncoan, Alumni: Masih Ada, tapi pada Enggak Berani Berkoar

Megapolitan
Remaja Tusuk Seorang Ibu di Bogor Hingga Pisau Patah

Remaja Tusuk Seorang Ibu di Bogor Hingga Pisau Patah

Megapolitan
Jukir Liar Minimarket Ikhlas “Digusur” Asal Pemerintah Beri Pekerjaan Baru

Jukir Liar Minimarket Ikhlas “Digusur” Asal Pemerintah Beri Pekerjaan Baru

Megapolitan
Warga Bekasi Tewas Tertabrak Kereta di Kemayoran karena Terobos Palang Pelintasan

Warga Bekasi Tewas Tertabrak Kereta di Kemayoran karena Terobos Palang Pelintasan

Megapolitan
Manjakan Lansia, Asrama Haji Embarkasi Jakarta-Bekasi Tak Lagi Pakai Tempat Tidur Tingkat

Manjakan Lansia, Asrama Haji Embarkasi Jakarta-Bekasi Tak Lagi Pakai Tempat Tidur Tingkat

Megapolitan
KAI Commuter: Perjalanan Commuter Line Rangkasbitung-Tanah Abang Picu Pertumbuhan Ekonomi Lokal

KAI Commuter: Perjalanan Commuter Line Rangkasbitung-Tanah Abang Picu Pertumbuhan Ekonomi Lokal

Megapolitan
Tiga Jenazah ABK Kapal yang Terbakar di Muara Baru Telah Dijemput Keluarga

Tiga Jenazah ABK Kapal yang Terbakar di Muara Baru Telah Dijemput Keluarga

Megapolitan
Gangguan Jiwa Berat, Ibu yang Bunuh Anak Kandung di Bekasi Sempat Dirawat di RSJ

Gangguan Jiwa Berat, Ibu yang Bunuh Anak Kandung di Bekasi Sempat Dirawat di RSJ

Megapolitan
Jika Profesinya Dihilangkan, Jukir Liar Minimarket: Rawan Maling Motor dan Copet!

Jika Profesinya Dihilangkan, Jukir Liar Minimarket: Rawan Maling Motor dan Copet!

Megapolitan
Polisi: Ibu yang Bunuh Anak Kandung di Bekasi Alami Gangguan Kejiwaan Berat

Polisi: Ibu yang Bunuh Anak Kandung di Bekasi Alami Gangguan Kejiwaan Berat

Megapolitan
Imbas Tanah Longsor, Warga New Anggrek 2 GDC Depok Khawatir Harga Rumah Anjlok

Imbas Tanah Longsor, Warga New Anggrek 2 GDC Depok Khawatir Harga Rumah Anjlok

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com